2. Pusena

1022 Words
Tidak hanya turis itu, para anak-anak yang menemaninya pun sangat menikmati perjalan mereka bersamanya, karena dia memperlakukan anak-anak itu dengan sangat baik. Zhafira juga sudah tidak merasa khawatir seperti sebelumnya terhadap pria tersebut.   Sebelum mereka benar-benar berpisah, mereka kembali terduduk santai menikmati pemandangan sore hari yang menampilkan matahari yang enggan pergi meninggalkan mereka untuk berganti dengan bulan. Pemandangan sore hari itu sangat indah karena cahaya matahari terlihat memantul jingga di atas hamparan permukaan laut.   Sembari menikmati minuman dingin dan eskrim yang diberikan oleh turis tersebut, dia mengeluarkan sebuah robot berbentuk seperti sebuah burung kecil berwarna biru terang yang membuat anak-anak itu terlihat sangat takjub terhadap benda itu.   “Itu Apa?” tanya salah seorang anak yang berada disebelah kiri Song.   “Ini adalah robot drone yang akan mengambil rekaman dari atas langit.” Terangnya sambil melemparnya ke udara yang langsung membuat mereka semua berteriak kagum.   “Wah… hebat, robot itu terbang.” Teriak seorang anak yang lain begitu menyukai robot tersebut.   “Jadi bagaimana cara kita bisa melihat apa yang bisa ia rekam?” Tanya Zhafira penasaran dengan seperti apa gambar yang di rekam oleh robot drone tersebut.   “Kalian bisa melihatnya disini.” Song segera mengeluarkan sebuah tablet transparan yang langsung memperlihatkan tampilan gambar yang terekam oleh robot drone yang sedang mengudara mengitari langit Jingga kota Bau-bau kepulauan Buton tersebut.   “Wah.. keren sekali, jadi seperti ini yah pemandangannya kalau di lihat dari atas langit? Buton ternyata keren sekali.” Teriak salah seorang anak yang berada di bagian belakang Song karena tidak mendapat tempat untuk melihat dari jarak dekat.   “Benar tempat ini sangat indah. Katanya pemandangan malam hari juga sangat indah yah…” tanya Song kepada mereka semua yang di jawab dengan anggukan semangat dari mereka semua.   “Mataharinya semakin tenggelam, dia sudah berada di ujung laut sekarang.” Ucap salah seorang anak sembari menunjuk matahari yang tampak enggan menghilang.   “Bagaimana kalau kita berfoto sekali lagi?” tanya Song kepada mereka yang langsung membuat mereka semangat tiada tara.   “Tapi bagaimana kita mengambil gambar kalau posisi duduk kita seperti ini, di hadapan kita kan tebing?” tanya salah seorang anak dengan polosnya.   “Apa kita pindah tempat duduk saja?” Seorang anak yang lain memikirkan solusi lainnya.   “Tidak perlu, kita bisa menggunakan kamera drone itu kok. Jadi kita tidak perlu pindah tempat dan tidak akan masalah meskipun kita duduk tidak jauh dari tebing.” Jawab song sembari mengarahkan robot drone itu menghadap kearah mereka.   “Wah,, kereen.. lihat itu kita!” ucap mereka semua secara bergantian dengan sangat heboh dan kompak.   Mereka akhirnya berfoto dengan berbagai gaya sembari terus tertawa dengan begitu riangnya. Mereka semua sangat bahagia dan senang menikmati hari itu. Hingga ketika mereka akan berganti gaya berikutnya, Zhafira hampir terjatuh dari tebing tersebut.   “Hati-hati, kau tidak apa-apa kan?” Tanya Song mengkhawatirkan Zhafira, karena ia hampir terjatuh. Song menggenggam tangan Zhafira dengan sangat erat. Sebuah getaran yang sangat hebat dirasakan oleh Song hingga membuat darahnya berdesir hebat. "Ada apa dengan anak ini?" Batin Song takjub sekaligus bingung.   Zhafira hanya mengangguk pelan dan menatap lurus kepada Song, dengan tatapan mata yang kembali menjadi sangat waspada melebihi sebelumnya. Dia terlihat kebingungan dan tidak bisa mengalihkan pandangannya kepada Song, namun Song tidak menyadarinya dan kembali bercengkrama dengan yang lainnya untuk mengalihkan pikirannya tentang Zhafira.    “Oke kita foto sekali lagi yah?” Ucap Song yang langsung mendapat persetujuan dari mereka semua.   “Oke!!!” Jawab mereka dengan begitu kompak.   “Kakak bukan manusia ya?” Tanya Zhafira kepada Song yang langsung membuat song menoleh padanya dengan tatapan terkejut.   Song tak menyangka kalau anak itu bisa bertanya seperti itu padanya dengan begitu polos, meski dari awal ia sudah menyadari ada sesuatu yang juga memang berbeda dari anak ini ketika melihatnya. Namun karena ia hanya merasakannya dengan samar-samar begitu pula saat ia memegang tangan anak itu, dia jadi tidak begitu mempermasalahkannya. Namun ternyata anak itu merasakan hal yang sama dengan dirinya.   “Cekreekkk!” Zhafira dan Song saling berpandangan satu sama lainnya saat kamera drone tersebut mengambil gambar mereka semua.   “Maaf kak, sepertinya kami harus pulang sekarang. Mataharinya sudah semakin tenggelam.” Ucap salah seorang anak berpamitan kepada Song yang langsung menyadarkan dirinya dari lamunannya.   “Zhafira, kau juga harus balik secepatnya sekarang!” Ucap salah seorang temannya mengingatkan Zhafira.   “Oh iya, aku pulang sekarang yah…” Tegas Zhafira bangkit dari tempat duduknya dengan sangat terburu-buru meninggalkan tempat tersebut.   “Kenapa dia sampai terburu-buru seperti itu?” Tanya Song bingung melihat Zhafira yang bangkit dan kaget saat menyadari matahari sudah mulai tenggelam hampir seluruhnya.   “Dia itu seorang Pusena!” Jawab salah seorang anak mulai bangkit juga dari posisinya.   “Pusena?” Song masih tak bisa memahami apa yang dikatakan oleh anak-anak tersebut.   “Pusena itu artinya yang menjadi pusat energi. Energi Zhafira itu begitu kuat sehingga dia bisa melihat hal-hal yang tidak seharusnya di lihat oleh orang lain. Itulah kenapa sebelum matahari benar-benar tenggelam, dia harus sudah pulang kerumahnya.” Jawab salah seorang dari mereka dengan santai.   “Piiiipppppp!” sebuah motor membunyikan motornya saat melihat ada seorang anak dari kejauhan akan menyeberang jalan.   Zhafira yang tidak bisa menunggu hingga jalan tersebut cukup lengang membuatnya memberanikan diri untuk menyebrang jalan hingga ia tidak sadar ketika ada motor yang juga sudah menghampirinya.   “Wizzhhh!” Zhafira sudah berada dalam pelukannya yang membuat orang yang mengemudikan motor itu kebingungan saat hal tersebut terjadi.   “Hei, bukankah tadi Zhafira yang menyebrang jalan?” tanya salah seorang dari mereka karena dengan jelas melihat kalau anak yang menyebrang jalan sebelumnya adalah Zhafira.   “Iya benar, tapi dimana dia? Bukankah harusnya paman itu sudah menabraknya tadi?” tanya salah seorang anak lainnya.   “Ah, mungkin kalian salah liat. Paman itu saja kebingungan dan langsung pergi.” Jelas yang lainnya lagi.   “Eh kakak Song mana? dia kan disini tadi bersama kita?” seorang anak sadar dengan tidak adanya Song diantara mereka.   “Eh iya benar, dia tadi ada bersama kita. Kenapa dia pergi begitu saja?” ucap yang lainnya kaget saat menyadari Song sudah menghilang.   “Arya… Pulang! Sudah mau maghrib kalian masih keluyuran?” ibu Arya yang terkenal galak segera membuat mereka berpencar melarikan diri.   Bahkan Arya pun juga ikuet melarikan diri dari ibunya dengan begitu cepat. Mereka akhirnya lupa akan kejadian yang beru saja mereka saksikan sebelumnya.   “Zhafira memangnya kemana sih? Kenapa jam segini dia masih belum pulang juga?” tanya Ayah Zhafira menghawatirkan anaknya yang masih tak kunjung pulang.   “Dia bilang hanya main di sekitar gerbang tapi biasanya dia nggak se telat ini.” Jawab ibu Zhafira dengan cemasn.   “Harusnya kau tahu kalau di jam seperti ini kau tidak boleh membiar…” Ayah Zhafira yang membuka pintu tertegun dengan seseorang yang sudah berada di depan pintu bersama dengan Zhafira yang ada dalam gendongannya. Zhafira tampak tertidur lelap di pelukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD