Bab 1 - Bantu Saya Memiliki Anak

1459 Words
Pertama kali menulis di Dreame, rasanya nano-nano. Love yang banyak ya. :) Jelita Pagi ini aku kembali bangun dengan mata lengket karena menangis semalaman. Ya, semalam lagi-lagi rumah ini dipenuhi keributan. Ada sangat banyak penagih hutang datang setiap harinya karena kakakku yang tidak bertanggung jawab. Aku, Ibu, dan Kakak tinggal hanya bertiga sejak Ayah pergi entah ke mana. Ingatan terakhirku tentangnya adalah ketika malam hari aku melihat Ibu menangisi Ayah pergi membawa tas pakaiannya. Sejak itu aku tak pernah melihatnya. Sejak Ayah pergi, Ibu selalu mencukupi kebutuhan kami dengan bekerja. Namun sejak aku lulus SMA dan kakak berhasil lulus kuliah, Ibu sudah tidak bekerja lagi, Ibu diberhentikan kerja karena sudah semakin menua. Harapan kakak bisa membiayaiku kuliah dengan pekerjaannya ternyata tidak terwujud. Melainkan kakak terlibat hutang karena pergaulan yang tidak tepat. Saat ini setiap hari penagih hutang selalu mencari keberadaan kakak ke rumah. Ibu hanya bisa menangis, setiap kali memintaku untuk bersembunyi di kamar. Sudah 6 bulan sejak kelulusanku dari pendidikan SMA. Saat semua temanku membicarakan mengenai kampus barunya, aku sibuk mencari lowongan pekerjaan. Aku harus bekerja untuk menyelesaikan masalah keuangan ini. Anita, sahabatku sejak bangku SMP membantu mencari lowongan pekerjaan untukku. Pekerjaan pertamaku menjadi guru les privat didapatkan Anita dari teman Mamanya, Tante Risa. Tante Risa sangat baik. Seluruh keluarga Anita tepatnya sangat baik. Bahkan Anita memiliki kakak laki-laki yang menjadi laki-laki pertama yang ku kagumi selama ini. Mas Andrian, begitu aku memanggil namanya sama seperti Anita memanggilnya. Saat ini Mas Andrian masih menempuh pendidikan di London, Inggris. Aku tidak tahu apakah Mas Andrian akan kembali atau tidak. Tapi bagaimanapun aku mencoba, aku masih belum bisa melupakan rasa kagum ini padanya. Sudahlah bagaimana mungkin aku bisa memikirkannya saat ini. Aku harus bangkit dari kasur ini, membersihkan tubuhku yang lelah ini dan mulai menjalankan rutinitasku menjadi guru privat. Ada beberapa murid yang memang meminta les di pagi hari, karena mereka masuk sekolah di siang hari. Seperti pagi ini, aku memiliki jadwal les di jam 9 pagi dan 11 pagi. Aku harus segera bersiap-siap. ***** Selesai mengajar les privat hari ini, aku tiba-tiba mendapat pesan dari Anita. "Ta, would you come to my rescue?" "Kenapa Nit?" "Temenin gue yuk, ke bandara." "Bandara? Jemput siapa?" "Calon suami lo, Ta. Ayo ya?" "Apaan sih Nit. Aku gak mau ah kalo gak serius." "Beneran Ta. Mas Andrian kan pulang hari ini. Gue belum cerita ya?" Apa-apaan ini. Mas Andrian pulang ke Indonesia? Hari ini? Aku bisa menemuinya dengan kamuflase menemani Anita? Tentu saja aku mau sekali. Anita memang mengetahui bahwa aku mengagumi kakak tersayangnya. Namun di saat aku begitu malu mengungkapkannya, Anita selalu sangat bersemangat mendorongku pada kakaknya. "Ta... Ta... Ta... are you still there?" "Eh iya... Gimana tadi Nit?" "Tuh 'kan bengong. Yaudah gue jemput ya. Lo di mana?" Aku menyebutkan lokasi perumahan tempat aku baru saja selesai mengajar les privat. Anita akan menjemputku di depan gerbang perumahan ini dan kami akan bersama-sama ke bandara menemuinya. Menemui laki-laki yang kukagumi tapi sudah 5 tahun tak pernah kutemui lagi. ***** Bandara 2 jam kemudian Sampai di bandara dan sudah menunggu selama 30 menit, Anita terus mengeluh, "Ih kok Mas Andrian lama banget. Tadi kayaknya gak ada ngabarin delay deh." "Sabar ya Nit. Mungkin masih repot di imigrasi dan nunggu bagasi," Aku mencoba menenangkannya sesekali. Namun tiba-tiba aku merasakan rengkuhan lengan kokoh dari arah belakang. Menarik pinggangku merapat ke tubuhnya yang kekar. Perengkuh tubuhku itu lalu berbisik di telingaku "Gimana kabarnya adik manja?" Deg... this is not it... Aku kenal suara ini. Mas Andrian. Kenapa dia memelukku? Wajahku memucat. Kakiku lemas dan hampir jatuh hingga kemudian Anita bersuara. "Mas ... salah peluk lho itu!" Aku terlepas dari rengkuhannya dan membalikkan tubuh. Mas Andrian salah mengiraku sebagai Anita. Tapi ... wajahnya tidak terkejut sama sekali. Aku mencoba menenangkan diri dan tersenyum kaku menyapanya. "Hahaha ... salah peluk ya gue? Oh halo Jelita. Maaf ya," sapa Mas Andrian padaku. Dia mengingatku, masih mengenaliku. Rasa senang membuncah di hatiku namun hanya mampu balas menyapanya dengan berkata kecil, "Mas Andrian apa kabar?" Tidak dijawab. Pasti Mas Andrian tidak mendengarku. Aku memang mudah sekali diabaikan karena sama sekali tidak menarik perhatian. Tanpa kusadari Anita sudah menarikku mengikut langkahnya bersisian dengan Mas Andrian juga. Menuju tempat parkir dan akan segera menuju ke rumah. "Nit kamu udah bener nyetirnya?" "Yee ... udahlah ... udah duduk aja di belakang. Mas pasti sampe di rumah hidup." "Gak deh. Mas gak yakin. Mas aja yang bawa. Kamu di belakang." "Loh terus mas kayak supir gitu gue sama Jelita di belakang?" "Eh enggak dong. Salah satu dari kalian di depan." "Yaudah Ta, lo aja di depan ya. Sekalian tunjukkan arah rumah lo ke Mas buat dianterin pulang sekalian." Aku tidak bisa membantah dan hanya mengiyakan lalu masuk ke bangku penumpang di depan. ***** Depan Rumah Jelita "Sudah sampai Mas, di sini aja Jelita turunnya," ucapku sesaat mobil berhenti di depan gang kontrakan rumah. "Kayaknya dulu kamu gak tinggal di daerah sini ya?" tanya Mas Andrian mendadak. "Iya mas, kakaknya Jelita bikin masalah. Jadi mereka jual rumah dan pindah ke sini." Anita menjawab "Masalah apa?" Tidak ingin melanjutkan membahas hal yang seringkali membuatku sedih ini, akhirnya aku memutus perbincangan dan langsung keluar dari mobil. Aku berjalan menyusuri gang ke rumah dan sayup-sayup mendengar tangisan. Jangan lagi. Aku berlari mendekat dan ternyata Ibu kutemukan sedang menangis. Ibu berlutut memohon ampunan penagih hutang yang kejam ini, lagi. Aku menghampiri beberapa laki-laki besar itu. Aku meminta mereka untuk menemukan kakakku dan jangan mengganggu kami lagi. Namun ternyata upayaku membela ibu dibalas dengan tarikan rambut yang kencang. Kepalaku didongakkan untuk ditelusuri oleh si penagih hutang. Dia melihat wajahku dan menelusuri tubuhku. Hal ini salah, ini yang selalu ibu ingatkan padaku. Para penagih hutang ini tidak boleh melihatku. Ibu tahu mereka akan menganggap aku bisa menghasilkan uang dengan cara tidak etis. Dan sekarang hal itu seperti akan terjadi. Aku mulai ketakutan. Tubuhku gemetar dan air mataku mulai mengalir. Sakit sekali. Bukan hanya sakit dari tarikan rambutku, tetapi kenyataan hidup ini. "Cantik juga ini anaknya bu. Bos saya mungkin mau lunasin hutangnya, kalau anak ibu ini kami bawa jadi istri Bos. Gimana bu?" tanya si penagih hutang yang menjambak rambutku. "Jangan pak. Saya pasti bayar hutang-hutang anak pertama saya. Tapi lepaskan anak saya pak." Ibu mulai menangis. Tetangga mulai memperhatikan keributan di rumah kontrakan kami lagi. Namun seseorang dari kerumunan penonton maju dan menggigit tangan si penagih hutang. Anita dia kenapa ada di sini? "Laki-laki apaan lo begini bentuknya? Beraninya sama perempuan. Berani sama Mas gue tuh di sana." Anita mengarahkan telunjuknya ke satu arah, Mas Andrian juga ada menyaksikan hal memalukan ini. "Alah diam aja lo. Gue gak ada urusan sama lo. Ini ibu sama anak udah setuju, gue bawa anaknya biar lunas hutangnya." "Eh gak ada ya. Gak ada. Enak aja main bawa anak orang. Lo mau ambil ini cewek? Langkahin dulu tuh nyawa cowoknya." Tunjuk Anita sekali lagi ke arah Mas Andrian yang masih hanya menatap dingin ke arah kami. "Ya udah bayarlah hutangnya. Banyak omong. Bayar gak mau." "Berapa besar hutangnya?" kali ini Mas Andrian akhirnya berbicara. "Lo nanya mau bayarin emangnya? Kalo iya ikut kita ketemu Bos biar bisa langsung dilunasin. Selesai ini masalah," jawab si penagih hutang. Mas Andrian hanya mengangguk. Entah kode apa yang dikirimkannya ke Anita, tetapi Anita lalu membawa aku dan Ibu masuk ke rumah. Sementara Mas Andrian benar-benar pergi bersama para penagih hutang itu. ***** Beberapa menit kemudian "Tadi tuh, untung aja berkas ngajar les lo ketinggalan di mobil. Jadi gue bisa tahu ternyata masalah kakak lo belom selesai juga," Anita masih menceritakan bagaimana kronologi hingga akhirnya dia bisa menghampiri rumah kontrakanku saat keributan terjadi. "Terusnya ya. Mas Andrian tuh kayaknya ada sesuatu deh sama lo, Ta." "Apa maksudnya Nit?" "Lo gak liat cara dia ngeliatin lo? Lagian itu salah peluk pake acara sandiwara itu anak." "Hah salah peluk itu sandiwara?" "Yah iyalah, Ta. Mas Andrian tahu gue cat rambut jadi coklat kok. Dia juga pasti bisa bedain postur tubuh kita berdua. Alasan aja dia emang mau peluk elo." Aku merasa sedikit geli membayangkan bahwa Mas Andrian memang sengaja memelukku. Benarkah? Pertanda apakah? Tapi kenapa Mas Andrian tidak kembali juga ya? Tiba-tiba Anita fokus pada telepon genggamnya dan mendadak berkata "Eh Ta, Mas Andrian suruh gue balik sendiri karena dia gak ke sini lagi. Katanya hutangnya udah dia beresin. Nanti dia hubungin elo untuk jelasnya." "Mas Andrian tahu nomor aku?" tanyaku memastikan. "Tahulah. Barusan dia minta sama gue." "Oh gitu. Oke Nit. Terima kasih ya buat bantuan kamu sama Mas Andrian." "Makasih buat Mas Andrian bilang sendiri dong. Kalau perlu pake sun, seneng pasti dia." "Ih Nita kok gitu sih." "Yaudah salam buat Ibu sekalian ya, Ta. Bye." "Bye," ucapku sambil menatap kepergian Anita. ***** Sudah satu minggu lebih sejak kejadian keributan di rumahku yang melibatkan Mas Andrian dan Anita. Namun sampai saat ini, Mas Andrian tidak menghubungiku untuk menjelaskan mengenai penyelesaian hutang-hutang tersebut. Tetapi memang tidak ada lagi penagih yang biasanya mendatangi rumah kami setiap hari. Malam ini aku baru saja selesai mengajar les privat di rumah lainnya. Aku akan pulang ketika mendadak telepon genggamku berbunyi. Nomor baru, tidak ku simpan di kontak. "Halo ...." aku menjawabnya ragu-ragu. "Jelita saya perlu bicara sama kamu." Deg itu suara Mas Andrian. "Iya Mas. Ada apa ya?" "Terkait masalah keuangan keluarga kamu sudah saya selesaikan. Saya cuma minta satu bantuan sebagai gantinya." "Apa itu Mas?" "Bantu saya memiliki anak..." Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD