EPISODE 02

1261 Words
SELAMAT MEMBACA Liam kini telah duduk di singgasananya. Ia duduk dengan tubuh tegap dan sorot mata yang begitu mengerikan. Sekarang Liam bisa lihat seorang pria dengan tubuh seperti wanita tengah membungkukkan kepalanya sebagai penghormatan padanya. Dia adalah Eliot dari keluarga bangsawan vampir tingkat satu yang telah ia kirimkan dekret kemarin. Di ruangan seluas ini, hanya ada Liam, padahal seharusnya  ada banyak petinggi kerajaan di setiap sisi dalam ruangan tersebut. "Perkenalkan dirimu," kata Liam dingin. Auristela Fidelya; ia kini menayamar menjadi kakaknya Eliot. Ketika ia mendongkak, hazel indahnya langsung bertemu dengan netra Liam yang begitu kelam. " Perkenalkan nama saya Eliot Ortheaz, Yang Mulia," jawab Auris. Liam menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar suara Eliot, " Apakah suaramu memang seperti itu?" Auris mengangguk kemudian tersenyum tipis, " Benar, Yang Mulia." Auris memperhatikan raut wajah Liam. Pria itu nampak percaya saja kemudian  menyuruhnya mendekat. "Mulai sekarang kau adalah Pengawalku. Jika kau berani mengkhianatiku, maka kau akan mati secara mengenaskan," kata Liam rendah namun penuh penekanan. "Baik, Yang Mulia." Liam mengamati Auris dari atas sampai bawah. Sudut bibir Liam terangkat, ia baru kali ini melihat pria berwajah cantik begitu pun suaranya. Namun, Liam yang sempat curiga menepis pikirannya tersebut ketika tatapannya turun pada d**a Auris. Tidak ada gundukan besar di sana, berarti di hadapanya benar-benar lelaki. "Mulai sekarang kau akan tinggal di kediamanku," ujar Liam. "Baik, Yang Mulia," jawab Auris. "Jika kita hanya berdua kau bisa memanggil namaku saja. Menjadi pengawalku, yang pertama kau harus setia dan yang kedua kau harus kuat," sambung Liam. Auris menatap Liam lekat, rumor itu ternyata melenceng. Nyatanya Liam bisa sedikit ramah walaupun begitu Auris harus lebih memperhatikan pergerakannya sebab dari ekor matanya saja, Liam memperhatikan seluruh gerak-geriknya. "Baik, Yang Mulia."  "Kepala Pelayan! Antar Eliot untuk menemui tempat tinggal barunya," Liam meninggikan suaranya untuk memanggil kepala pelayan yang berdiri di luar sana. Kepala pelayan tersebut masuk kemudian menuntun Eliot setelah memberikan hormat pada Liam. **** Auris takjub ketika kakinya telah menginjak kediaman milik seorang raja. Tempat ini begitu luas. Wajar saja sebab iki sebuah kerajaan. Ternyata ada kediaman khusus seorang raja. Auris melihat taman yang digunakan untuk menanam buah mullberry, halamannya begitu luas, sedangkan ruas jalannya dipenuhi bebatuan-bebatuan kecil yang telah dibuat menjadi jalan yang sangat nyaman dilalui. Kediaman ini disebut istana Liam, langsung menggunakan nama pemiliknya. terdapat empat pintu utama, masing-masing dari pintu memiliki ciri khas. Namun, langkah Aurist berhenti sejenak ketika melihat sebuah labirin yang begitu indah, ia tidak menyangka ada banyak hal indah di sini. Auris menoleh ke arah kepala pelayan yang mengantarnya, " Untuk apa labirin itu dibuat?" "Entahlah tuan, kami membuatnya atas perintah Yang Mulia, dan kami takut menanyakan alasannya." Auris mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian kembali bertanya pada kepala pelayan. Ia harus banyak bertanya, jika tidak, akan sesat di jalan. " Aku melihat ada empat pintu utama, apa kegunaan ke-empat pintu itu?" "Pintu pertama adalah tempat dimana Yang Mulia tidur, sedangkan pintu kedua untuk menyambut tamu kehormatan dan pintu ketiga di khususkan untuk seorang permaisuri namun Yang Mulia belum melirik wanita manapun jadi pintu ini masih kosong, dan yang terakhir kami tidak tahu sebab Yang Mulia melarang kami memasuki bagian yang ke empat," jelas kepala pelayan. Auris mengangguk-anggukan kepalanya tanda paham. Ia telah memasuki bagian yang pertama, tempat dimana Liam tinggal dan ia dituntun ke kamar yang tidak jauh dari kamar Liam. Auris membulatkan mulutnya ketika kamar yang luas dengan kasur besar ada di sana. Di dalamnya terdapat beberapa lukisan serta nakas, kursi rotan, meja kecil, lemari, rak-rak kayu dan beberapa barang mewah lainnya. Auris berkeliling di dalam kamar barunya, dan ia mendapati sebuah bak mandi yang sangat besar, Auris tersenyum. "Tidak terlalu buruk, bahkan sangat layak bagi seorang pengawal," gumam Auris. "Apakah anda menyukainya?" tanya kepala pelayan yang masih setia mengekori Auris. Auris mengangguk. " Aku sangat menyukainya." "Kalau begitu saya akan izin keluar, dan anda akan mendapatkan pelayan wanita pribadi untuk menemani anda," kata kepala pelayan dan hendak pergi. Namun Auris kembali bersuara hingga kepala pelayan menghentikan langkahnya. "Untuk apa pelayan itu?" "Tentu saja untuk mengurusi segala keperluan anda. Mulai dari memandikan anda, serta memenuhi berahi anda sebagai seorang lelaki." Auris yang mendengar itu ingin muntah rasanya. Auris mendekati kepala pelayan kemudian berujar dengan begitu tegas. "Aku tidak memerlukan wanita. Aku bisa mengurus urusanku," jelas Auris. Kepala pelayan yang masih muda dan seumuran Liam itu, menatap Auris dengan tatapan curiga. "Apakah Anda menyukai seorang pria?" tanya kepala pelayan itu. Auris terkejut kemudian menyilangkan tangan di depan dadanya, " Tidak, bukan itu maksudku! Aku hanya tidak suka seseorang mengurusku sampai seperti itu, aku seperti tidak punya privasi." Kepala pelayan itu mengangguk paham lalu tersenyum kaku, " Baiklah. Anda bisa memanggil saya kapan saja jika memerlukan sesuatu. Sekaligus perkenalkan nama saya adalah Ansei dari keluarga bangsawan Wornelion." Mendengar nama bangsawan Wornelion, tentu saja Auris terkejut. Bangsawan Wornelion adalah bangsawan tingkat tiga, mereka termasuk vampir yang kuat, tapi kenapa menjadi seorang pelayan. Melihat reaksi Auris. Tentu saja Ansei tahu jalan pikir pria di hadapannya itu. " Aku bukan sekedar kepala pelayan. Aku adalah mata-mata terpercaya Yang Mulia. Kau tahu? Banyak sekali orang dalam kerajaan yang berusaha melakukan pemberontakan. Tugasku mengumpulkan informasi dalam kerajaan," jelas Ansei. Auris tersenyum lebar kemudian mengangguk layaknya anak kecil dan tentu saja Ansei tertegun. Ansei menatap lekat wajah Auris. Pemuda di hadapannya benar-benar seperti wanita. "Aku tidak mungkin berdebar karena seorang lelaki' kan? Aku ini masih normal?!"  batin Ansei. "Kalau begitu aku memanggilmu Ansei saja, bagaimana?" tanya Auris pada Ansei yang nampak melamun. Ansei tersadar kemudian mengangguk, " Ah, tentu!" Ansei yang awalnya berniat meninggalkan Auris jadi batal sebab ia justru terlibat perbincangan yang cukup panjang. Kini Auris meminta Ansei untuk mengajaknya berkeliling agar ia lebih mudah bekerja saat  di samping Liam. Namun saat berjalan melewati taman, sebuah panah melesat begitu cepat ke arah Auris. Ekor mata Auris bergerak cepat, sekilas Ansei bisa lihat iris Auris menjadi biru sesaat sebelum menangkap anak panah dengan tangan kosong. Auris melempar pandang ke arah pohon yang besar di sekitar taman. Ia bisa lihat pria dengan gaya rambut crop fringe bewarna merah turun dari sana dengan menampilkan senyum tanpa dosa, dan Auris kenal pria itu. Pria itu bernama Alexis Kreinald, salah satu bangsawan tingkat dua dari keluarga Hervas. Pria ini sering kali mengunjunginya, Alexis adalah pria yang terus saja mencoba mendekatinya, ia tidak menyangka bahwa Alexis adalah orang milik Liam juga. Banyak sekali kejutan hari ini. "Sial! Kalau begini dia pasti akan mengetahuiku!" batin Auris gugup. "Tidak sopan," cibir Ansei pada Alexis. Alexis menyengir kemudian menatap Auris, " Ini salam ku untuk kakak ipar, hehehe! Mata kakak sangat mirip dengan Auris! Andai saja kakak seorang wanita, aku akan memilih kakak yang cantik begini. Pantas saja kalian dibilang kembar, kakak ipar saja sangat cantik untuk ukuran pria," cerocos Alexis panjang lebar. Diam-diam auris menghela napas, ia pikir Alexis akan mengetahuinya. Ah, wajar saja sebab ia mengenakan topeng maka dari itu Alexis hanya mengenali matanya. Tapi kakak ipar? Alexis secara terang-terangan menyatakan perasaannya. "Kalian saling kenal?" tanya Ansei. Auris menggeleng pelan, sedangkan Alexis hanya tersenyum tipis. " Aku hanya mengenal adiknya yang bernama Auristela Fidelya. Dia wanita yang sangat cantik walaupun aku belum pernah melihat seluruh wajahnya.  Dia begitu kuat dan menawan, benar-benar idamanku!" ujar Alexis dengan mata berbinar-binar. Auris menatap Alexis datar, " Pria ini benar-benar menakutkan," batin Auris. "Kau membuat Eliot tidak nyaman, sebaiknya kau kembali pada tugasmu," kata Ansei kemudian melewati Alexis. Alexis mencebik kesal tapi ia tetap tersenyum pada Auris. " Kakak ipar, aku harap kau mau merestui perasaanku pada adikmu! Aku pergi dulu," kata Alexis sembari melenggang pergi. Auris hanya diam dan menatap udara dengan pikiran kosong. Sedangkan Ansei menariknya untuk kembali mengelilingi kerajaan. BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD