EPISODE 03

1007 Words
SELAMAT MEMBACA Bagi Liam hal tersulit saat menjadi raja bukanlah maju ke medan perang. Bagi Liam berperang tidaklah menakutkan, sebab Liam percaya bahwa dia akan menang dalam peperangan. Saat ini yang sulit bagi Liam adalah membersihkan orang-orang yang berniat menghancurkan pemerintahannya. Tikus-tikus yang suka bersembunyi dan merusak segala sesuatu dengan perlahan-lahan bahkan langsung, membuat Liam ingin membasminya. Para tikus itu berniat menjadi kucing untuk menyainginya, mereka berniat mengubah takdir mereka yang awalnya dimangsa menjadi pemangsa. Tikus-tikus yang dimaksud Liam adalah orang-orang yang melakukan kerja sama untuk menjatuhkannya. Liam tahu sejauh ini bahwa ada beberapa orang yang terlibat untuk menjatuhkannya, maka dari itu Liam mulai menciptakan perangkap dengan mengumpulkan orang-orang terkuat di sisinya. Besok pagi Liam akan berangkat ke wilayah bagian barat untuk mendapatkan informasi mengenai beberapa orang yang sempat memprovokasi beberapa rakyatnya dengan menciptakan organisasi untuk memberontak pemerintahannya,  di salah satu distrik yang bernama Avanuela. Distrik ini di pimpin oleh kepala keluarga vampir dari bangsawan Harves, masih bersaudara dengan Alexis. "Eliot kau ikut bersamaku bersama Alexis ke disitrik Avanuela, besok. Dan untuk Ansei tetaplah berjaga dalam istana, perhatikan orang-orang yang mencurigakan," jelas Liam. Saat ini Liam telah berada di dalam ruangan pribadinya. Ia tengah berbicara dengan ke tiga orang kepercayaanya. Auris hanya bisa mengangguk. Liam memperhatikan Auris sejenak lalu kembali berbicara. "Kemungkinan besar kita akan membantai beberapa orang jika markas mereka kita temui," kata Liam. " Saya baru saja bergabung, bisakah Yang Mulia memberi saya sedikit informasi? Saya benar-benar belum paham," kata Auris dengan menatap Liam. Sudut bibir Liam terangkat membentuk sebuah senyum tipis, kemudian ia menyerahkan sebuah peta pada Auris. Peta tersebut langsung Auris buka, dan parahnya Alexis serta Ansei langsung mendekat ke arahnya untuk melihat isi peta tersebut. Mereka benar-benar dekat. "Apa yang kalian lakukan? Bukankah kalian sudah lihat peta ini sebelum aku?" tanya Auris. Alexis memicingkan matanya pada Liam lalu menatap Ansei yang bertingkah sama sepertinya. " Belum!" kata Alexis. Liam tersenyum sinis, " Tentu saja, sebab kalian hanya diam dan tidak bertanya." Alexis menghela napas begitu pun Ansei yang baru sadar akan hal itu.  Peta ini menunjukkan wilayah bagian barat dan beberapa distrik. Ada sekitar empat distrik di wilayah bagian barat, Auris menautkan alisnya ketika mendapati beberapa tempat yang sengaja dilingkari warna merah. Auris meletakkan peta tersebut pada meja di hadapan mereka duduk kemudian menatap Liam sebelum ia mulai bicara. " Kenapa anda melingkari ini?" tanya Auris. Liam melirik sekilas apa yang ditunjuk Auris pada peta tersebut, " Aku mencurigai markas mereka berada disana." Auris mengamati peta tersebut secara keseluruhan kemudian mengeluarkan pendapatnya, ia bahkan tidak sadar ketiga orang di sekitarnya mengamati dirinya dengan serius. " Saya rasa tidak mungkin di bagian ini." "Kenapa begitu?" tanya Ansei. "Markas biasanya terletak di bagian pelosok. Jika mengamati seluruh peta, besar kemungkinan mereka akan mendirikan markas di dalam hutan yang jauh dari distrik Avanuela," jelas Auris. Ansei menaikkan sebelah alisnya, lalu menggeleng ragu, " Itu sangat jauh Eliot, kau lihat di situ ada danau dengan bebatuan yang besar, mereka harus melalui itu sebelum sampai di disitrik.  Jika pun, memang di hutan, mungkin mereka akan mendirikan markas di hutan bagian kanan ini. Butuh waktu lama bagi mereka untuk melakukan aksinya jika berada di bagian hutan yang terdapat danau,"   kata Ansei. Di peta tersebut distrik Avanuela diapit oleh dua hutan besar. Sebelah kiri distrik Avanuela terdapat danau sebelum sampai pada hutan sedangkan sebelah kanan hanya ada hutan tanpa halangan. Auris mengembangkan senyumnya, Liam yang memperhatikan ekspresi itu menatap Auris dengan tatapan sulit diartikan. "Kau benar Ansei, tetapi bagaimana jika posisinya di balik?" Alexis menautkan alisnya bingung begitupun Ansei. " Maksudmu?" "Mereka memang butuh waktu lama untuk menuju distrik Avanuela, tapi jika mereka ketahuan, tentu saja akan terjadi penyerangan pada markas mereka. Dengan danau penuh bebatuan besar ini, mereka mampu menangani masalah tersebut. Kita akan kesulitan mengatasinya sebab bebatuan menghalangi kita melihat dengan jelas keberadaan mereka di balik bebatuan. Tetapi, jika mereka berada di hutan sebelah kanan, tentu saja kita mudah menaklukkan mereka, sebab kita akan langsung sampai pada markasnya tanpa harus melewati hal semacam danau yang penuh bebatuan," Alexis serta Ansei berdecak kagum mendengar perkataan Auris. Sedangkan Liam tersenyum bangga mendengar hipotesis yang dilontarkan Auris. "Wah! Kau sangat hebat, Kakak ipar!" kata Alexis sembari menyatukan kedua tangannya seperti memohon. Ansei memutar bola matanya malas, mereka sampai lupa bahwa Liam masih duduk di hadapan mereka dengan tatapan yang suram sebab diabaikan. **** Auris kini tengah bersama Liam. Mereka berada di jembatan cekung yang di bawahnya terdapat kolam yang dipenuhi ikan. Liam berdiri dengan kedua tangan dibalik punggungnya, ia menatap kolam bersama Auris. "Aku salut dengan pemikiranmu," puji Liam. "Itu hanya pemikiran dasar saja."  Liam mengangguk paham kemudian melirik Auris yang begitu fokus pada ikan di kolam. " Kau memiliki seorang adik?" tanya Liam. Sontak Auris menatap Liam. Kemudian ia tersenyum kaku, " Iya." "Aku berencana mengajak adikmu untuk menjadi orangku," kata Liam dengan menatap intens raut wajah Auris. Auris menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, " Akan sangat sulit, sebab dia selalu mendambakan pernikahan, dia juga tidak suka bertarung," kata Auris. "Ah! Maafkan aku, diriku!" batin Auris. Liam tersenyum kemudian mengangguk paham. Bagaimanapun ia tidak boleh egois, ia telah menjadikan Eliot pengawalnya, bagaimana bisa ia menginginkan seorang gadis menjadi orangnya juga dan itu adik Eliot, kecuali adik Eliot ia jadikan istrinya, mungkin itu tidak masalah. Liam teringat sesuatu, sebelum ia berangkat ke distrik Avanuela, ia berniat mengajak Eliot ke suatu tempat untuk merengangkan sendi-sendi pada tubuhnya. Lagi pula ia sudah lama tidak memanjakan tubuhnya. " Sebelum berangkat, aku harus melakukan sesuatu bersama kalian bertiga," kata Liam pada Auris. Auris menaikkan sebelah alisnya kemudian bertanya, " Apa yang akan kita lakukan?" Liam menyentuh pundak Auris kemudian berujar dengan datar. "Beritahukan hal ini pada Ansei dan Alexis, bahwa nanti malam kita akan mandi bersama di pemandian air panas di tempatku. Aku harus pergi sekarang, sampai bertemu di pemandian air panas," kata Liam kemudian pergi meninggalkan  Auris yang terdiam seperti patung. Raut wajah Auris berubah menjadi pucat, bibirnya berkedut sebab tidak tau ingin berkata apa. " Pemandian air panas? Mandi bersama dengan tiga pria? Apa yang harus ku lakukan!" Auris menjerit dalam hatinya. BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD