Chapter 2

1025 Words
Pamela memekik dengan terkejut ketika pintu toiletnya didobrak begitu saja. Matanya membulat ketika melihat sosok yang baru saja melakukan hal tersebut. Itu Daniel Christian! Astaga, laki-laki itu. Pamela menggigit bibir bawahnya. Ia tidak pernah membayangkan bisa melihat aktor paling seksi yang menjadi idaman para wanita. Sayangnya ia tidak terlalu menyukai para aktor karena dirinya mengidolakan sang sutradara, Robert Shawn. Baiklah, Daniel ternyata lebih tampan dari yang selama ini Pamela lihat melalui layar bioskop, layar kaca dan layar ponselnya. Pria itu juga sangat menawan. Pandangan mata laki-laki itu sangat tajam dan terlihat marah ke arah Pamela. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya kemudian memandang ponsel di genggaman Pamela. Pamela masih cukup terkejut dengan apa yang terjadi saat ini. Rasanya seperti ia habis ketahuan mencuri saja. Jantungnya berdegub dengan kencang. Rasanya sungguh mendebarkan seolah hidupnya akan segera berakhir. Tanpa Pamela sadari, gerakan Daniel terlalu cepat ketika pria itu merebut ponselnya. Matanya hanya bisa membulat ketika melihat ponselnya dimasukkan ke dalam saku milik Daniel. “Kau pasti sudah menguping terlalu banyak,” geramnya dengan menatap penuh amarah kepada Pamela. “Aku tidak menguping,” ujar Pamela seraya menggelengkan kepalanya. Ia tidak menguping sungguh. Dirinya memiliki telinga yang dapat mendengar dengan baik dan mereka berbicara cukup keras sehingga Pamela mendengarnya. Lagipula Pamela sudah lebih dulu berada disini sebelum mereka, kan? Daniel menggelengkan kepalanya karena tidak percaya. Ia tidak mengenal perempuan cantik ini. Siapapun dia, perempuan ini telah mendengar rahasianya dengan Bella. Dan tidak boleh ada siapa pun yang mengetahui hal ini. Perempuan di hadapannya bisa saja membocorkan semua yang telah ia dengar. Jika sampai hal itu terjadi maka akan menjadi awal kehancuran bagi Daniel. Dia sedang naik daun. Filmnya yang digadang-gadang akan menjadi box office dalam waktu singkat, mulai tayang dalam waktu dekat. Jika ada berita buruk sedikit saja mengenai dirinya selaku aktor utama di film itu, maka semuanya akan kacau. Benar-benar kacau dan Daniel tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. “Kau ikut denganku,” ucap Daniel penuh penekanan. Ia menggenggam tangan perempuan itu kemudian menariknya agar keluar dari toilet. Diliriknya Bella yang tengah menangis. Bella juga tentu sama terkejutnya dengan Daniel ketika mendengar dering ponsel dari dalam toilet. Ini salahnya juga karena mengajak Daniel bicara di tempat umum. Meski sangat sepi, seharusnya Bella memeriksa terlebih dahulu apakah ada orang atau tidak di dalam toilet baru membicarakan rahasia ini dengan Daniel. “Kita akan bicarakan lagi via telepon.” Hanya itu yang Daniel ucapkan kepada Bella kemudian meninggalkannya sambil menarik tangan Pamela. “Hei! Lepaskan aku. Ikut denganmu kemana?” Teriak Pamela. Genggaman tangan Daniel sangat kuat dan ia mulai meringis karena sakit. Langkah pria itu terlalu lebar dan tergesa-gesa, Pamela sangat sulit untuk mengikutinya. “Aku harus memastikanmu tutup mulut.” Pamela menganga mendengar itu. Apapun yang Pamela dengar di toilet, itu bukan urusannya. Ia harus segera kembali untuk menemui Robert Shawan tapi justru laki-laki itu terus menariknya seolah mereka akan mati jika tidak buru-buru. “Lepaskan aku dan kembalikan ponselku! Aku harus bertemu Robert Shawn! Tolong lepas!” Mereka melewati koridor yang sangat sepi dan kini telah memasuki lift. Kemana Daniel akan membawanya? Demi Tuhan, Pamela harus kembali karena waktunya untuk bertemu Robert Shawn hampir habis. “Lepaskan aku astaga! Aku harus berte-” “Kau harus ikut aku. Apapun yang kau dengar tadi, kau tidak akan berkesempatan membocorkannya ke publik.” Pamela berusaha kerasa melepaskan tangan yang menggenggam pergelangannya dengan erat itu. Tangannya benar-benar sakit dan ia hampir menangis karena kehilangan kesempatan bertemu idolanya. “Aku tidak peduli dengan apapun yang kau bicarakan di toilet tadi. Jadi tolong lepaskan aku, dan kembalikan ponselku! Kau hanya membuang waktuku saja.” Pamela bersyukur dalam hati dirinya tidak pernah sedikit pun memiliki rasa kagum kepada sang aktor Daniel Christian. Laki-laki ini memang tampan tapi sikapnya benar-benar membuat Pamela membencinya. “Tidak ada jaminan bahwa kau tidak akan menyebarkan apapun yang kau dengar. Kau akan membuat masalah jika aku lepaskan.” Pintu lift terbuka dan seorang pria menyambut kedatangan mereka. “Bella menelponku. Kau akan diantar ke apartemen oleh supir. Aku akan membereskan yang terjadi diisini.” Daniel menganggukkan kepalanya. “Terima kasih, itu memang tugasmu.” Laki-laki itu kini memasuki lift setelah Daniel menarik Pamela keluar. Ia membulatkan matanya ketika melihat sekeliling. Ini basement! “Kau membawaku kemana? Astaga aku harus bertemu Robert Shawn.” Pamela mengeluarkan semua tenaga yang ia miliki. Daniel pasti akan membawanya pergi meninggalkan tempat ini dan entah ia dibawa kemana. Pamela tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan bertemua Robert Shawn. Apalagi dirinya sudah berada disini dan laki-laki ini tidak boleh menggagalkan usahanya. “Kau tolong lepaskan aku astaga!!” pekik Pamela. Ia mulai memukul lengan kanan Daniel yang menariknya. Berharap usahanya yang satu itu akan berhasil. “Kau akan ke apartemenku. Aku akan memastikan kau tutup mulut dengan benar.” Pamela membulatkan matanya. Baiklah dia memang penggemar pria tampan kecuali Daniel Christian. Lalu ketika dirinya mendapatkan kesempatan yang mungkin diimpi-impikan begitu banyak wanita di belahan dunia ini, ia lebih memilih untuk kembali ke kamar sewanya yang sederhana sungguh. Ia merasa marah, benar-benar marah kemudian kembali memberontak. Ia harus bertemu dengan Daniel Shawn bagaimana pun caranya. Merasa sangat kesal, Pamela menggerakkan tangannya ke atas agar tangan Daniel juga ikut ke atas kemudian ia menggigit tangan lelaki itu. Hal itu sempat membuat langkah Daniel terhenti namun kemudian ia berlutut dan memeluk lutut Pamela. Pamela merasakan dirinya melayang kemudian tersadar bahwa kini Daniel membopongnya seperti membopong karung beras. Ia menghentak-hentakkan kakinya dan tangannya yang bebas memukul-mukul punggung Daniel. “Pria b******k! Lepaskan aku, sialan!” pekiknya seraya terus memberikan serangan dengan tangan dan kakinya. “Diamlah.” pinta Daniel dingin. Pamela semakin keras memukul punggung Daniel. Laki-laki itu mau menculiknya dan meminta Pamela untuk diam. Sepertinya Pamela memang harus membongkar rahasia pria ini ke publik agar dirinya puas. Daniel telah menghancurkan kesempatan yang sudah sangat dinanti-nantikan oleh Pamela. Rasa penyesalan mulai timbul di benaknya, andai saja dia tadi segera pergi dari toilet bukannya mencuri dengar. Atau bahkan harusnya tadi ia tidak perlu ke toilet saja. “Berhentilah bergerak, high heels mu menendang milikku.” Mendengar itu Pamela semakin bersemangat menendangkan kakinya. Akan tetapi tiba-tiba Daniel berhenti melangkah. Merasakannya remasan di bokongnya, Pamela diam seketika karena terkejut.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD