Part 2

1862 Words
* * * * * * * * * Part 2 * * * * * * * * *   Vale gemas sekali, dalam kepalanya ia seolah tengah memikirkan pembalasan apa  yang akan ia gunakan untuk Bhisma.  yang  j e l a s   akan lebih parah dari ini  dan  membuat Bhisma mengeluh seharian  dan  menatapnya dengan murka,  tidak  apa saat ini Bhisma bisa tertawa pongah  dan  bahagia seolah memegang kendali atas dirinya, se dan g dirinya seperti hamba sahaya  yang belum merdeka. Tapi lihat saja,  tidak  sampai nanti sore, Vale akan membuat Bhisma bertekuk lutut  karena  pembalasannya  yang akan ia tuntaskan hari ini juga. "Niat banget sih lo." Rutuknya gemas, dengan ekspresi  yang  tidak  dapat dikatakan bersahabat. Perjalanannya dari rumah ke sekolah sudah cukup melelahkan tanpa perlu di kerjai Bhisma s****n ini! Namun, di tambah oleh pekerjaan dari Bhisma, hal tersebut membuat rasa lelahnya bertambah berpuluh puluh kali lipat  karena  melibatkan emosi  yang seharusnya  tidak  ia keluarkan menjadi menggebu. Emosi kan juga menguras tenaga, apa lagi jika berhubungan dengan Bhisma, mana bisa Vale santai  dan  tenang saja. Rasanya amarahnya seolah terbakar setiap kali berhadapan dengan cowok itu, jantungnya berpacu dengan cepat, memompa darah ke sekitar tubuhnya, membuat tensi darahnya kian meninggi setiap kali berhadapan dengan Bhisma. Rasanya ia  tidak  bisa berpikir tenang jika harus melihat Bhisma di matanya. "Oh,  j e l a s  --" Bhisma membusungkan da dan ya  yang krempeng dengan sangat k edepan, sampe cewek itu pengen nonjok tuh d**a sampe pemiliknya terbantuk-batuk kayak orang bengek, atau mampus sekalian. Iya! Berhubungan sama Bhisma memang memicu jiwa psikopatnya. Vale saja baru sadar kalo pemikirannya bisa sesadis itu, tapi siapa sih  yang bisa tenang tenang saja kalo di hadapkan oleh sosok Bhisma  yang serasa ketua perserikatan iblis iblis  yang tersebar di bumi? Mana ada! Hebat banget tuh orang, mungkin Vale akan memberikan gelar siapa pun itu orangnya jika mampu sabar menghadapi Bhisma. Vale rela memberikan uang jajannya  yang  tidak  seberapa itu selama sebulan pada orang tersebut, catat baik baik! Sebab memang  tidak  akan mungkin ada  yang sanggup berhadapan dengan kelakuak biadab Bhisma  yang tiada habisnya ini, seolah stok kejahanaman Bhisma  tidak  pernah berakhir. "--gue pasti selalu niat kalo menyangkut tentang lo." Lanjut Bhisma dengan nada pongah, cowok itu tersenyum lebar pada Vale  yang masih meringis sebal. Mata Bhisma memancarkan aura kepuasan  l u a r   b i a s a    karena  berhasil membuat Vale mengeluh di setiap detiknya, melihat wajah frustasi Vale, menerka nerka apa  yang ada di pikiran cewek itu. Ia yakin kepala cewek itu tengah memikirkan aksi aksi psikopat perihal apa  yang akan di lakukan cewek itu terhadapnya. Bhisma mengenal cara berpikir Vale dengan sangat baik, kepala Vale serasa transparan di mata Bhisma.  h a n y a   melihat matanya saja, Bhisma seolah dapat mengartikan apa  yang akan di sampaikan cewek itu berikut dengan nada kesalnya. Menyenangkan sekali memang. "Gimana? Ah, lama. Apa mau gue aja  yang pilihin?" cecar Bhisma lagi, saat melihat Vale  yang belum memilih satu dari sekian banyak pilihan maha baik  yang ditawarkannya. Padahal waktu sudah terbuang sekian menit,  h a n y a   untuk Vale menimang mana  yang lebih baik antara berlari, jalan jongkok, atau di pasang papan memalukan itu. Bhisma bangga sekali dapat membuat cewek itu kebingungan sendiri  karena  berbagai pilihan  yang  tidak  ada baik baiknya. Padahal kan gitu doang, memang dasar Vale saja  yang hobi memperpanjang masalah, jika dilakukan kan bisa cepat kelar. Mungkin memang Vale ingin berursan lebih lama dengannya, siapa tau kan? Sok marah marah aja, padahal keasikan sampai mau mengulur waktu lebih lama lagi. Vale menarik napasnya secara perlahan, matanya menatap sosok Bhisma dengan jengkel. Akhirnya cewek itu mengeluarkan suara setelah sejak tadi diam  dan  mengeluh dalam hati, merapalkan sumpah serapah pada sosok di hadapannya  yang tampak tersenyum bahagia. s****n! Bhisma memang paling jago dalam merasakan kebahagiaan di atas penderitaan Vale. Tunggu saja Bhisma! Gak usah seneng dulu! Vale pasti akan balas dendam sampai Bhisma nangis  dan  pulang, terus ngadu ke orang tuanya, kayak anak cewek abis di isengin gara gara boneka berbinya di buang ke dalam got oleh teman mainnya. Membayangkan Bhisma  yang menangis sambil merengek saja sudah membuat Vale tersenyum bahagia. Ia tak sabar akan merealisasikan pembalasan dendam ini. “Jangan senyam senyum, g****k!” kata Bhisma  yang melihat cengiran Vale sejak tadi, alih alih memilih salah satu dari tiga pilihan  yang diberikannya. Bhisma sudah dapat menebak apa  yang di pikirkan cewek itu, dalam keadaan terdesak saja tuh cewek malah mikir kesialan nasibnya. Dasar  tidak  sadar diri,  yang saat ini harus di kasihanin itu siapa? Harusnya Vale lebih memikirkan nasibnya saat ini dari pada memikirkan pembalasan dendam. “Cepetan pilih! Lo betah ya lama lama di sini  dan  liati gue sampe puas?” goda Bhisma  yang gemas melihat Vale masih mengulur waktu  dan  belum memilih apa pun, padahal sudah sekian menit terlewati dengan mereka berdua  yang masih berada di posisi masing masing. Vale enggan menghiraukan ejekan Bhisma, cewek itu akhirnya memilih untuk menjawab, "Kalo gue disuruh jalan jongkok, 'harus' gitu dari sini? Ini kan jauh banget, nyong." cewek ini--Vale-- meman dan g jauh dimana sekolahnya bertengger. Ia mengira ngira, berapa langkah  yang harus ia lalui untuk bisa sampai ke sana. Mungkin ada seratus langkah? Atau lebih? Sekali lagi Vale meringis dalam hati, ia harus membeli obat sakit kaki nanti di kantin, semoga di kantin sekolah ada  yang menjual obat tersebut, jika  tidak  kaki Vale bisa resign dari anggota tubuh saking kelelahan  dan   tidak  tahan dengan serentetan aktivitas menyiksa jiwa  dan  raga  yang di sebabkan oleh Bhisma ini. Vale ingin sekali mencekik Bhisma sekarang juga. Kenapa gak sekolahnya aja  yang nyamperin gue? Kenapa harus selalu gue  yang nyamperin sekolah? Pikiran gila  yang melintas dipikiran Vale. Saat tak menemukan cara lain untuk mengelak hukuman dari Bhisma ini, otak anehnya mulai bekerja dengan tak tahu diri.  yang mana tentu saja hal tersebut  tidak  mungkin. Jika sekolah tersebut bisa menghampirinya, Vale lebih memilih untuk berharap gedung sekolah tersebut menghantap sosok Bhisma  dan  mengubur di dalamnya. Bukan kah itu terdengar lebih menyenangkan? Baik lah, seharian ini sudah berapa banyak pikiran psikopat  yang bersarang di kepalanya? Rasanya Vale harus menemui psikolog untuk mengkonsultasikan perihal kondisinya  yang semakin menyeramkan  karena  terus memikirkan hal hal  yang kejam setiap kali melihat Bhisma  dan  ingin melenyapkannya dengan cara paling s***s  yang pernah ada. Mungkin di masa lalu, Vale merupakan turunan dari kanibal primitif  yang hidup di pedalaman gua  dan  jarang bertemu makhluk lain sehingga saat bertemu dengan makhluk lainnya akan di terkam dengan buas  dan  tak akan dibiarkan orang tersebut selamat.  karena  itu lah ia memiliki pemikiran horor setiap kali berhadapan dengan Bhisma, tapi memang Bhisma saja  yang kelakuannya setara setan  dan   tidak  bisa disandingkan dengan manusia normal pada umumnya  yang memiliki hati baik  dan  kemurahan hati  yang berlimpah. Rasanya baik hati itu tak mungkin ada dalam kamus seorang Bhisma  yang isinya  h a n y a   untuk menyusahkan Vale seumur hidup. Seolah jika satu hari terlewati tanpa membuat Vale darah tinggi, Bhisma bisa menderita kejang kejang tak tertahankan. "Yaps--" Bhisma tersenyum pongah, persis seperti iblis  yang berhasil membuat Adam diten dan g dari surga  dan  terlemparkan ke bumi. "--tapi kalo lo milih lari dilapangan, lo boleh jalan kayak biasa dari sini ke sekolah, tapi, istirahat ntar, lo harus lari keliling lapangan 5 kali. 5 kali doang coy, masa cewek jadi-jadian kayak lo gak bisa sih." Lanjutnya  tidak  tau diri. Vale nyaris meledak saat mendengar nada suara Bhisma  yang terdengar ringan saat mengatakan lari doang, di tambah lima putaran. Jin bandung bondowoso juga pasti bakal protes kalo di suruh lari keliling lapangan sekolahnya  yang gede banget, di tambah lima putaran pula. Vale bisa mati di usia muda  karena  kelelahan, bahkan pelajaran olah raga saja  h a n y a   lari sampai tiga putaran, gak sampe lima.  dan  barusan Bhisma bilang apa?  h a n y a   lima putaran? Cewek jadi jadian? Vale ingin mengutuk Bhisma sekarang juga untuk jadi candir  yang ke 1001 di komplek prambanan sana, agar lebih berguna Dikit  dan  bisa jadi pajangan dari pada hidupnya  h a n y a   menghantui Vale sedemikian rupa  dan  membuat Vale kesulitan bernapas  karena  ulah cowok itu. Satu lagi. Berengsek! Cowok s****n ini selalu mengatainya cewek jadi-jadian. Terus dia apaan? Cowok jelmaan iblis? Cowok titisan setan? Segala macam  yang berasal dari kegelapan seolah cowok di sandingkan oleh Bhisma, cowok itu memang layaknya sosok  yang berasal dari neraka sana,  dan   tidak  layak hidup tentram di bumi. Sebab kehadiran Bhisma  h a n y a   untuk menyengsarakan hidupnya  yang padahal  tidak  bahagia bahagia amat juga. Keba yang kan, hidup Vale  yang C u m a kayak gini, harus dihantui mimpi buruk berupa sosok Bhisma  dan  segala macam tingkahnya  yang memuakan ini. Bagaimana bisa Vale  tidak  emosi lahir batin setiap harinya  karena  harus behradapan terus menerus dengan sosok Bhisma? "Gue bukan cewek jadi-jadian!" bantah Vale kesal, meski ia teriak sampai suaranya nyaris habis pun perc u m a, Bhisma  tidak  akan peduli  dan  terus memanggilnya cewek jadi-jadian. Entah mendapatkan julukan dari mana hingga Bhisma bisa menamai dirinya seperti itu,  dan  tentu saja Vale  tidak  menyukai julukan cewek jadi jadian.  karena  memang dirinya serratus persen cewek! Memangnya dia banci Thailand? Ingin rasanya Vale menyumpal mulut Bhisma dengan sampah  yang ada di pinggir jalan, memasukannya ke dalam mulut cowok itu agar bau busuk nya berpindah ke sana. Meski tanpa sampah pun Vale yakin mulut Bhisma sudah busuk  karena  setiap ucapannya  yang  tidak  ngotak  dan  gak di pikir dulu. Meski Vale ragu Bhisma masih punya otak buat berpikir sih, rasanya cowok kayak Bhisma gak memang gak punya hati  dan  gak punya otak. Vale sungguh benci setengah mampus sama Bhisma. Haahh... Iya sih c u m an 5 kali keliling, pikiran kalian pasti c u m a berpikiran 'ah gampang'. Tapi, ini beda, sekolah gue tuh punya lapangan  yang super duper lebar. 1 kelilingan aja, bisa jadi berasa 2 kali keliling kalo disekolah lain mah.  dan  5 kali itu berarti dikali 2. 5 dikali 2 berapa? 10? Haah... Omaygat banget. Pikir Vale. Bayangin coba! 10 putaran! Apa Vale gak ngerasa lebih kepengen mampus aja dari pada harus mampus di tengah lapangan saat lagi berlari  karena   tidak  mampu memenuhi tantangan dari Bhisma ini. Bukan tantangan, ralat, hukuman  karena  kalah taruhan t***l. Vale sungguh benci mengingatnya sebab dirinya merasa di rugikan sendirian, se dan g Bhisma membawa serta Ricky untuk ikut membuatnya menjadi bahan bulan bulanan. Mana lari nya pas jam istirahat, matahari sudah mulai menyorot terik. Yakin banget Vale bakal pingsan  karena  kepanasan  dan  kekurangan cairan, lalu Bhisma akan cuci tangan  dan  gak mungkin tanggung jawab meski Vale akan tergeletak di tengah lapangan. Bhisma memang setega itu, untuk apa juga Vale berharap Bhisma menjadi baik? Mana mungkin! * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o  B e  C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD