* * * * * * * * * Part 2 * * * * * * * * *
Vale gemas sekali, dalam kepalanya ia seolah tengah memikirkan pembalasan apa yang akan ia gunakan untuk Bhisma. yang j e l a s akan lebih parah dari ini dan membuat Bhisma mengeluh seharian dan menatapnya dengan murka, tidak apa saat ini Bhisma bisa tertawa pongah dan bahagia seolah memegang kendali atas dirinya, se dan g dirinya seperti hamba sahaya yang belum merdeka. Tapi lihat saja, tidak sampai nanti sore, Vale akan membuat Bhisma bertekuk lutut karena pembalasannya yang akan ia tuntaskan hari ini juga.
"Niat banget sih lo." Rutuknya gemas, dengan ekspresi yang tidak dapat dikatakan bersahabat. Perjalanannya dari rumah ke sekolah sudah cukup melelahkan tanpa perlu di kerjai Bhisma s****n ini!
Namun, di tambah oleh pekerjaan dari Bhisma, hal tersebut membuat rasa lelahnya bertambah berpuluh puluh kali lipat karena melibatkan emosi yang seharusnya tidak ia keluarkan menjadi menggebu. Emosi kan juga menguras tenaga, apa lagi jika berhubungan dengan Bhisma, mana bisa Vale santai dan tenang saja. Rasanya amarahnya seolah terbakar setiap kali berhadapan dengan cowok itu, jantungnya berpacu dengan cepat, memompa darah ke sekitar tubuhnya, membuat tensi darahnya kian meninggi setiap kali berhadapan dengan Bhisma. Rasanya ia tidak bisa berpikir tenang jika harus melihat Bhisma di matanya.
"Oh, j e l a s --" Bhisma membusungkan da dan ya yang krempeng dengan sangat k edepan, sampe cewek itu pengen nonjok tuh d**a sampe pemiliknya terbantuk-batuk kayak orang bengek, atau mampus sekalian. Iya! Berhubungan sama Bhisma memang memicu jiwa psikopatnya. Vale saja baru sadar kalo pemikirannya bisa sesadis itu, tapi siapa sih yang bisa tenang tenang saja kalo di hadapkan oleh sosok Bhisma yang serasa ketua perserikatan iblis iblis yang tersebar di bumi? Mana ada! Hebat banget tuh orang, mungkin Vale akan memberikan gelar siapa pun itu orangnya jika mampu sabar menghadapi Bhisma. Vale rela memberikan uang jajannya yang tidak seberapa itu selama sebulan pada orang tersebut, catat baik baik! Sebab memang tidak akan mungkin ada yang sanggup berhadapan dengan kelakuak biadab Bhisma yang tiada habisnya ini, seolah stok kejahanaman Bhisma tidak pernah berakhir.
"--gue pasti selalu niat kalo menyangkut tentang lo." Lanjut Bhisma dengan nada pongah, cowok itu tersenyum lebar pada Vale yang masih meringis sebal. Mata Bhisma memancarkan aura kepuasan l u a r b i a s a karena berhasil membuat Vale mengeluh di setiap detiknya, melihat wajah frustasi Vale, menerka nerka apa yang ada di pikiran cewek itu. Ia yakin kepala cewek itu tengah memikirkan aksi aksi psikopat perihal apa yang akan di lakukan cewek itu terhadapnya. Bhisma mengenal cara berpikir Vale dengan sangat baik, kepala Vale serasa transparan di mata Bhisma. h a n y a melihat matanya saja, Bhisma seolah dapat mengartikan apa yang akan di sampaikan cewek itu berikut dengan nada kesalnya. Menyenangkan sekali memang.
"Gimana? Ah, lama. Apa mau gue aja yang pilihin?" cecar Bhisma lagi, saat melihat Vale yang belum memilih satu dari sekian banyak pilihan maha baik yang ditawarkannya. Padahal waktu sudah terbuang sekian menit, h a n y a untuk Vale menimang mana yang lebih baik antara berlari, jalan jongkok, atau di pasang papan memalukan itu. Bhisma bangga sekali dapat membuat cewek itu kebingungan sendiri karena berbagai pilihan yang tidak ada baik baiknya. Padahal kan gitu doang, memang dasar Vale saja yang hobi memperpanjang masalah, jika dilakukan kan bisa cepat kelar. Mungkin memang Vale ingin berursan lebih lama dengannya, siapa tau kan? Sok marah marah aja, padahal keasikan sampai mau mengulur waktu lebih lama lagi.
Vale menarik napasnya secara perlahan, matanya menatap sosok Bhisma dengan jengkel. Akhirnya cewek itu mengeluarkan suara setelah sejak tadi diam dan mengeluh dalam hati, merapalkan sumpah serapah pada sosok di hadapannya yang tampak tersenyum bahagia. s****n! Bhisma memang paling jago dalam merasakan kebahagiaan di atas penderitaan Vale. Tunggu saja Bhisma! Gak usah seneng dulu! Vale pasti akan balas dendam sampai Bhisma nangis dan pulang, terus ngadu ke orang tuanya, kayak anak cewek abis di isengin gara gara boneka berbinya di buang ke dalam got oleh teman mainnya. Membayangkan Bhisma yang menangis sambil merengek saja sudah membuat Vale tersenyum bahagia. Ia tak sabar akan merealisasikan pembalasan dendam ini.
“Jangan senyam senyum, g****k!” kata Bhisma yang melihat cengiran Vale sejak tadi, alih alih memilih salah satu dari tiga pilihan yang diberikannya. Bhisma sudah dapat menebak apa yang di pikirkan cewek itu, dalam keadaan terdesak saja tuh cewek malah mikir kesialan nasibnya. Dasar tidak sadar diri, yang saat ini harus di kasihanin itu siapa? Harusnya Vale lebih memikirkan nasibnya saat ini dari pada memikirkan pembalasan dendam. “Cepetan pilih! Lo betah ya lama lama di sini dan liati gue sampe puas?” goda Bhisma yang gemas melihat Vale masih mengulur waktu dan belum memilih apa pun, padahal sudah sekian menit terlewati dengan mereka berdua yang masih berada di posisi masing masing.
Vale enggan menghiraukan ejekan Bhisma, cewek itu akhirnya memilih untuk menjawab, "Kalo gue disuruh jalan jongkok, 'harus' gitu dari sini? Ini kan jauh banget, nyong." cewek ini--Vale-- meman dan g jauh dimana sekolahnya bertengger. Ia mengira ngira, berapa langkah yang harus ia lalui untuk bisa sampai ke sana. Mungkin ada seratus langkah? Atau lebih? Sekali lagi Vale meringis dalam hati, ia harus membeli obat sakit kaki nanti di kantin, semoga di kantin sekolah ada yang menjual obat tersebut, jika tidak kaki Vale bisa resign dari anggota tubuh saking kelelahan dan tidak tahan dengan serentetan aktivitas menyiksa jiwa dan raga yang di sebabkan oleh Bhisma ini. Vale ingin sekali mencekik Bhisma sekarang juga.
Kenapa gak sekolahnya aja yang nyamperin gue? Kenapa harus selalu gue yang nyamperin sekolah? Pikiran gila yang melintas dipikiran Vale. Saat tak menemukan cara lain untuk mengelak hukuman dari Bhisma ini, otak anehnya mulai bekerja dengan tak tahu diri. yang mana tentu saja hal tersebut tidak mungkin. Jika sekolah tersebut bisa menghampirinya, Vale lebih memilih untuk berharap gedung sekolah tersebut menghantap sosok Bhisma dan mengubur di dalamnya. Bukan kah itu terdengar lebih menyenangkan? Baik lah, seharian ini sudah berapa banyak pikiran psikopat yang bersarang di kepalanya? Rasanya Vale harus menemui psikolog untuk mengkonsultasikan perihal kondisinya yang semakin menyeramkan karena terus memikirkan hal hal yang kejam setiap kali melihat Bhisma dan ingin melenyapkannya dengan cara paling s***s yang pernah ada.
Mungkin di masa lalu, Vale merupakan turunan dari kanibal primitif yang hidup di pedalaman gua dan jarang bertemu makhluk lain sehingga saat bertemu dengan makhluk lainnya akan di terkam dengan buas dan tak akan dibiarkan orang tersebut selamat. karena itu lah ia memiliki pemikiran horor setiap kali berhadapan dengan Bhisma, tapi memang Bhisma saja yang kelakuannya setara setan dan tidak bisa disandingkan dengan manusia normal pada umumnya yang memiliki hati baik dan kemurahan hati yang berlimpah. Rasanya baik hati itu tak mungkin ada dalam kamus seorang Bhisma yang isinya h a n y a untuk menyusahkan Vale seumur hidup. Seolah jika satu hari terlewati tanpa membuat Vale darah tinggi, Bhisma bisa menderita kejang kejang tak tertahankan.
"Yaps--" Bhisma tersenyum pongah, persis seperti iblis yang berhasil membuat Adam diten dan g dari surga dan terlemparkan ke bumi. "--tapi kalo lo milih lari dilapangan, lo boleh jalan kayak biasa dari sini ke sekolah, tapi, istirahat ntar, lo harus lari keliling lapangan 5 kali. 5 kali doang coy, masa cewek jadi-jadian kayak lo gak bisa sih." Lanjutnya tidak tau diri.
Vale nyaris meledak saat mendengar nada suara Bhisma yang terdengar ringan saat mengatakan lari doang, di tambah lima putaran. Jin bandung bondowoso juga pasti bakal protes kalo di suruh lari keliling lapangan sekolahnya yang gede banget, di tambah lima putaran pula. Vale bisa mati di usia muda karena kelelahan, bahkan pelajaran olah raga saja h a n y a lari sampai tiga putaran, gak sampe lima. dan barusan Bhisma bilang apa? h a n y a lima putaran? Cewek jadi jadian? Vale ingin mengutuk Bhisma sekarang juga untuk jadi candir yang ke 1001 di komplek prambanan sana, agar lebih berguna Dikit dan bisa jadi pajangan dari pada hidupnya h a n y a menghantui Vale sedemikian rupa dan membuat Vale kesulitan bernapas karena ulah cowok itu.
Satu lagi. Berengsek! Cowok s****n ini selalu mengatainya cewek jadi-jadian. Terus dia apaan? Cowok jelmaan iblis? Cowok titisan setan? Segala macam yang berasal dari kegelapan seolah cowok di sandingkan oleh Bhisma, cowok itu memang layaknya sosok yang berasal dari neraka sana, dan tidak layak hidup tentram di bumi. Sebab kehadiran Bhisma h a n y a untuk menyengsarakan hidupnya yang padahal tidak bahagia bahagia amat juga. Keba yang kan, hidup Vale yang C u m a kayak gini, harus dihantui mimpi buruk berupa sosok Bhisma dan segala macam tingkahnya yang memuakan ini. Bagaimana bisa Vale tidak emosi lahir batin setiap harinya karena harus behradapan terus menerus dengan sosok Bhisma?
"Gue bukan cewek jadi-jadian!" bantah Vale kesal, meski ia teriak sampai suaranya nyaris habis pun perc u m a, Bhisma tidak akan peduli dan terus memanggilnya cewek jadi-jadian.
Entah mendapatkan julukan dari mana hingga Bhisma bisa menamai dirinya seperti itu, dan tentu saja Vale tidak menyukai julukan cewek jadi jadian. karena memang dirinya serratus persen cewek! Memangnya dia banci Thailand? Ingin rasanya Vale menyumpal mulut Bhisma dengan sampah yang ada di pinggir jalan, memasukannya ke dalam mulut cowok itu agar bau busuk nya berpindah ke sana. Meski tanpa sampah pun Vale yakin mulut Bhisma sudah busuk karena setiap ucapannya yang tidak ngotak dan gak di pikir dulu. Meski Vale ragu Bhisma masih punya otak buat berpikir sih, rasanya cowok kayak Bhisma gak memang gak punya hati dan gak punya otak. Vale sungguh benci setengah mampus sama Bhisma.
Haahh... Iya sih c u m an 5 kali keliling, pikiran kalian pasti c u m a berpikiran 'ah gampang'. Tapi, ini beda, sekolah gue tuh punya lapangan yang super duper lebar. 1 kelilingan aja, bisa jadi berasa 2 kali keliling kalo disekolah lain mah. dan 5 kali itu berarti dikali 2. 5 dikali 2 berapa? 10? Haah... Omaygat banget. Pikir Vale.
Bayangin coba! 10 putaran! Apa Vale gak ngerasa lebih kepengen mampus aja dari pada harus mampus di tengah lapangan saat lagi berlari karena tidak mampu memenuhi tantangan dari Bhisma ini. Bukan tantangan, ralat, hukuman karena kalah taruhan t***l. Vale sungguh benci mengingatnya sebab dirinya merasa di rugikan sendirian, se dan g Bhisma membawa serta Ricky untuk ikut membuatnya menjadi bahan bulan bulanan. Mana lari nya pas jam istirahat, matahari sudah mulai menyorot terik. Yakin banget Vale bakal pingsan karena kepanasan dan kekurangan cairan, lalu Bhisma akan cuci tangan dan gak mungkin tanggung jawab meski Vale akan tergeletak di tengah lapangan. Bhisma memang setega itu, untuk apa juga Vale berharap Bhisma menjadi baik? Mana mungkin!
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *