BAB 1 DIPAKSA MENIKAH

1044 Words
"Kamu harus tanggung jawab! Gantikan Silvia dan menikahlah dengan Kalman!” paksa Mama Kusnita yang disertai ancaman. Membuat seorang gadis cantik bernama Darlina tersentak kaget. Gadis itu seperti kehilangan tenaga. Raut wajah Kusnita–ibu dari Kalmantara Dirga terlihat sangat mengerikan. Dia bahkan sampai merasa jika oksigen di ruangan itu seolah menipis hingga napasnya sesak. "Me-menikah?" tanya Darlina gugup, dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan menikah dengan bosnya yang galak itu. Jantung Darlina benar-benar hampir copot karena Mama Kusnita sampai menggebrak meja dengan keras. Rasanya dia ingin menghilang saja dari ruangan itu. "Kamu pikir kamu itu siapa, hah?! Kurang apa Tante selama ini sama kamu!" teriak Mama Kusnita. Sebenarnya dia tidak tega melihat Darlina ketakutan, tapi hanya itu cara satu-satunya untuk meminta Darlina mau menikah dengan anak keduanya. "Sa-saya tau saya salah tidak menjaga Mbak Silvia dengan baik, tapi demi Tuhan saya tidak tau apa-apa, Tante. Kalau saya tau Mbak Silvia akan pergi, saya tidak akan meninggalkan ruangan ini," ujar Darlina lirih sambil meremas ujung blouse yang dikenakannya. Mama Kusnita tampak mencondongkan tubuh hingga wajahnya hanya berjarak lima centi saja dari wajah Darlina. Matanya memicing tajam, menatap seolah ingin menelan gadis di hadapannya itu bulat-bulat. "Apa kamu tau jika di luar sana tamu undangan sudah menunggu? Keluarga saya akan mendapat malu dan semua itu karena kamu tidak becus menjaga Silvia. Saya hanya minta kamu temani dia di sini sebelum acara pernikahan, tapi kenapa kamu sampai tidak tau kalau dia pergi!" teriak Mama Kusnita tepat di wajah Darlina, membuat gadis cantik itu memejamkan matanya. "Saya tau saya salah, tapi kenapa saya harus menikah dengan Pak Kalman? Saya ini hanya sekretarisnya, Tante. Bagaimana bisa kami menikah, padahal semua orang tau kalau Pak Kalman akan menikah dengan Mbak Silvia?" "Bisa saja. Bukankah Mama yang sudah memberikanmu pekerjaan? Lagi pula, pernikahan ini juga hanya sementara saja. Papa dan mamamu juga sudah setuju. Percayalah jika bukan karena Mama yang meminta, saya juga tidak mau.” Tiba-tiba suara berat itu terdengar. Darlina pun langsung menoleh. Menatap tidak suka wajah bosnya yang kini sudah berdiri di depan pintu. Darlina bersungut di dalam hati, tidak terima dengan rencana pernikahan mendadak itu. "Kalman, bagaimana kondisi di luar?" tanya Mama Kusnita. “Belum ada yang tau kalau Silvia pergi, Mah. Tapi .…” “Darlina, apa begini caramu membalas budi sama Tante? Apa kamu lupa, Tante yang ada saat orang tua kandungmu kesulitan? Tante juga yang sudah menolong saat orang tua angkatmu kesusahan. Apa kamu tega membiarkan orang-orang di luar sana mencemooh kami?” desak Mama Kusnita. Berharap gadis yang ada di depannya setuju dengan rencana pernikahan itu. Darlina yang merasa bingung kini mulai menangis tersedu. Dia sangat menyesal kenapa bisa begitu ceroboh hingga dengan mudahnya tertipu oleh Silvia. Silvia adalah sepupu sekaligus kakak angkatnya. Selama beberapa tahun ini, dia tinggal bersama orang tua angkatnya yang tak lain adalah orang tua Silvia. "Dengan menangis seperti itu, kamu pikir aku akan luluh? Bangun, Darlina! Semua tidak akan mengubah keadaan dan Silvia juga sudah pergi entah ke mana!" bentak Kalman gusar. Lelaki itu sangat marah dengan kaburnya Silvia, maka pada Darlina-lah dia melampiaskan semuanya. Darlina adalah sekretaris pribadi Kalman. Gadis itu bisa bekerja di perusahaan milik Kalman karena almarhum ayahnya bersahabat baik dengan Mama Kusnita. Dan, hari ini adalah pernikahan Kalman dan Silvia. Beberapa menit yang lalu, Silvia masih duduk di ruang ganti bersamanya. Darlina tak merasa curiga sedikit pun saat kakak angkatnya itu memintanya untuk mengambilkan makan hingga dia langsung meninggalkan ruangan. Namun, alangkah terkejutnya saat dia kembali, Silvia sudah tidak ada dan hanya meninggalkan sepucuk surat yang menyatakan jika wanita itu tidak bisa melanjutkan pernikahan dengan Kalman. "Kamu itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa jika kamu tidak bekerja di perusahaanku! Jadi, cepat putuskan, menikah atau jadi manusia yang tidak tau balas budi!" bentak Kalman menyudutkan Darlina. Jika tidak memikirkan jasa Mama Kusnita, ingin rasanya Darlina melempar vas bunga yang ada di meja ke wajah lelaki tak berperasaan itu. Namun, apa daya, gadis bertubuh kurus itu punya banyak utang budi pada Mama Kusnita. Bahkan di awal dia bekerja, Darlina sempat melakukan kecerobohan hingga mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan, tapi Mama Kusnita menutupi dan selalu membelanya di hadapan Kalman. Sejak saat itulah, Kalman selalu saja memperlakukan Darlina dengan semena-mena. Ada saja tugas yang harus ia kerjakan, bahkan terkadang Darlina harus melakukan pekerjaan di luar jam kerja. "Jadi, bagaimana? Jangan kebanyakan berpikir, kalau kamu mau menjadi istriku, kamu nggak perlu bekerja lagi dan kamu juga sudah membalas budi ke mamaku, bukan?" tuntut Kalman terlihat santai seolah tak mengerti perasaan Darlina. "Jika aku tidak mau?" tanya Darlina lemah. "Pilihannya hanya ada dua, Darlina. Pertama aku akan memecatmu dan kami tidak akan mau lagi menolong adikmu. Aku tau jika tantemu sering bersikap kurang ajar dan seenaknya, tapi jika kamu menikah denganku, adikmu juga bisa tinggal di rumahku dan kamu tidak perlu lagi bertemu dengan orang tua angkatmu yang menyebalkan itu," kata Kalman lagi. "Tapi …." Darlina terlihat ragu menatap lelaki yang tengah memaksanya itu. "Tapi apa?" tanya Kalman sambil menaikkan kedua alis matanya. "Kamu mau aku menebus pernikahan ini dengan uang?" Rasanya sakit sekali menerima penghinaan dari bosnya itu, tapi apa mau dikata, saat ini Darlina tidak punya pilihan lain yang jauh lebih baik. Jika dia sampai dipecat, harus ke mana dia mencari pekerjaan sebagus pekerjaannya sekarang? Bagaimana dia bisa membiayai pengobatan ibunya yang sekarang berada di rumah sakit jiwa juga biaya sekolah sang adik. Lagi pula apa yang dikatakan Kalman benar, Mama Kusnita sudah begitu baik padanya. Jadi, rasanya sangat kejam jika dia sampai mengabaikan permintaannya. Kedua orang tua angkatnya pun pasti akan menyalahkannya karena tidak mau membantu, apalagi selama ini Darlina juga numpang tinggal di rumah mereka. Hidup terasa begitu berat baginya, di dalam hati dia bertanya, kenapa semua itu harus terjadi padanya? "Cepat putuskan! Kamu tidak ada pilihan lain selain menerima tawaranku!" Kalman menyilangkan tangannya di d**a. Darlina terdiam. Dia memang tak bisa melakukan hal lain. Akan tetapi, menjadi istri dari bos galak yang menyebalkan seperti Kalman, membayangkannya saja dia sudah tidak tahan. "Kamu anak baik, Darlina. Tante hanya minta tolong karena nama baik keluarga kami sedang dipertaruhkan saat ini," ucap Mama Kusnita melunak. Darlina mengangkat wajahnya menatap kedua orang yang ada di hadapannya. Kini dia benar-benar bingung untuk mengambil keputusan. Dia takut keputusannya salah. Takut jika nanti dia akan menyesali keputusannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD