Tiga

471 Words
-Dear Heart, masih kuatkah kau berjalan di sebuah lorong kesia-sian?- ♤♤♤ "Gue pengen tambah deket, karena gue suka sama Nia." ucap Ardian dengan senyum nya yang lebar, sehingga memperlihatkan deretan gigi putihnya. What the... Ardian suka Nia? Kenyataan apa lagi ini. "L-lo suka sama Nia?" Balas Vani dengan perubahan raut wajah yang sangat kecewa, ia tak menyangka sangat banyak kejutan dihari ini. Ia berharap kejadian hari ini hanyalah mimpi, dan setelah terbangun tak akan terjadi apa-apa. Ardian yang tak menyadari perubahan raut wajah Vani hanya menganggukkan kepalanya dengan mantap, "Iya, gue suka sama Nia. Dia itu baik plus cantik." Cengiran diwajah Ardian langsung nampak diwajah tampannya. Saat tersadar, Vani mengubah ekspresi wajahnya agar tidak disadari Ardian. Ia tak ingin, Ardian mengetahui perasaannya. Jika Ardian tau, ia akan merusak kebahagiaan dua orang penting dalam kehidupannya. "I-iya, nanti gue kirim ke line lo," ucap Vani dengan gugup. "Makasih Van, lo adalah teman terbaik gue." balas Ardian. Cuman teman yah Ar? Batin Vani. Lalu, Ardian mengacak rambut Vani dengan gemas. Lo tau Ar, perlakuan lo yang kayak gini buat gue semakin jatuh ke hati lo. Tapi gue sadar, gue bukan orang yang diinginkan kehadirannya. Batin Vani. Vani hanya membalasnya dengan gumaman, karena ia tak tau harus berkata seperti apalagi. ♤♤♤ Sesampainya dirumah, Vani merebahkan tubunya di kasur. Ia memijit pelipisnya, karena tak habis pikir sangat banyak kejutan yang terjadi hari ini. Mulai dari pengakuan Nia menyukai Ardian, dan Ardian yang juga menyukai Nia. Gue suka Ardian. Gue suka Nia. Dua kalimat tersebut terus berputar dalam otak Vani. Ia menatap langit-langit kamarnya, tak menyangka jika cinta pertamanya akan seperti ini jadinya. Ceklek Pintu terbuka, menampilkan seseorang yang selalu jahil kepadanya. Tak lain dan tak bukan, ialah kakaknya. Arfandi Hizkafian, yang akrab disapa Kak Fandi. Fandi yan melihat wajah sendu adiknya, langsung terduduk disamping adiknya. "Kamu kenapa dek?" "Gapapa kok kak," balas Vani menutupi kesedihannya. "Beneran?" "Iya kak," balas Vani sambil menunjukkan senyum terpaksanya. "Yaudah, kalau kamu gamau cerita sekarang kakak akan tunggu kamu siap," Fandi mengusap kepala adik kesayangannya. Lalu Vani menaruh kepalanya ke bahu Fandi, "Mmm, kak?" "Iya?" "Gimana perasaan kakak kalau seandainya sahabat kakak suka dengan orang yang juga disukai kakak?" "Gimana ya... yang pasti kecewa. Tapi, kalau mereka saling suka, kita bisa apa? Mau merusak?. Gak mungkin banget dek. intinya kita ngambil prinsip 'jika dia bahagia, aku juga bahagia', keliatannya sih emang simple, tapi susah buat prakteknya. So, kita harus yakin bahwa ada seseorang yang lebih baik dari dia." Ucap Fandi panjang kali lebar, "Kenapa kamu tiba-tiba tanya kayak gitu dek?" Lanjutnya. "Gapapa kok kak, temen aku ada yang curhat terus minta pendapat." Vani masih menunjukkan senyum tipisnya. Kakak tau kamu bohong dek, ini pasti tentang kamu. Batin Fandi "Yaudah kalo gitu, kakak mau balik ke kamar. Mau ngelanjutin tugas," pamit Fandi. Vani menegakkan tubuhnya lalu mengangguk, kemudian pintu tertutup dan tinggallah Vani seorang diri dikamarnya. Ia menatap arah jendelanya dengan pandangan kosong. Tes Satu tetes darah mengalir dari hidung Vani. Lalu dengan cepat Vani mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya, Mungkin karena terlalu lelah, batin Vani yakin.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD