bc

STARA; Discovery of Seven Companion Stars

book_age4+
72
FOLLOW
1K
READ
others
reincarnation/transmigration
time-travel
goodgirl
powerful
others
mystery
another world
others
like
intro-logo
Blurb

Stara tidak pernah menyangka bahwa setelah kematiannya, dia akan mendapatkan sebuah kehidupan baru untuk menjadi Rasi Bintang. Tuhan memberitahunya bahwa kehidupan barunya ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan takdir yang memang sudah disepakati sebelumnya, dengan kata lain, Stara tidak bisa menolak.

Takdir penyinaran yang akan terjadi pada 29 Februari, nantinya akan melewati sebuah perjalanan panjang untuk mencari Tujuh Bintang Pendamping lebih dulu, yang nantinya akan membantu Stara menyempurnakan penyinarannya.

Tapi akankah semuanya berjalan lancar?

Dari pencarian Tujuh Bintang Pendamping itu, sampai semua masalah yang hadir di perjalanannya.

Akankah Stara bisa menyelesaikannya?

Dan apa yang kiranya akan terjadi pada akhir dari masa penyinarannya?

***

"Di luar semua kuasa-Nya, aku tercipta. Menjadi penerang untuk mengembalikan jiwa-jiwa tersesat menuju keabadian."--- Stara.

chap-preview
Free preview
Prolog
Ada tujuh Bintang yang menanti. Tujuh Bintang pemberi jalan menuju keabadian. Tujuh Bintang yang tidak memiliki hubungan, namun terikat pada takdir tak terlihat. Tujuh Bintang yang terpisah sangat jauh, namun tanpa sadar terasa dekat.   Leo, Aries, Taurus, Gemini, Sagitarius dan Aquarius. Itu mereka.   Pengorbanan langit gelap. Hati murni menjadi penunjuk jalan. Pencarian di beberapa belahan dunia.   Ini semua, takdir. ~~~   Pagi yang indah di hari minggu ditemani segelas air putih hangat serta satu buah apel segar yang menggiurkan. Kicauan burung-burung di atas genteng rumah selalu menjadi lantunan lagu favorite Jaemin di setiap minggunya. Tidak pernah sesenang ini rasanya, ditambah hari ini dia libur bekerja. Jaemin bahagia sekali. Dia ingin menikmati hidupnya hari ini. Setelah mendapatkan banyak tekanan di enam hari sebelumnya, akhirnya Jaemin bisa bernapas lega. Tidak ada tumpukan koran yang harus diantar, tidak ada anak-anak yang harus dia antar ke sekolah, tidak ada juga s**u sapi yang setiap paginya harus siap antar, semua tentang antar-mengantar. Bermodalkan sepeda butut berumur empat tahun, Jaemin melakukan semua pekerjaan yang disebutkan itu. Jadi, biarkan dia menikmati hari minggunya kali ini. Sama seperti minggu-minggu sebelumnya. Seperti sudah hafal diluar kepala, Jaemin menarik kursi dari meja makan hingga menimbulkan decit yang sedikit mengganggu telinga. Dia membawa kursi itu menuju satu dari dua jendela yang terpasang di rumahnya─satu di kamarnya dan satu lagi di luar kamarnya─yang memang hanya memiliki dua tempat. Pertama, kamar. Kedua, luar kamar. Oke, Jaemin tetap bersyukur, karena setidaknya dia masih memiliki rumah. Jaemin mendudukkan dirinya senyaman mungkin di kursi, menatap langit dari tembusan kaca jendela. Tangannya terjulur untuk menghidupkan radio yang dia gantung di dinding menggunakan tali─ah, ya, sekedar informasi saja kalau Jaemin tidak mempunyai televisi. Beberapa menit lagi, suara yang lebih indah dari kicauan burung di pagi hari akan terdengar. Sama seperti minggu-minggu sebelumnya, perlahan Jaemin akan menghitung mundur. Tiga. Dua. Sa─ BRUK! Kedua mata Jaemin yang hampir menutup langsung terbuka lebar, dia bahkan langsung berlari keluar rumah untuk memastikan dari mana suara tadi berasal. Tapi baru sampai di luar, yang Jaemin cek justru bagian depan pintu rumahnya. Jaemin hanya takut kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi. Minggu lalu, ada beberapa anak tetangga yang jahil menimpuki pintu rumahnya dengan batu kerikil. Mungkin saja hari ini berubah, batu kerikil itu akan menjadi batu bata. Mungkin saja, 'kan? Jaemin bernapas lega melihat pintu rumahnya baik-baik saja, namun sesaat setelah berbalik dia justru dikejutkan dengan hal tak terduga lainnya. Pohon Mangga di depan rumahnya─tidak, bukan pohon! Tapi buahnya. Banyak buah Mangga yang berjatuhan di tanah, buah mangga yang sudah Jaemin wanti-wanti untuk dipetik minggu depan, tapi─ “Aduh!” Jaemin mengerjap. “Siapa?!” Tatapannya mengedar ke kanan dan ke kiri untuk menemukan si pemilik suara. Tapi dari suaranya tadi, Jaemin yakin kalau suara itu milik seorang gadis. “Aduh! Ini kecil-kecil apa si─aw! Sakit, tau!” Mengikuti arah suara, Jaemin lantas mendongak melihat bagian atas pohon mangga miliknya. Dalam sekejap dia hanya mengerjap bingung melihat seseorang duduk di sana, tunggu dulu– SESEORANG?! “WOY! TURUN! LO NGAPAIN DI POHON MANGGA GUE! MAU MALING LO YA?!” Refleksnya bekerja, karena kesal menemukan 'si tukang maling mangga', Jaemin akhirnya mengambil beberapa batu kecil di bawah, lalu melemparkannya tanpa ampun ke arah gadis tersebut. “Jangan─ish! Berhenti! Kamu ngapain,, sih?!” “TURUN enggak?!” Teriak Jaemin galak. “Galak banget, sih! Aku enggak bisa turun─apalagi, sih, ini, kok, gigit terus?! Sakit hueee!!” Jaemin berlari cepat ke dalam rumah, lalu kembali lagi dengan sebuah sapu ditangannya. Tanpa aba-aba Jaemin langsung memukul gadis itu agar segera turun dari pohon kesayangannya. “Ih, kamu bawa ap─SAKIT, TAU! KOK, AKU DIPUKUL, SIH?!” “Turun buruan!” Jaemin kembali mengayunkan sapunya, sedangkan gadis di atas pohon sibuk menghindari pukulan Jaemin hingga tak sadar bahwa keseimbangannya mulai hilang, dan─ BRUK! Gadis itu terjatuh. Ditariknya tangan gadis itu secara paksa hingga berdiri, Jaemin memperhatikannya sebentar. Dress putih selutut membungkus tubuh mungilnya, dengan rambut panjang berwarna hitam kecoklatan yang menjuntai ke bawah, disertai dengan wajah yang sedang menunjukkan banyak ekspresi─sakit, kesal, marah, yang pasti semua ekspresinya tidak ada yang bagus. Gadis itu mendongak, membuat Jaemin langsung tersadar bahwa tinggi gadis itu bahkan tidak lebih dari bahunya. Ketika tatapan mereka bertemu, warna hitam kelam yang mendominasi dari mata gadis itu membuat Jaemin langsung teringat oleh langit malam. Jaemin harus mengakui kalau mata gadis itu indah. “Aku laper.” Suara yang kelewat lirih ditambah dengan ekspresinya yang menyedihkan membuat Jaemin merinding seketika, namun itu tak berlangsung lama karena Jaemin langsung memberi ekspresi galak kepada gadis itu. “Lo siapa, sih?! Lo laper? Makanya mau maling si Maje?!” Dahi gadis itu berkerut, kepalanya dimiringkan sedikit. “Maje?” “Mangga Jaemin, nama pohon mangga gue. Ngapain juga, sih, nanya-nanya!” Terkesiap karena teriakan Jaemin barusan, gadis itu langsung mundur selangkah. “Galak banget, sih.” Bibirnya mengerucut sebal. “Lo siapa?!” Tidak mengindahkan pertanyaan Jaemin, gadis itu justru mengelus perutnya seraya berkata, “Laper.” Jaemin memutar tubuhnya, mengabaikan eksistensi gadis itu. Dia lebih memilih untuk mendekat pada reruntuhan buah Mangganya yang jatuh, lalu memungutinya satu persatu. Si gadis mengekor di belakangnya, sambil menarik-narik ujung kaus yang dikenakan Jaemin. “Aku laper, mau makan.” Masih dengan aktivitasnya Jaemin menyahut singkat, “Bodo amat, enggak peduli.” “Mau makan … aku mau makan.” Gadis itu merengek lagi. Jaemin mendesah lelah, lalu berbalik. “Jawab dulu pertanyaan gue, lo sia─ASTAGA! LO NGAPAIN MASUK KE RUMAH GUE!” Semua buah mangga yang sudah dia pungut kembali berjatuhan di tanah, karena Jaemin segera berlari mengejar gadis itu─yang ternyata sudah lebih dulu berjalan cepat untuk masuk ke rumahnya. “APEL GUE?!!!” Gadis itu nyengir lebar seraya menggigit lagi satu potongan dari Apel milik Jaemin yang dicurinya, lalu dengan santainya dia mendudukkan diri di kursi. Suasana mendadak hening, si gadis masih sibuk mengunyah Apel dan Jaemin sibuk memaki dan bertanya-tanya di dalam hati. Sebenarnya, Jaemin ingin langsung mengusir gadis itu, tapi karena dia masih memiliki hati nurani, akhirnya Jaemin mau menunggu hingga gadis itu berbicara tentang siapa dirinya. Alunan denting piano yang terdengar dari radio membuat Jaemin seketika tersadar, itu permainan dari Mr. Le, si pianis muda yang dia ketahui sudah sukses diusia muda. “Itu namanya ... radio, kan?” tanya gadis itu seraya menunjuk radio di atas meja. “Kalau lo udah tau, kenapa masih nanya?” Gadis itu mencibir, kesal karena suara Jaemin terdengar menyebalkan. Tapi itu hanya berlangsung sebentar, karena─masih dengan telunjuk yang mengarah pada radio─gadis itu kembali bertanya, “Itu suara piano, kan?” Masih dengan posisi bersandar pada dinding, Jaemin berdecak. “Lo ini manusia abad ke berapa, sih?!” tanyanya kesal. “Galak banget ... padahal, kan, aku cuma tanya.” Wajah si gadis semakin tertekuk. “Selama ini aku cuma bisa ngelihat semuanya dari langit, dan karena aku penasaran, makanya aku tanya ke kamu ... tapi kamunya marah-marah terus!” Kalimat terakhir diucapkan oleh gadis itu dengan nada yang tidak santai, wajahnya yang semula sedih kini berubah menjadi kesal. Jaemin menatap gadis itu bingung, merasa sedikit bersalah juga karena sudah membentak gadis itu berulang kali. Maka, untuk kali ini, Jaemin memilih untuk bertanya dengan nada yang lebih lembut. “Lo siapa sebenernya?” Pertanyaan Jaemin barusan membuat gadis itu terdiam sebentar, dia terlihat seperti sedang berpikir, tapi itu tidak berlangsung lama karena dia langsung mengatakan sepenggal kalimat perkenalan yang disertai dengan senyuman manis. “Aku Stara, Bintang yang jatuh dari langit.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.9K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook