#3. Peer Group

1152 Words
“Sa, Sa.” Keke menjentik-jentikan jari di depan wajah Ail, membuat Ail terhenyak seketika. “Ngelamun mulu. Mikirin apa sih?”         “Mmm, sorry. Udaranya dingin ya, jadi aku ngantuk deh hehe.” elak Ail.         Engga mungkin kan dia jujur bilang mikirin cowok? Bisa habis dia diledek teman-temannya yang julid itu.         “Hilih. Bilang aja pengen ada yang meluk biar anget.” cibir Ghea yang kemudian diikuti tawa mereka semua.             “Jadi gimana Sa? Pulang sekolah kamu ikut kan?”         “Hah? Ikut kemana?”         Ghea memutar bola matanya, mulai greget dengan temannya yang satu ini. “Ketahuan kan engga ngedengerin dari tadi kita ngomong.”         “Ih, dibilangin ngantuk juga.”         “Kita mau pada ngopi di Setiabudhi Sa. Kata Ghea ada café yang jual kopi enak banget di daerah sana. Kamu ikut kan?” Keke menjelaskan kembali. Memang diantara mereka bertiga Keke adalah yang paling sabar dalam menghadapi Ail yang lemot dan Ghea yang gampang sensi.         “Mmm …” Ail menimbang-nimbang. Tadinya dia sudah berniat pulang cepat hari ini.         “Udah, engga usah banyak mikir. UN masih lama Sa, engga usah kerajinan belajar dari sekarang deh.”         “Dih, siapa juga yang mau belajar. Engga ada sejarahnya ya seorang Ailsa Renjana belajar jauh-jauh hari sebelum ujian.”         “Iyaaa, iyaa, bukan Ailsa kalau bukan deadliner. Artinya deal ya, kamu ikut ngopi bareng kita-kita.” Ailsa mengangguk lalu kembali mengunyah bakso yang ia pesan.         Secepatnya ia harus mengenyahkan sosok Fathan dari pikirannya!     Candramawa Kopi.         Unik.         Itulah kesan pertama yang Ailsa dapat ketika membaca nama tempat itu.         Playlist bernuansa indie ringan menyambut ketika mereka memasuki kedai. Ailsa memejamkan mata, menikmati wangi biji kopi yang menguar di ruangan. Ada dua barista di belakang meja bar. Salah satunya menyambut dengan senyuman, sedangkan yang seorang lagi memunggungi mereka dan tampak sibuk meracik minuman.         “Mau duduk di dalam apa di luar?” tanya Keke.         “Dalem aja deh, di luar banyak yang ngerokok.” Jawab Ghea cepat.         Mereka pun duduk di sudut ruangan bersebelahan dengan rak buku yang menjulang. Kopi dan suasana indie memang perpaduan yang sempurna. Kedai itu mengusung tema ala-ala retro tahun 70-an. Ailsa senang dengan interior yang artsy seperti rak dengan buku-buku jadul, ornamen-ornamen seperti hiasan dinding yang terbuat dari kayu, dan perabot antik seperti televisi hitam putih.           Homey.         Fix, Candramawa Kopi ini akan jadi list tempat kesukaan Ailsa di tahun 2020.         “Kalian mau pesan apa?”         “Aku kayak biasa, double cortado.” ujar Ghea.         “Okey, aku piccolo deh. Bosen single origin terus. Kamu apa Sa?”         “Hm …” Ailsa membolak-balik buku menu. “Vanilla latte deh. Susunya yang banyak ya.”         Berbeda dengan Ghea dan Keke yang emang “anak ngopi” banget, Ailsa tergolong tipe yang beli itu-itu aja kalau ngopi. Kalau engga cappuccino ya latte.         “Sa, jauh-jauh ke kedai kopi masa vanilla latte lagi, vanilla latte lagi? Mending beli pop ice deh kalau gitu mah!” mulai, nyinyirnya Ghea keluar.         “Mau nyobain flat white engga Sa? Di sini bisa latte art lho. Kamu kan suka yang estetik-estetik gitu.” Tawar Keke.         “Wah iya? Mau latte art mau,” Ailsa sumringah, persis seperti anak kecil yang ditawari mainan. “Tapi engga ada pilihannya deh mau gambar apa,”         “Nanti request aja ke baristanya. Udah nih fix? Aku mau panggil waiter-nya.”         “Siip.”         Setelah memesan, mereka bertiga pun hanyut dalam obrolan seru. Ditambah lagi suasana café yang tidak begitu ramai, membuat mereka benar-benar merasa seperti di rumah sendiri.         Kedekatan Ail, Ghea, dan Keke memang sudah tidak diragukan lagi. Bagaimana engga? Tiga tahun sistem acak kelas, tiga tahun pula mereka selalu satu kelas. Mereka disebut three musketeers karena kebiasaan mereka kemana-mana bersama. Padahal, kalau berbicara soal kepribadian, mereka bertiga sangat bertolak belakang. Ghea si tomboy yang kalau ngomong selalu to the point, Ail si manja tapi paling sibuk dan sering lepas dari mereka, dan Keke yang paling kalem, santuy, dan normal di antara mereka. Namun, perbedaan itulah yang membuat mereka sangat mencolok di antara barisan circle lainnya. Tak heran mereka juga mendapatkan julukan three musketeers also most wanted-nya SMA Tarja.         Mulai dari Anggia Salsabila alias Ghea. Walau selalu terlihat tomboy dengan rambut model ponytail dan lengan seragam yang digulung kayak preman, semua orang pasti setuju kalau dia adalah perempuan paling cantik di SMA Tarja. Ghea yang seorang half—blasteran Jerman Indo—memiliki kulit putih, mata bulat berwarna olive, dan freckles yang menambah kesan manis di wajahnya. Di sekolah, Ghea pernah menjabat sebagai bendahara OSIS dan sekarang mulai merintis bisnis pastry bersama Mamanya. Iya, walau preman bin barbar, Ghea jago banget masak dan dagang. Gimana cowok engga klepek-klepek?         Kedua, Keke Maulidia Dinar. Satu kata yang menjadi first impression tiap orang saat bertemu dengan Keke: body goals! Tinggi badan? 167, checked. Tubuh proporsional? Checked. Tegap, anti bungkuk-bungkuk club? Checked. Selain body goals, Keke adalah salah satu cewek di sekolah yang memiliki wajah ayu nan oriental, hitam manis gitu. Ditambah dengan tatapannya yang tajam hingga terkesan jutek, membuat orang-orang selalu penasaran dengan kepribadian Keke yang sebenarnya. Walau bukan aktivis organisasi, Keke dikenal sebagai ‘ace’-nya klub basket. Yup. Dibalik kepribadiannya yang kalem dan santai, Keke sangat jago bermain basket hingga menjadi andalan tim basket dalam turnamen tiap tahunnya.         Last but not least, engga lengkap kalau ngomongin most wanted SMA Tarja kalau belum menyebut nama sang ratu alias Ailsa Renjana. Siapa yang tidak mengenal sosok Ailsa? Cantik, berwajah imut ala cewek-cewek Korea, rambut hitam kecoklatan dengan sentuhan curly di bawahnya, tubuh mungil namun berisi yang ia miliki justru membuatnya makin seperti boneka. Tidak hanya modal cantik yang membuat Ail terkenal di sekolahnya, dia mantan Ketua Divisi OSIS dan langganan peringkat paralel. Tiga tahun sekolah, Ail tidak pernah keluar dari sepuluh besar angkatan. Jenius? Bukan, rajin dan aktif mungkin lebih tepat untuk menggambarkan karakternya.         Namun, hal utama yang membuat Ail menjadi salah satu most wanted girl SMA Tarja adalah prestasinya di bidang broadcasting. Ail adalah perempuan pertama yang menjadi Ketua Klub Radio Sekolah, dia juga sempat beberapa tahun menjadi pengisi radio ternama. Bahkan kini ia memiliki kanal podcast-nya sendiri yaitu ‘KatAilsa’ yang selalu menjadi trending topic di Spotify. Di podcast-nya, Ail tidak hanya sekedar bercuap-cuap kosong, kontennya selalu berisi fenomena kekinian yang dibahas dengan ringan. Ail tidak fokus pada satu bidang, topik podcast yang ia bahas selalu beragam walau lebih berfokus tentang psikologi dan level up.         Meski masuk ke dalam lingkaran cewek-cewek hits Tarja, Ail tetap humble dan bergaul dengan siapa saja. Itulah salah satu hal yang membuat banyak cowok yang baper dengannya dan berusaha mendekatinya. Tapi bukan Ail kalau gampang didapatkan, track record-nya selama ini adalah single. Sering dekat dengan cowok, tapi tidak pernah ada yang berhasil membuatnya terikat status, berbeda dengan Keke dan Ghea yang sudah memiliki pacar. Banyak yang menyebutnya lemot dan engga peka, tapi justru itu menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang.         “Atas nama Keke?” sebuah suara menyela obrolan mereka.         Baru aja Ail ingin menyahut, tapi mendadak terhenti saat melihat sosok barista di hadapannya.         Fathan Abdaniel Darmawan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD