bc

Bad Choice [REVISI]

book_age0+
343
FOLLOW
4.0K
READ
possessive
love after marriage
fated
second chance
arranged marriage
sadistic
arrogant
drama
like
intro-logo
Blurb

Di saat dirinya tengah berada di atas popularitas yang tinggi, Jihan justru harus di hadapi dengan berbagai permasalahan sulit akibat keputusannya di masa lalu. Ia harus mempertaruhkan segala yang telah ia miliki sekarang demi menebus dosanya. Apa sebenarnya yang Jihan perbuat? Akankah ia mampu menghadapi peliknya hidup atas karma?

chap-preview
Free preview
Satu
Jihan Aku berjalan tergesa-gesa menuju meeting room Safra’s Hotel seperti yang sudah di janjikan Dandi sebelumnya. Perasaan campur aduk ini tak bisa kututupi, setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya kami kembali di ‘jodohkan’ dalam urusan pekerjaan. Aku menekan tombol lift dengan gusar. Aku tidak mau Dandi memberi kesan buruk terhadapku. Intinya, aku tak mau kalah. Aku melirik ke belakang, kosong. Harusnya Raia ada di belakangku. Tak lama, aku melihatnya berlari sambil celingukan. Astaga! Aku lupa bahwa kakiku jauh lebih panjang dari sahabatku itu. Pantas saja ia tertinggal jauh dariku. “Raia!” aku meneriaki dirinya yang masih mencari-cari sosok aku. Kemudian ia menoleh dan tersenyum saat pandangannya mantap menatapku. “Ahh.. Ah.. Ah..” ia membungkukkan badannya sambil menghela nafas, “Kamu larinya kenceng banget sih, Ji.” Nafasnya tersengal-sengal. TING! Pintu lift terbuka aku dan Raia masuk ke dalamnya. “Masa iya sih aku lari?” tukasku. “Aku cuma jalan, kok. Tapi geraknya dipercepat saja.” “Ye, jalan dari Hongkong!” hardiknya. “Susah ya, temenan sama orang tinggi, pasti kalau jalan ketinggalan terus.” Aku tergelak mendengarnya. Memang tak sekali dua kali kejadian seperti ini. Saat terburu-buru, Raia pasti selalu jauh tertinggal di belakangku, selain lelet, kakinya juga pendek. Tingginya hanya seratus lima puluh enam sentimeter, cukup pendek untuk wanita berusia dua puluh lima tahun seperti dirinya. “Kira-kira kita telat nggak, ya?” tanyaku pada Raia. “Laelah, sama Dandi doang mah nggak usah terlalu profesional, dia nggak bakal motong gaji kita, kok!” jawab Raia santai. “Kamu mah, nggak gitu juga, dong. Kerja ya kerja, temen ya temen.” Sergahku. Raia hanya cengar-ceengir setelah aku menjawab demikian. Aku pun tahu bahwa Dandi tak akan bertindak seperti itu pada kami, hanya saja, aku merasa sangat tidak ada etika di saat pertemuan pertama bersama klien kita harus telat. Oh ya, perkenalkan. Namaku Arkadewi Jihani. Aku adalah founder Jihani’s Group, perusahaan yang bergerak di bidang pertetek bengekan pernikahan. Yup! Aku adalah seorang wedding organizer. Yang ini sahabatku, Raia. Ia merangkap sebagai asistenku juga. Setelah orang tuanya meninggal, ia memutuskan untuk mengikuti diriku ke Jakarta untuk mengais rezeki. Orang tuaku bahkan sudah lebih dulu pergi, dan sebelum Raia bersamaku, aku sudah lebih dulu merasakab pahitnya hidup di Jakarta. Dan kali ini, aku harus berurusan dengan mantanku, Dandi Dwiatmaja. Seorang desainer ternama yang sudah merambah dunia fashion hingga ke negri Paman Sam sana. Ia sudah memiliki brand fashion sendiri seperti yang pernah ia cita-citakan tiga tahun lalu. TING! Pintu lift kembali terbuka tepat di lantai tiga. Aku mencari-cari ruangan yang katanya sudah di booking hanya untuk meeting dadakan ini. “Di sana, Ji!” Raia menunjuk ke arah ruangan yang pintunya bertuliskan ‘Meeting Room Jihani’s Group x DD’ Waw, batinku bergejolak seketika. Meeting ini seperti pergelaran duet terbesar antara wedding organizer dan seorang desainer. Aku pikir ini perlakuan yang cukup spesial jika hanya untuk bekerja sama. Well, sebenarnya aku tidak pernah berduet seperti ini bersama desainer. Kenapa? Karena pekerjaan kami sangat berbeda. Aku pun bahkan tak tahu bagaimana caranya mendesain pola-pola baju. Atau bahkan untuk memegang seutas meteran kain pun tanganku tak bisa berkompromi. Namun, karena ini permintaan James, klienku yang seorang pengacara terkenal itu, aku pun tak dapat menolaknya. Di depan pintu aku di sambut oleh salah seorang pegawai hotel. Ia membukakan pintu untukku dan Raia. Kami berjalan masuk dengan hati-hati jaga-jaga kalau kami benar-benar terlambat. Namun, semuanya di luar dugaan. Ruangan itu masih kosong. Ruangan dengan desain minimalis itu lengkap dengan proyektor untuk menampilkan presentasi. Jika boleh ku tebak, di dalam sini ada sepuluh buah kursi yang di susun rapi ke sekeliling meja yang berbentuk persegi panjang. Aku memilih duduk di sisi kanan di kursi nomor tiga, tidak terlalu jauh dari proyektor, tidak juga terlalu dekat. Sementara Raia duduk di sebelahku. “Cie, dapet kesan bagus nih, dari Bos,” celetuk Raia. “Apaan sih kamu, Rai.” Aku hanya menggeleng. Raia memang wanita dengan gaya bicara ‘nyablak’. Bahkan kami pernah berdebat waktu itu, menurutku wanita nyablak itu gampang di jauhi orang-orang, kadang nggak mikirin perasaan orang juga. Sementara Raia bersikeras bahwa hal itu adalah suatu keunikan. Ya memang, Raia bukan wanita biasa. Ia adalah wanita super unik yang pernah kutemui di dunia. Mulai dari makan kentang goreng yang di celup kopi, bubur kacang ijo yang di campur nasi, atau makan martabak tanpa toping. Tak lama aku mendengar beberapa suara lelaki dari luar sana. Pintu ruangan ini pun terbuka. Aku melihat James dengan jas hitam serta dasi merah andalannya. Tiba-tiba jantungku berdegup cukup keras, orang yang kunantikan, tiba. Setelean Brioni Vanquish II yang melekat di tubuh tegap seorang Dandi Dwiatmaja membuat mataku terpana. Bagaimana tidak? Seorang Dandi, yang bahkan dulu tak dapat untuk membeli sebungkus nasi, kini malah menghamburkan uangnya untuk membeli setelan super mewah ini. Aku menelan air ludahku kasar. Bingung sikap seperti apa yang harus ku pertontonkan pada mantanku yang berubah menjadi pria tajir ini. Aku dan Raia berdiri menyambut kedatangan mereka, James dan dua orang sekretarisnya, serta Dandi dengan satu asisten wanitanya. Aku tersenyum ke arah James, kemudian beralih pada Dandi. Namun Dandi bahkan tak melirikku sama sekali. Kesan pertamaku padanya setelah setahun tak bersua ialah menjengkelkan. “Mbak Jihan sama Mbak Raia sudah lama di sini?” tanya James basa-basi. “Belum, Pak. mungkin baru sepuluh menitan ,” jawabku. “Jangan panggil bapaklah, kalian ini seperti karyawan yang akan pergi interview saja. Hahaha,” gelak James. Dandi hanya manggut-manggut ikut tersenyum. Entah dia ikut menertawakanku atau tidak, aku tidak tahu. “Lalu bagaimana kami harus memanggilmu?” jawab Raia dengan mengikuti logat batak James.  Aku membelalakkan mataku pada Raia. Dia sungguh tidak sopan. Tidak bisakah ia menjaga sedikit imejnya? Padahal ia sedang bertamu pada orang yang cukup di segani. “Kamu lucu juga, ya Raia, ya?” gelak James, “panggil sajalah namaku, James, ya?” Raia manggut-manggut mengerti. Lalu aku hanya bisa tersenyum kaku. Aku tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menganggap ketidak sopanan adalah suatu yang lucu. Raia memang terbiasa seperti itu, namun hampir semua orang suka dengan caranya berbicara. Tapi tidak denganku. *** Pertemuan kali ini di tutup dengan makan siang bersama. Aku akui perjamuan ini lumayan menyenangkan, selain banyak candaan, di sini aku bisa menilai karakter James. Aku bisa memikirkan ide-ide yang sekiranya cocok untuknya di pernikahan nanti. Lagi-lagi pikiranku kembali pada Dandi. Setelah kami di perkenalkan James, Dandi berlagak seakan-akan ia tidak pernah mengenalku, namun saat menyalami Raia, ia mengatakan bahwa Raia adalah temannya dan mereka sudah kenal sejak lama. Aku sedikit dongkol dengan hal itu, entah karena ia masih dendam padaku, atau apa, yang pasti caranya menyikapiku sungguh sangat tidak profesional. Dan, ya, saat sudah menjalin kerja sama dengannya seperti ini, aku bertekad bekerja se profesional mungkin. Aku tidak mau dia lebih menyombongkan hartanya hanya untuk memanas-manasiku. Aku, Arkadewi Jihani. Aku sudah memiliki segalanya. Dan aku bahagia. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Seed of Love : Cherry

read
112.1K
bc

Chandani's Last Love

read
1.4M
bc

Just Friendship Marriage

read
507.8K
bc

Over Protective Doctor

read
475.3K
bc

Marriage Not Dating

read
550.2K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
368.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook