2

1041 Words
Aku melihat 3 orang pria berbadan besar berjalan menghampiriku dan berusaha menghalangi jalanku. Oh, tuhan. Mereka bukan hantu. Aku lebih suka jika mereka hantu, setidaknya hantu tidak dapat melukai manusia. Begitulah teori yang aku dapat saat membaca beberapa artikel di internet mengenai hantu. Aku lari mencoba keberuntunganku untuk memanfaatkan celah kecil diantara mereka. Tapi salah satu dari mereka mencengkram lenganku dengan kuat hingga membuatku meringis. “Lihat, Spikey. Dia bartender cantik di bar The Palm itu.” Ucap pria yang mempunyai hidung yang sedikit bengkok. Temannya yang mempunyai model rambut Spike menyeringai padaku sambil menjawab “Ya, dia yang dulu menolak ajakan makan malam dengan kita, Grin.” “Dewi fortuna berpihak pada kita malam ini.” Teriak pria terakhir diiringi tawa kerasnya. Sialan. “Lepaskan aku!” teriakku sambil memberontak menarik lenganku dengan keras. “Oh, sayang. Mengapa terburu-buru, apa ibumu akan mencarimu? Tenang saja, aku akan meminta ijin padanya besok. Setelah aku mengembalikanmu.” Ucap si hidung bengkok diikuti tawa dari kedua temannya. “Apa mau mu? Sialan! Lepaskan aku, aku tidak punya urusan dengan kalian.” Teriakku marah. “Kalau begitu mari kita buat urusan diantara kita, nona cantik.” Lelaki yang dipanggil Spikey itu memajukan wajahnya padaku dan tanganku refleks menampar wajahnya sebelum terlalu dekat. “Berengsek!” Raungnya sambil menampar kembali pipiku dengan keras. Rasanya aku ingin menangis, kesakitan dan ketakutan. Saat si hidung bengkok maju untuk memisahkanku dari Spikey,aku melihat seseorang menariknya ke belakang dan memukulkan tinjunya tanpa henti. Spikey melepaskanku dan mencoba untuk membantu Si hidung bengkok diikuti oleh pria yang satunya yang tampak menganga lebih lama menyaksikan adegan itu. Siapa dia? Maksudku, pria yang menghabisi si hidung bengkok. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang aku tahu dia memiliki badan yang cukup besar dan tangguh karena sekarang Spikey dan temannya sedang berusaha mengalahkan pria itu bersamaan. Si hidung bengkok mengerang kesakitan yang disebabkan oleh beberapa pukulan telak di wajah dan perutnya. Sedangkan si pria terakhir masih dalam genggaman pria misterius itu. Lalu aku mendengar beberapa patah kata yang membuatku membeku. Memucat seketika dan membuat jantungku berdebar keras. “Jangan sentuh dia. Dia milikku, b******k!” Oh, tidak. Aliran darahku terasa berhenti dan badanku membeku mendengarnya. Aku yakin suara itu datang dari si pria tangguh. Dan aku tidak tahu maksudnya karena aku sangat yakin aku sama sekali tidak memiliki kekasih saat ini, bahkan bertemu dengannya pun baru kali pertama. Gagasan buruk berdatangan di kepalaku. Berkat beberapa cerita yang sering teman-temanku ceritakan, sedikitnya aku tahu tentang manusia serigala yang menemukan soulmatenya dengan cara yang aneh. Menurut legenda, para Werewolf mendapatkan soulmatenya sejak lahir dan mereka akan langsung mengenali keberadaan soulmatenya hanya dengan melihat atau mencium aroma tubuhnya. Aku akan meminta temanku, Sara, untuk menjelaskan ini lebih detail, tapi sekarang aku harus berusaha kabur dari sini. Sungguh menyedihkan, bukan, jika aku harus menjadi seorang soulmate dari manusia serigala? Niatku datang kesini untuk mencari kakakku, bukan untuk mencari pasangan hidup terlebih dari kaum yang berbeda. Aku mengedarkan pandangan melihat situasi, si hidung bengkok sudah terkapar di jalanan. Hanya tinggal Spikey dan temannya yang masih berusaha mengalahkan pria itu. Aku berbalik berlari ke arah rumahku secepat mungkin, semuanya terasa kabur. Bangunan tua disepanjang jalan, aspal yang aku injak, angin yang menerpa wajahku, semuanya terasa tidak nyata. Yang aku pikirkan hanya lari sejauh mungkin dari pria itu. Sial, sial, sial. Kenapa tadi aku pergi dari rumah? Ini semua gara-gara Lexy, sialan. Kalau dia tidak b******u dengan ‘Pria-Entah-Siapa’ itu aku pasti sedang tertidur pulas diranjangku sekarang. Aku merasakan badanku terhenti dan tertarik ke belakang membentur sesuatu yang keras. Aku kaget, panik dan juga gemetar. Dia berhasil mengejarku. Bagaimana mungkin? Lalu aku ingat bahwa dia bisa saja manusia serigala. Bahkan dia sangat mungkin adalah manusia serigala. Mengingat dia mengalahkan tiga pria tadi dengan mudah, aku tidak bodoh dan langsung tahu bahwa dia pun bukan tandinganku. Melawan bukan ide yang bagus. Aku menyerah, berhenti berlari dan menghadapinya. Lagipula aku memang tidak sanggup berlari, paru-paruku terasa kering dan seolah berhenti berfungsi. “Ada apa?” Tanyaku dengan napas terengah-engah. Aku harus lebih sering berolahraga rupanya. Pria ini memelukku dengan erat sambil menggeramkan sesuatu dalam bahasa asing yang diakhiri dengan satu kata yang aku mengerti. “Mate.-ku” Benarkan? Aku tahu kejadiannya akan seperti ini. Terimakasih pada orang-orang yang bercerita mengenai legenda itu. Aku berusaha menenangkan diriku dan napasku. “Apa maksudmu? Maafkan aku, tapi aku harus segera pulang.” Aku berusaha untuk tidak berurusan dengannya dan berusaha melepaskan pelukannya yang mana usahaku ini hanya membuat pelukannya semakin erat dan dia semakin menundukan kepalanya ke leherku. “Permisi, tuan?” Aku menggerakkan badanku lebih keras. “Kau milikku.” Ucapnya dengan suaranya yang pelan tapi tegas. Dia menatap mataku. Dari sinilah aku tahu dia punya mata coklat tergelap yang pernah aku lihat. Dan wajahnya tampan, sangat tampan. Yang terpenting adalah, tebakkanku benar. Lelaki ini Werewolf. Dan menurutnya aku ini adalah soulmatenya. “Mungkin kau salah orang, tuan. Aku tidak mengenalmu. Dan aku harus segera pergi. Ngomong-ngomong aku sungguh berterimakasih atas bantuanmu tadi.” Jawabku dengan wajah yang kupaksakan tersenyum tenang. Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju. “Kau harus ikut denganku.” Kepalaku menggeleng tanpa sadar. “Aku harus pulang.” Jawabku tegas. Dia membalikkan badannya dengan tangannya masih memeluk pinggangku dan mengangkat tangannya ke sumber cahaya beberapa meter dari kami. Aku lihat sumber cahaya itu bergerak maju perlahan, kini aku baru sadar bahwa sumber cahaya itu adalah lampu senter dari mobilnya. Dia menarik dan menyuruhku masuk ke mobil. Tunggu. Apa maksudnya ini? Aku melepaskan diri darinya dengan sekuat tenaga dan berjalan mundur menjauh. Namun dia dengan gigih menyeretku kembali hingga aku masuk ke dalam mobilnya. “Apa yang kau lakukan?” Tanyaku histeris. “Membawamu pulang.” Aku mengerutkan kening dan bersiap untuk memprotes jawabannya saat dia menarik kepalaku ke atas dadanya dan mencium kepalaku dengan lembut. “Diamlah. Aku tidak akan menyakitimu, kau bisa istirahat dengan tenang sekarang.” Mendengar ucapannya aku merasa sedikit tenang, entah bagaimana tetapi aku dapat merasakan bahwa dia bukan pria jahat dan dia tidak akan menyakitiku. Aku hanya berharap feeling ku benar. “Kau berhutang penjelasan padaku.” Bisikku lemah. “Aku akan menjelaskan semuanya. Tidurlah, kau lelah.” Dan tanpa disadari aku memang lelah dan terlelap dengan cepat didalam pelukannya. ♥♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD