2

1546 Words
    Gara Cristof Iskandar, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun yang merantau ke Jakarta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi setelah sebelumnya menyelesaikan pendidikan Strata satunya. Gara ingin melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Mengambil jurusan arsitek berharap kelak nanti cita-citanya sebagai seorang arsitek yang sukses nanti bisa tercapai.     Gara merasa sudah waktunya dia untuk mandiri, maka dari itu, sebelum tahun ajaran baru dimulai dia berinisiatif untuk mencari pekerjaan agar meringankan biaya pendidikannya yang masih ditanggung oleh orang tuanya. Saat itu ia mendengar informasi bahwa Bill Handoko, seorang pengusaha yang sukses dibidang perhotelan dan perbankan sedang mencari seorang pengawal menggantikan pengawal sebelumnya yang akan pension. Informasi itu didapatkannya dari salah satu temannya yang kebetulan adalah keponakan dari Bill Nasution. Persyaratan yang diajukan begitu berat yakni harus bisa bela diri, dan rela mati. Namun, tidak membuat Gara mundur. Dengan tekad yang kuat iapun mengajukan diri sebagai pengawal. Nasib baik berpihak padanya. Ia diterima dan langsung dipekerjakan sebagai seorang pengawal lebih tepatnya pengawal pribadi yang tugasnya mengawal dan melindungi putri semata wayang Bill Nasution. Clara Frederika Nasution.     Awalnya Gara terkejut, karena dia berpikir hanya akan menjadi pengawal untuk tuan Bill namun pada akhirnya ia harus menjadi pengawal untuk gadis cantik berhati malaikat yang terpaut usia tiga tahun lebih muda darinya. Tak bisa ia pungkiri bahwa ia tertarik pada “Nona Clara” apalagi intensitas bertemu mereka begitu sering. Dimana Clara disitu Gara. Dimanapun dan kapanpun. Empat bulan pertama ia menjadi pengawal Clara, Gara menyadari bahwa Clara mulai manja padanya. Majikannya itu tidak ingin dijemput oleh siapapun kecuali olehnya, tidak mau kuliah kalau Gara pulang kampung, bahkan tidak mau makan jika Gara tidak menemaninya dan masih banyak hal lagi.     Pernah suatu kali, Gara diam-diam pulang kekampungnya setelah diberikan libur tiga hari oleh tuan Bill. Clara langsung ngambek mengunci diri dikamarnya, tidak mau bicara pada papanya, dan tidak mau kuliah. Terpaksa Gara yang baru sehari pulang kampung langsung diperintahkan untuk kembali ke Jakarta.     Memiliki tubuh yang tinggi, kulit tan, wajah tampan dengan hidung mancung dan bibir yang begitu menggoda membuat Gara terlihat sempurna dimata Clara. Walau orang kampung yang datang sekolah ke Jakarta dan kemudian menjadi pengawalnya, namun Clara tidak memandang Gara dari situ. Sikapnya yang tegas dan selalu menjaganya membuat Clara merasa nyaman dan terlindungi. Clara sendiri bingung dengan dirinya diawal Gara menjadi pengawalnya. Ia yang sebelumnya selalu menentang dan membangkang pada papa dan mamanya terkait mereka yang selalu over protective padanya dengan selalu menyertakan pengawal yang mengikutinya kemanapun dia pergi tiba-tiba menjadi majikan yang “dengar-dengaran” pada pengawalnya. Clara kemudian menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada pengawalnya. Pesona Gara mampu meruntuhkan tembok keangkuhan Clara. Sedangkan Gara tipikal pria tegas namun lembut dan tidak menyukai tipe wanita yang manja dan sombong tiba-tiba jatuh cinta pada majikannya. Sebenarnya Gara sudah jatuh cinta kepada Clara semenjak pertama kali mereka bertemu. Saat itu tuan Bill mengenalkan puterinya diruang keluarga. Gara berdiri disamping tuan Bill yang duduk di sofa coklat muda, kemudian Clara yang pada saat itu hanya mengenaan dress rumahan dengan wajah yang ditekuk mampu membuat jantung Gara berdebar keras. Awalnya Clara begitu ketus padanya, namun Gara yang sudah terlanjur jatuh cinta padanya membuatnya menerima keketusan Clara. Ia selalu menjawab dengan lembut setiap kali mulut pedas Clara memarahinya. Ia selalu sabar dan memberikan senyum setiap kali Clara mengeluarkan kata-kata yang begitu menusuk. Ia selalu berada didepan Clara melindunginya dari orang-orang yang ingin menyakiti Clara. Tetapi Gara juga bisa menjadi pria yang menyeramkan untuk Clara saat ia sudah berlebihan. Akan tetapi semua perlakuan Gara membuat Clara menyukai pria tersebut dan jatuh cinta padanya.             Gara mengungkapkan perasaannya kepada Clara setelah hampir enam bulan ia memendam perasaannya. Saat itu Clara marah padanya karena tidak diijinkan untuk pergi berkemah bersama teman-temannya di puncak. Sebenarnya Clara diijinkan ke puncak dengan syarat kalau Gara dan Yuyun harus ikut dengannya. Itu adalah syarat dari papa dan mamanya saat ia meminta ijin namun malah Gara yang kena imbasnya. ”Pokoknya gue mau ke pucak” seru Clara dengan nada tinggi. “Tapi, Non… saya dan Yuyun harus ikut ke puncak kalu non pingin kesana” Gara berdiri tepat didepan Clara yang duduk di gazebo samping kolam renang “Gue itu bukan anak kecil. Gue udah dua puluh tahun, gue pingin bebas. Dari kecil gue nggak pernah dibiarin jalan-jalan sendiri. Apa-apa harus sama pengasuh, apa-apa harus sama Kak Satrya. Apa-apa harus sama pengawal. Aku nggak pernah ngerasain bebas. Gue capek” Clara terisak. Air matanya membanjiri pipi mulusnya. Gara tidak tega melihat pujaan hatinya bersedih seperti ini “Itu semua untuk kebaikan non Clara. Tuan dan nyonya sayang sama non, makanya mereka seperti itu sama non” Gara yang sudah duduk disampingnya sambil mengusap bahunya pelan malah mendapat semprotan Clara “Lo itu pengawal gue. Harusnya lo belain gue bukan mereka. Lo juga sering liatkan dikampus nggak ada temen gue yang terus dikawal. Cuma gue doang” “Maaf non” Gara menghapus air mata dipipi Clara “Gi..gimana.. gue mau punya pacar kalo dikawal terus” ucapnya kemudian sambil tergugu. Mendengar pernyataan Clara. Gara berdiri tiba-tiba. Wajahnya mengeras, tangannya mengepal. Clara bingung melihat reaksinya “Lo kenapa?” “Saya permisi ke belakang, non” Gara berlalu dihadapan Clara. Mengernyitkan dahinya, Clara berpikir apakah Gara marah karena dari tadi terus diomelinya. Clara kemudian beranjak masuk ke kamarnya karena lelah marah-marah dan menangis. Sedangkan didapur, Gara meneguk segelas air putih untuk meredakan gemuruh didadanya. Ia emosi mendengar Clara yang ingin mendapatkan pacar. Namun sedetik kemudian ia sadar. Dia hanyalah pengawal Clara. Tidak pantas untuk bersanding dengan seorang Clara yang sempurna. “Oit” Gara menoleh kebelakang saat ada yang memanggil. Yuyun datang dengan lap dan kemoceng merah ditangannya “Lu diomelin sama non Clara ya?” Tanya Yuyun sambil meletakan kemoceng dan lap yang tadi ia pakai di rak samping kamar kecil. “Non emang kayak gitu. Gue kasihan juga sih sama dia. Emang dari kecil nggak pernah dibebasin sama tuan dan nyonya. Dia kalo udah ngelunjak gitu ngomelnya berarti dia tuh udah kesel banget” Gara tersenyum kecil “Kayaknya mbak udah biasa dengar nona ngomel” “Iyalah. Gue dari kecil udah biasa denger omelannya. Lu juga kudu sabar. Lu cinta kan sama Non Clara?” Yuyun dan Dono memang sudah tau jika Gara menyukai Clara. Tersenyum semakin lebar, Gara mengangguk. “Cintalah, mbak” jawab Gara dengan tegas “Lo cinta sama gue?” Gara dan Yuyun terkejut saat mendengar suara orang yang menjadi topic pembicaraan mereka. Clara berdiri diujung anak tangga menuju dapur. Matamya membelalak dan bibirnya terbuka. Tampak terkejut mendengar pembicaraan mereka. “Non Clara” Yuyun menghampiri Clara “Lo….” Clara tak bisa berkata Sedangkan Gara terlihat tanpa ekspresi. “Non mau minum?” Tanya Gara dengan tenang seperti tidak terusik dengan tatapan Clara “Gue nanya lo Gara. Lo..suka sama…gue?” tanpa menjawab pertanyaannya, Gara berjalan keluar meninggalkan tempat itu. “Mbak, Gara suka sama aku?” Clara menggoyang tangan Yuyun “Eh..itu non..emm” Yuyun menggaruk lehernya canggung Tidak mendapatkan jawaban yang diingikan, Clara meninggalkan tempat itu dan mencari keberadaan Gara. Tadi sebenarnya ia haus dan inginmengambil air minum dan juga ia merasa bersalah sudah mengomeli Gara yang menjadi sasarannya. Niatnya ia ingin meminta maaf dan mengajak Gara untuk menemaninya berbelanja saja karena ia tidak memiliki keinginan untuk ke puncak lagi. Namun, baru saja sampai pada anak tangga pertama menuju dapur ia mendengar Gara dan Yuyun membicarakan dirinya dan lebih terkejutnya lagi saat mendengar bahwa Gara mencintainya. Clara akhirnya menemukan Gara dikolam ikan bersama Dono. Dengan langkah cepat Clara menghampiri Gara. Dono tersenyum ramah pada Clara. “Non mau ngasih makan ikan?” Dono mengasurkan tangannya yang memegang mangkok kecil berisi makanan ikan kepada Clara namun sang majikan tidak menghiraukannya. “Gue tanya sama lo. Apa bener yang gue denger didapur?” Ucap Clara dengan erangan rendah menahan emosi. Gara masih diam tak membuka suara malah asik memberi makan ikan koi didepannya. Sedangkan Dono yang menyadari keduanya butuh privasi langsung ngacir. “Ya. Saya cinta sama non Clara” jawab Gara dengan tegas. Tidak ada keraguan sedikitpun saat ia menjawabnya. Matanya menatap Clara dengan dengan dalam. Seolah tidak ada yang ia takutkan dari jawabannya. “Sejak kapan?” “Sejak pertama kali saya bertemu sama non Clara” sedangkan Clara malah menangis. Bukan tangisan anggun namun tangisan seperti anak kecil. Ia maju dan memukul d**a Gara “Elo jahat” “Non…” “Elo cinta sama gue tapi kenapa nggak pernah bilang?” Gara bingung melihat reaksi Clara “Non saya…” ucapannya terpotong saat tiba-tiba Clara memeluknya. Tangannya melingkari perut Gara namun tangisnya semakin pecah “Gue pikir… cuman gue yang ngerasain itu” Ucap Clara dengan suara pelan namun masih bisa didengar Gara “Non…” “Coba bilang lagi. Bilang lo cinta sama gue” Clara mendongak menatap wajah Gara “Maaf non” “Kok minta maaf? Gue tuh suruh elo bilang cinta bukan maaf” Gara masih diam. Melihat keterdiaman Gara, Clara merasa malu sendiri mungkin Gara hanya mengerjainya. Saat Clara berbalik ingin pergi Gara memegang tangannya “Saya suka sama non Clara” Clara mematung dan membalik badannya menghadap Gara dengan pelan. “Maaf sudah lancang menyukai non Clara. Tapi saya serius. Saya jatuh cinta sama non Clara sejak pertama kali kita ketemu” Clara menangis haru “Jangan minta maaf. Kalo kamu minta maaf, artinya kamu nyesel udah suka sama aku” kata-kata lembut yang terlontar dari mulut Clara membungkamnya “Aku..aku pikir Cuma aku yang ngerasain itu. Aku suka sama kamu, Gara” Gara membawanya kedalam pelukannya.. begitu lega mendengar balasan Clara yang diluar dugaanya “Gara, berarti sekarang kita pacarankan?” Tanya Clara setelah memecah keheningan. Gara mengurai pelukan mereka “Non. Non tau saya hanya pengawal non Clara” Clara mengernyitkan dahinya “Terus kenapa?” “Saya nggak pantas sama non Clara” Gara mengalihkan tatapannya Clara mengusap lembut rahang Gara dan membawanya melihat kearahnya “Aku nggak perduli” ucapnya lembut. Tatapan Gara melembut kembali “Jadi… sekarang kita… emm..” Clara ragu mengatakannya. Hell dia perempuan, tidak mungkin dia yang mendeklarasikan status mereka, bukan? “Non mau jadi pacar saya?” tanpa menunggu aba-aba, Clara langsung menganggukan kepalanya dengan semangat    To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD