Chapter 1

1619 Words
Bau panggangan roti menyeruak ditoko roti milik Mikaila Putri, seorang wanita yang tiga bulan lalu yang ditinggalkan oleh calon suaminya pada saat acara pernikahan berlangsung. Dia banyak dicibir orang terutama makin dibenci oleh orang tua angkatnya sendiri. Dia membayangkan kejadian hari itu, suasana sangat sakral dimana dia menantikan pengantin laki-laki akan memanggilnya dengan sebutan istri tapi, semuanya seketika hancur saat Sakya tidak datang dihari pernikahan mereka. Rasa iba dan juga cemoohan tamu yang hadir terdengar samar ditelinganya. Dia melihat orang tua angkatnya yang memperlihatkan wajah masam mereka dan tatapan seolah ingin membunuhnya. Dia tersenyum saat itu, tapi hatinya sakit. Ingin rasanya mengeluarkan air mata, namun sepertinya air mata saja enggan untuk keluar saking sakit yang dia rasakan. Teman? Dia bahkan tak memiliki teman. Jika ditelisik masa lalunya, dia bahkan menutup diri dari orang lain setelah kejadian berat yang menimpa dirinya. Orang tua angkatnya sebenarnya sangat baik pada saat itu, tapi semuanya seakan mimpi buruk bagi Mikaila ketika ayahnya berselingkuh. Itu cerita yang didapat oleh Mikaila dari Ibunya. Dirumah selalu saja terjadi percekcokan. Saat orang tuanya bercekcok mulut, selalu ada Bu Minah yang memeluk erat Mikaila. Bu Minah adalah pengasuh Mikaila dari kecil yang selalu kemana-mana bersamanya. Sejak kepergian Bu Minah untuk selamanya inilah yang membuat Mikaila tidak ada tempat untuk berpegang lagi. Saat itu, Mikaila sedang sekolah di Sekolah Menengah Atas kelas dua dan dia sangat frustasi. Sampai akhirnya dia dimasukkan oleh kedua orang tua angkatnya ke bangsal rumah sakit jiwa. Mikaila berusaha semampu yang dia bisa mengatakan kalau dia tidak gila, sampai suatu hari dia menemukan secercah cahaya dan berangsur pulih dari penyakitnya. Orang tua angkat Mikaila adalah keluarga yang terpandang, karena kekurangan yang dimilikinya akhirnya orang tuanya membawanya pergi keluar negeri dan menyembunyikan Mikaila disana. Disanalah sebenarnya Mikaila belajar menjadi mandiri dan berangsur pulih. Kejadian pernikahan yang tidak jadi ini membuat trauma masa lalu menghantuinya kembali, disatu sisi Mikaila tak ingin penyakitnya terulang kembali. Dia berusaha untuk menyembuhkan diri sendiri dengan menyibukkan dirinya, tapi karena kekhawatiran itu terlalu tinggi membuatnya berusaha untuk mencari psikiater yang dia bisa dengan nyaman menceritakan masalahnya. Amanda, salah satu staff kepercayaannya yang sejak awal dia mendirikan toko roti dan teh dengan label My Rotea ini, memberikan masukan padanya untuk datang kesalah satu klinik yang memiliki psikiater yang bagus dikota ini. Setelah Mikaila menyetujuinya, Amanda dengan cepat mendaftarkan Nama Mikaila kesana dan mendapatkan jadwal konsultasinya. "Kak, besok pagi jam sepuluh sudah harus ada di Soul Klink ya. Lokasinya sudah aku share ke Kakak, urusan toko serahkan saja padaku. Aku juga akan mengawasi kerjaan mereka." Amanda berkata sambil membawakan sepotong roti dan teh kepada Mikaila. Mikaila sudah menganggap Amanda seperti keluarganya sendiri dan Amanda juga menganggap Mikaila sebagai saudara kandungnya, mengingat Amanda dibesarkan di sebuah panti asuhan sampai akhirnya dia bertemu dengan Mikaila dan bekerja dengannya. "Makasih ya Am." Jawab Mikaila singkat sambil melihat kearah cermin yang dipegangnya. Sudah beberapa kali Amanda memergoki bosnya ini memandang cermin sambil tersenyum sendiri dan bahkan sampai tertawa. Dia tau tekanan berat dan hujatan orang-orang itu membuatnya merasa terpuruk. Dia benar-benar bertekad bahwa jangan sampai Mikaila mengalami depresi yang berat. Memang sempat Mikaila bercerita sedikit tentang kisah masa lalunya, tapi tidak terlalu rinci. Dorongan itulah yang membuat Amanda tidak ingin Mikaila menjadi seperti itu lagi. Mikaila sangat bersyukur karena adanya Amanda disisinya membuat dirinya tidak terlalu kesepian. Apalagi menghadapi orang tua yang bahkan mungkin saat ini benar-benar tidak mau menganggapnya sebagai anak lagi. ***  . Soul Klinik, Pagi ini di hebohkan bahwa dokter ganteng akan kembali bertugas disini, beberapa ada yang kasak-kusuk, menggosipkan kalau nantinya dia bakalan praktek disini untuk seterusnya, tapi ada yang bilang hanya sementara. Bisa dipastikan, hal ini adalah sebuah anugrah untuk para penikmat laki-laki ganteng yang penuh karisma dengan banyak kelebihan dan sedikit kekurangan. "Pagi Dokter ..." sapa perawat pada salah satu dokter diklinik Soul ini. "Pagi ..." jawabnya ramah sambil memamerkan lesung pipinya yang menambah nilai kesempurnaan fisiknya, dan membuat luluh lantak hati para perawat-perawat itu. "Gue bersyukur Dokter Angga masih banyak kerjaan diluar kota jadi dia gak perlu dateng hari ini." Ucap salah satu perawat yang memiliki tag nama Ani ini. "Bener! Akhirnya kita bisa nikmatin Dokter Edzard." Kini yang bernama Mimi berkomentar dengan sangat girang. "Gue masuk dulu mau kasih liat ini." Ucap Ani sambil menunjukkan beberapa medical record pasien ditangannya lalu, meninggalkan kedua rekannya yang masih ngerumpi tentang dokter Edzard. Dokter tampan yang aduhai bak aktor drama korea yang sering mereka tonton, dokter satu ini benar-benar salah satu makhluk langka ditempat ini karena rata-rata yang bekerja disini adalah mereka yang sudah berumur atau dokter wanita yang tidak terlalu ramah ada juga sang pemilik rumah sakit tapi dia jarang datang karena banyak kegiatan diluar, dengan hadirnya Edzard membuat suasana menjadi berubah. "Apa dokter ganteng ini sudah kawin ya?" Tanya Mimi pada rekannya yang lain. "Belum, dia cuma tunangan aja." Jawab perawat satunya lagi yang asyik didepan cermin. Maklum pagi ini masih sangat sepi, mereka masih sempat berkumpul sekedar bergosip receh. "Tau dari mana?" Mimi penasaran. "Dia itu tunangannya mbak Lisa, adik dokter Raja." Jawabnya dengan santai. "Apa?! Yang bener?" Mimi tampak terkejut mendengar ucapan dari rekan kerjanya. "Dokter Raja pemilik klinik ini?" Mimi memastikan dia tidak salah dengar. "Iya." Jawab rekannya yang bernama Aryana. "Kok lo gak bilang-bilang dari awal? Pentesan aja, lo diem kalo kita ngomingin dokter ganteng." Mimi cemberut menatap temannya, dan lebih tepatnya dia sedikit kecewa karena ternyata dokter ganteng ini sudah ada pemiliknya. "Baru tunangan loh, belum nikah." Aryana menggoda Mimi yang wajahnya terlihat bertekuk. "Ah! Bener juga." Ucapnya kemudian sambil terkekeh kembali. Ani masuk kedalam ruangan Edzard dan menyerahkan data-data pasien, padahal sebenarnya data itu bisa di akses langsung dari komputer. "Mbak Ani, ini pasien atas nama Mikaila Putri baru?" Tanya dokter Edzard pada Ani. "Iya dok, dan dia meminta jadwal segera. Kita katakan untuk antri kecuali kalau dia adalah member vip klinik kita, lalu dia langsung mendaftar untuk member vip, tak peduli biayanya berapa." Ani menjelaskan sedangkan Edzard memerhatikan medical record yang masih belum ada sama sekali catatan didalamnya .sambil berpikir tentang sesuatu. "Dia datang sendiri kemari?" Tanya Edzard. "Bukan Dok, katanya Saudaranya." Jawab Ani lagi. 'Saudaranya? Sejak kapan dia memiliki saudara?' Edzard menggumam sendiri dan diperhatikan oleh Ani. "Apa saudaranya itu, memberikan catatan tentang riwayat kesehatan sebelumnya?" "Ah itu tidak ada dok. Ehm ... kalau boleh tau kenapa sepertinya dokter penasaran sekali dengannya?" Ani menyelidik. "Ah tidak. Aku hanya ingin tahu saja." Edzard berkata sekenanya saja. "Apa karena dia cantik? Atau karena dia ..." "Ani, katakan pada Saya jika orangnya sudah datang ya." Potong Edzard dengan cepat dan sangat sopan tidak lupa dengan pamer senyum dia ingin menghilangkan rasa kepo Ani. "Uhmmm ... oke Dok." Ani sedikit kecewa karena rasa penasarannya masih banyak dan tak biasanya Edzard bertanya hal seperti itu tentang pasien. Ani keluar dari ruangannya dan menutup pintu secara perlahan. 'Mikaila, jika itu benar kau, apa artinya ini takdir?' Edzard tersenyum melihat berkas yang ada dihadapannya. Tidak menunggu sekitar sepuluh menit, ruangannya diketuk perlahan dari luar. "Dok, Ibu Mikaila sudah datang." Ani kemudian mempersilahkan Mikaila untuk masuk keruangan Dokter Edzard. Edzard menganggukan kepalanya. Dia terpana melihat sosok wanita yang berdiri dihadapannya saat ini. 'Belum berubah.' Batin Edzard. Mikaila datang dengan dandanan yang apa adanya, dres tanpa lengan dengan warna biru tua sebatas dengkul dan membawa tas kecil bewarna hitam senada dengan flat shoes yang dipakainya. Tak tertinggal bando kecil motif bunga warna-warni sebagai penghias rambut sebahunya. "Silahkan duduk." Ucap Edzard pada Mikaila sesaat setelah Ani mengatupkan pintu dari luar. Mikaila yang menatap Dokter dihadapannya ini terlihat memikirkan sesuatu. Dia duduk berhadapan dengan Edzard. "Mikaila Putri, kenalkan Edzard Kenan yang akan mendengarkan cerita Anda." Ucap Edzard dengan suara yang masih diingat jelas dalam otak Mikaila. Lidah Mikaila seakan kelu, dia tahu bahwa laki-laki yang duduk diseberangnya ini adalah seorang teman sekolahnya dulu. Teman yang sebenarnya memiliki peran besar dalam perubahan dirinya. Seseorang yang berulang kali menyadarkannya bahwa dia harus berhenti bermain wayang bayangan dari benda yang selalu dia keramatkan. Yah, dia adalah lelaki yang sedang berada dihadapannya. Laki-laki yang pernah menyelamatkan hidupnya saat itu. Lalu orang tuanya membawanya pergi keluar negeri setelah kejadian itu. Dia tidak menyangka bahwa Edzard adalah seorang psikiater yang dihubungi oleh Amanda untuk dia berkonsultasi, padahal seingatnya Amanda mengatakan bahwa dokter itu bernama dokter Angga, bukan Edzard Kenan. "Apa kabar La?" Tanya Edzard, sedang Mikaila masih tak mampu untuk menjawab pertanyaannya. "Apa kamu baik-baik saja?" Dokter Edzard mengulang kembali pertanyaannya dan berjalan mendekat memutari mejanya memastikan pasien yang ada dihadapannya ini baik-baik saja. "La ... kamu dengar aku?" Edzard menepuk pundak Mikaila pelan dan menyadari didepannya terdapat cermin yang memantulkan dirinya. Teringat masa lalu, Edzard berjalan ke cermin itu dan membalikkannya. Lalu dia kembali menghampiri Mikaila yang seakan baru tersadar dari dunia lain yang dimilikinya. "Ila, apa kabarmu?" Edzard mendekatinya dan tersenyum manis. "Ba ... baik." Mikaila akhirnya menjawab dengan terbata. "Kau ..." tiba-tiba Mikaila tidak bisa meneruskan kalimatnya, sedangkan Edzard memandangnya dengan tajam, manik mata mereka beradu, Edzard tersenyum sangat manis. "Aku Ed, Edzard Kenan aku akan membantumu sebisaku La." Edzard kembali memperkenalkan dirinya sebagai seorang dokter. "Roti ..." lagi-lagi Mikaila menggantung kalimatnya saat dia melihat bungkusan roti diatas meja Edzard. Edzard kembali tersenyum padanya lalu menggenggam kedua tangan Mikaila dengan lembut, sudah lama sekali dia tak bertemu dengan wanita ini. Dia benar-benar merindukannya. "Aku masih menyukai roti coklat." Ucap Edzard padanya, "Apa kau mau?" Kemudian dia mengambil roti yang ada diatas meja itu dan memberikan roti tadi pada wanita yang ada dihadapannya. Lalu, tanpa disadarinya Mikaila mengeluarkan bening kristal dari matanya. Wanita itu menatap Edzard dengan pandangan kosong, tanpa mengeluarkan suara isak tapi air mata itu terus mengalir. "Keluarkan semuanya." Edzard kemudian memeluk Mikaila dengan penuh kehangatan dan pelukan penuh makna ini membuat Mikaila akhirnya mengeluarkan suara isakan tangisnya sedang Edzard memberikan kenyamanan sambil menepuk pelan punggungnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD