Our Promise

1034 Words
 Aku berjalan menuju kelas dengan perasaan yang sulit diartikan. Perkataannya beberapa saat yang lalu membuat aku menjadi bimbang, sangat bimbang. Aku sampai lupa menceritakan seseorang yang baru saja menyatakan cintanya padaku. Namanya ialahSean Hakim ketua osis di sekolahku. Orangnya cuek dan sangat-sangat tertutup. Bahkan beberapa adik kelas yang baru pertama kali melihatnya langsung jatuh hati kepada Sean. Biarpun dia sangat tertutup, tetapi sikap lembut dan ramahnya membuat banyak perempuan menyukainya.  Dia salah satu cowok populer di SMA dengan ketampanannya yang membuat banyak perempuan ingin menjadi pacarnya. Dia mempunyai beberapa orang sahabat yang sangat mendukung dia dan selalu ada ketika dia jatuh. Pertama Kevin Pratama yang biasa dipanggil Kevin. Jika bicara tentang  Kevin, dia adalah orang yang humoris, manis dan sangat nyaman diajak curhat.  Kedua Raffly Aditiya yang biasa dipanggil Raffly. Bicara tentangnya hanya satu kata untuknya yaitu playboy. Jadi jangan coba untuk menjadi pacarnya karena dia akan membuat air matamu tidak pernah berhenti. Yang terakhir bernama Tama  Laksmana. Sedangkan yang satu ini adalah yang paling dewasa diantara ketiga sahabatnya. Paling mengerti perasaan seseorang, dan sangat tegas. --- Aku berjalan menuju taman dan merenungkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Menikmati udara yang sangat menenangkan pikiran dan hatiku saat ini. Tetapi tidak untuk sekarang, dua orang yang selalu merusak ketenanganku akhirnya datang. Siapa lagi jika bukan Gita dan Fira. "Yampun Al.. lo dari mana aja? Tau gak tadi lo ditanyain guru" tanyak Gita dan langsung duduk disampingku. Aku hanya bisa menghela napas. Bahkan aku sampai lupa untuk masuk ke dalam kelas.  "Astaga Gita, lo kan tau kalau Alira ke taman itu pasti ada masalah atau dia lagi badmood" jawab Fira sedikit sewot. "Gak juga. Kadang dia baca buku di sini juga. Pokoknya setiap istirahat dia akan selalu disini. Lagian kita kan sahabatnya masa dia ada masalah kita diami aja, kan gak mungkin!" Balas Gita tak kalah sewotnya. Dan sekarang mereka berdua saling bertatapan. Saling bertatap dengan maksud siapa yang akan memenangkan pertandingan saat ini.  Aku yang dari tadi mendengar perdebatan antara mereka berdua merasa sangat kesal. Mereka berdua akan terus bertatapan seperti itu jika tidak ada yang menengahi.  "Kalian berdua napain ke sini?" tanyaku sambil mengarahkan muka mereka ke arah depan.  "Ya.. nyariin lo lah!"  jawab Gita. " Gangguin gue lebih tepatnya. Yakan?" "Iya itu." Fira tersenyum dan membenarkan ucapanku. "He!" Gita langsung memberikan tatapan mautnya kepada Fira. Aku yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalaku.  "Hukuman membunuh berapa tahun penjara ya? Kalian tau gak?" Tanyaku kepada mereka berdua tanpa mengalihkan  pandanganku. "Eh kalau enggak salah sih, 4 atau 5 tahunan deh. Tapi sih tergantung gimana cara membunuhnya. Dan  kalau lo udah menyusun rencana pembunuhannya, mungkin lebih." Jawab Fira dengan nada polosnya. Sdangkan Gita terdiam dan mencerna perkataan ku.   "Em... emangnya lo mau ngapain, nanya begituan?" tanya Gita. "Rencana nya gue mau bunuh orang yang suka gangguin kehidupan gue." ucapku. Detik berikutnya pandanganku langsung beralih ke mereka berdua. "Maksud lo siapa?" "Siapa lagi kalau bukan kalian berdua" kataku sambil menggengam tangan mereka berdua. "Eeee...Al gue mau ke toilet bentar" ucap Gita. berusaha melepaskan tangannya dariku. Tapi bukannya terlepas aku semakin kuat menggenggam tangan Gita dan Fira. "Al.. Lo kena--"  Aku langsung memotong perkataan Gita dan  tertawa.  "Yaampun Al.. lo udah kayak psikopat, tau gak?" ucap Fira sambil menatapku dengan wajah polosnya. Aku semakin tertawa dengan lepas. Rasanya ekspresi mereka harusnya diabadikan. Dengan cepat aku mengambil handphone ku dari dalam saku rok. Setelah itu aku langsung mengabadikan wajah mereka berdua. "Gue cuma bercanda kali Fir.. gak usah dianggap serius" jawabku masih sambil tertawa. "Gak lucu! Kan jadi kesel gue." balas Fira dan menatapku. "Really? Heh! seharusnya yang kesal itu gue. Kalian tiba-tiba dateng gangguin gue. Tau gak?!" Balasku menatap Fira. "Udahlah kok malah tatapan-tatapan gitu sih kalian. Nanti jatuh cinta lagi. Kan repot." Sahut Gita dan membuat kami berdua mengalihkan pandangan kami ke arah Gita. "Astaga.. jangan liatin gue kayak gitu. Eh ngomong-ngomong tadi bicara apa aja sama Sean sampai-sampai bolos?" Tanya Gita sambil memegang pipiku dan Fira dan mengarahkannya kearah depan. "Gue pusing banget kalo bahas tentang sih  Sean. Kalian tau gak dia ngomong apa ke gue?" "Ya enggak lah kan lo belum cerita ke kami Al" balas Fira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hehe... iya lupa gue. Oke nih gue bilang ya. Dia.. dia itu.. aduh gimana ya bilangnya" ucapku dengan mengacak rambutku sendiri. "Dia mau bunuh lo, mau begal lo, mau nyandra lo atau di---" "Apaan sih Fir gak nyambung amat. Mana mungkin  Sean Hakim cowok tampan sejagat SMA kita ini mau bunuh Alira. Dan lo Al, bilang aja kenapa. Dia emangnya bilang apa ke lo? Penasaran gue nih" ucap Gita.  "Dia nembak gue." "Apa? Tuh kan benar. Dia nembak yang mana Al? Pakai pistol ya? ada yang luka Al?" Tanya Fira kepadaku sambil memeriksa apakah ada yang luka di tubuhku. "Fira  Sean nembaknya enggak pakai  pistol, tapi pakai cinta. Dan dia nembak Alira tepat di lubuk hati Alira. Iya kan Al?" Jawab Gita dan menatapku dengan senyum manisnya dan dia mengedipkan matanya kepadaku. "Apaan sih Git.. ngapain senyam senyum kayak gitu. Jijik tau gue liatnya..." "Heheh... terus lo jawab apa Al? lo terimakan?" Tanya Gita dan menatapku serius. Sedangkan Fira, sih polos yang satu ini masih mencerna apa yang sedang kami bicarakan. Teeett Suara tersebut langsung membuat aku bangkit dari tempat duduk. "Lagi malas aku bahas itu." Ucapku dan berjalan pergi dari taman diikuti oleh Gita. "Gue tau Sean nyatain cintanya kan ke lo,Al?" Teriak Fira  membuat aku dan Gita hanya bisa menggelengkan kepala. "Dasar lemot!" teriak Gita kepada Fira.  "Sini lo!" Panggil Gita. Detik berikutnya, Fira langsung berlari dan menghampiri kami. Gita meletakkan tanganya di bahu Fira. Aku yang melihat itu hanya tersenyum. "Ngomong - ngomong Fir.. Lo gak lupa sama taruhan kita kan?"  Fira langsung menghentikan langkahnya dan memanyungkan bibirnya. Sedangkan aku, hanya bisa mengernyitkan dahiku. Tidak mengerti maksud dari 'taruhan' yang mereka berdua bicarakan. "Git.. lo tau gak sih? dalam agama taruhan itu gak boleh. Sama aja kayak judi. Dan lo tau kan, kalau judi itu haram. Dan lo bisa berdosa. Lo mau?" Fira berusaha untuk menakuti Gita. Tapi aku sangat yakin kalau Gita tidak akan terkecoh oleh ucapan Fira. "Gue enggak mau tau.. pokoknya lo harus bayar." "Gita sayang..." "Iya Fira sayang.." Aku tertawa melihat kelakuan mereka berdua. "Emangnya pada taruhan apa sih kalian?" "Ini nih.  Sih Gita ngajak taruhan, apa yang mau di omongin Sean sama lo. Dia ngajak pavaran atau enggak. Dan gue bilang enggak lah. Lo kan udah ada yang punya. Dan ternyata.. beneran. Gue kalah!"  Mendengar perkataan Fira membuat tawaku perlahan hilang. Aku langsung menatap mereka berdua secara bergantian.  "Lo ngapain bilang, bodoh!"  "Emangnya kena--  Al.. lo baik-baik aja kan?" "KALIAN JADIIN GUE TARUHAN?!" -------
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD