Our Promise

1003 Words
"Al.. kita hari ini pulang naik apa?" teriak Gita dan menghampiri tempat dudukku. Aku pun langsung menoleh ke arah Gita. Tetapi detik selanjutnya aku kembali memasukkan semua buku ku ke dalam tas. "Alira! lo ngacangi gue?" Aku masih diam. Tidak menanggapi perkataan Gita. "Dia masih marah sama lo." sambung Fira yang datang dari belakang. "Kenapa emangnya?" "Ya karena taruhan tadi lah, Gitaku sayang.." mendengar perkataan Fira, aku langsung menganggukan kepalaku. Membenarkan perkataan Fira. "Tuh lihat tuh! orangnya ngangguk - ngangguk." jawab Fira dan menunjukku. "Gak adil dong!" tegas Gita dan meletakkan kedua tangannya di pinggangnya. Mendengar perkataannya langsung membuatku dan Fira menatapnya. "Kan yang taruhan gue sama Fira. Kenapa jadi gue aja yang kena?" aku membenarkan perkataan Gita. Dan detik berikutnya aku langsung menatap tajam Fira. "Apaan. Orang yang punya ide situ kok. Sini mah ngikut aja." "Ya tapi kan kal--" "Kok jadi kalian yang berantem?" aku langsung menengahi mereka berdua.  "Al kita pulang naik taksi aja yok.. lagi males nih gue naik angkot." ucap Gita dengan senyuman khasnya. Aku pun langsung menggelengkan kepalaku. Padahal.. aku juga mau banget pulang dengan Gita. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Sean."Gue enggak pulang sama lo, Git." Aku pun menggangkat tas dan menggendongnya ke punggungku. "Emangnya lo pulang sama siapa Al? Tega ya lo ninggalin gue, nyuruh gue pulang sendiri. Nanti kalau gue diculik sama om-om gimana?" Gita menunjukan wajah kasihannya. "Mana mau om-om nyulik lo. Rugi nanti dia kalau nyulik lo. Lo kan makannya banyak." Astaga aku ingat. Aku buat alasan kalau Gita enggak ada teman pulang dan aku tidak akan diantar oleh  Sean. Makasih banyak Gita. Aku pun senyum menatap Gita dan mengedip-ngedipkan mataku kepadanya. " Ngapain lo senyum gitu? Al, beneran serem tau lo kayak gitu.." "Ayok kita keparkiran.. " "Ngapain? Bagusan gue langsung pulang aja. Nanti gue, lo tinggali. Lo kan enggak pulang sama gue."Gita berjalan keluar dari kelas. "Gita, gue pulang sama lo kok. Tenang aja." Ucapku  menghampirinya dan mengajaknya ke parkiran. "Bye Fira!" ucapku dan melambaikan tangan kepada Fira. Fira pu melambaikan tangannya kepadaku. ___ Sesampinya diparkiran aku melihat  Sean berdiri dengan salah satu temannya yaitu  Kevin. "Astaga Al kayaknya mata gue dah rabun deh" Gita menggusap-usap matanya. "Emangnya kenapa Git? Lo emang udah rabun kan?" "Iya sih, tapi kayaknya min gue tambah deh Al.. masa gue lihat  Sean lagi berdiri disampingnya  Kevin." "Min lo enggak bertambah bodoh. Itu emang Kevin." Aku lupa menceritakan tentang Gita yang menyukai  Kevin. Dia sudah menyukai  Kevin sejak awal masuk sekolah dan itu hampir 3 tahun. Bayangkan hampir 3 tahun Gita menyukai seorang Kevin. Gita memang sangat pandai menyembunyikan perasaanya. "Astaga, mimpi apa semalam gue kok bisa lihat dia. Gue gak bisa Al" "Enggak bisa apa?" "Enggak bisa dekat sama dia.. nanti jantung gue berdetak lebih cepat tau." Jawab gita dan menempelkan tangannya ke arah dadanya. "Lebay amat sih.. biasa aja kali." "Eh, udah sampai. Ayok kita pulang" Sean berjalan  menghampiriku. "Emmm.. Sean kayaknya gue gak bisa pulang sama lo, deh." Ucapku dengan nada tenang. "Kenapa?" Balasnya dengan penasaran. "Gini, gue kan selalu pulang sama Gita, jadi kan kasihan kalau Gita pulangnya sendirian. Kata Gita dia takut diculik sama om-om." "Apaansih Al ngapain bilang kalau gue takut diculik om-om. Malu tau." Bisik Gita kepadaku sambil melirik ke arah Sean dan Kevin. Sedangkan mereka berdua hanya menatap kami sambil tersenyum?. Gita yang melihat Kevin tersenyum kepada kami hanya bisa terdiam seribu kata. "Astaga kalau gitu mah gampang Al. Lo tetap pulang sama gue"  "Gampang maksudnya?" "Ya lo pulang sama gue. Kalau Gita takut pulang sendirian kan ada  Kevin yang bisa nganterin." "Apa?" Balasku dan gita bersamaan. "Iya kan nanti Gita enggak akan diculik sama om-om. Nanti abang Kevin ini akan mengantar Gita sampain kerumah dengan aman dan selamat. Tanpa lecet apapun. Bukan begitu Vin?" Ucap Sean dan menepuk pundak Kevin. Sedangkan aku dan Gita hanya bisa terdiam mencerna semua perkataan Sean. Heloww biasanya seorang Sean hanya bicara seadanya dan sangat sangat pendiam. Tapi sekarang lihat apa yang baru saja dia katakan. "Oke.. kalau gitu ayok Gita, gue yang nganterin lo." Kevin menatap Gita dan hendak berjalan ke arah motornya. Bukannya mengikuti Kevin, Gita malah memegang tanganku dan kami pun saling tatap-tatapan. Astaga bukannya tadi aku berniat mengajak Gita ke sini untuk menjadi alasan supaya aku tidak dianter oleh Sean. Tapi lihat yang terjadi disini. Menyadari Gita hanya terdiam ditempatnya Kevin pun menghampiri aku dan Gita dia pun menarik Gita pelan. Kevin pun memegang tangan Gita dan mereka berjalan menuju motornya. "Udah enggak ada alasan lagi kan Al? Jadi gue akan mengantar lo sampai tujuan" ucap Sean menyadarkanku dan aku hanya bisa pasrah mengikuti Sean untuk mengantarku pulang. Rencana yang sudah ku susun ternyata gagal total. ---- "Loh An ini bukan jalan ke rumah gue deh kayaknya" aku menepuk pundak Sean untuk memberi taunya bahwa ini bukanlah arah menuju rumahku. Barangkali dia lupa dimana rumahku.  "Iya memang ini bukan arah ke rumah lo Al.. gue mau ngajak lo ke gramedia dulu enggak papa kan Al?" "Eh? Emangnya mau ngapain?" "Beli buku Al. Soalnya adik gue mintak dibeliin novel. Gue kan enggak tau selera cewek soal novel. Jadi Gue ngajak lo aja. Enggak papa kan Al?" "Eh iya enggak papa kok tenang aja." Aku sedikit bersemangat. Aku juga sudah tidak lama pergi ke Gramedia.  Sesampainya di gramedia aku dan Sean pun memilih novel. Aku langsung berlari menuju rak novel. Aku akan melihat novel mana yang akan ku bawa pulang hari ini.  "Al yang mana nih yang seru novelnya. Gue bingung nih. Enggak ngerti lagian yang mana adik gue suka." Ucap Sean sambil menggaruk kepalanya. "Emangnya adik lo nitipnya novel yang kayak mana?" "Entah.. katanya sih dia maunya yang remaja remaja gitu." "Oh. Kalau remaja yang ini seru deh. Gue pastiin adik lo suka sama itu novel." Aku pun memerikannya salah satu novel. Novel itu salah satu novel favoritku. Aku sudah membacanya makannya aku berani merekomendasikannya kepada Sean. Sean pun langsung membaca bagian belakang novelnya. Setelah dia selesai membaca dia pun langsung menatapku. "Kenapa?" "Emangnya cewek itu sukak banget ya sama cerita kayak gini ya? Udah disakitin masih aja mau balikan sama cowoknya." Mendengar perkatannya membuatku tersenyum. Itu memang hal yang sangat menyakitkan. Tapi mau bagaimana lagi, lagian sudah terlalu nyaman. Dan itu tidak bisa digantikan. "Karena cewek itu kalau udah nyaman sama seseorang susah untuk melepaskannya. Lagian bukannya harus ada kesempatan untuk memulai semuanya dari awal?" "kalau gitu kenapa lo enggak ngasih gue kesempatan untuk memulai semuanya dari awal dan untuk membuat lo nyaman sama gue?" -----
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD