bc

Unconditionally

book_age12+
145
FOLLOW
1K
READ
brave
inspirational
dare to love and hate
drama
sweet
humorous
passionate
like
intro-logo
Blurb

Thella tidak menginginkan banyak hal, ia hanya ingin hidupnya berjalan dengan damai. Menjadi siswa biasa di sekolahnya, menjadi kakak yang baik untuk Firda, menjadi anak yang berbakti untuk ayahnya, serta menjadi teman yang bisa diandalkan untuk Riza dan Dirgan.

Sayangnya, masa remajanya tidak berjalan semulus itu kala perkara hati mulai menyerang. Persahabatannya dengan Riza dan Dirgan mulai tak karuan sejak kerumitan perasaan ketiganya. Diam-diam, Thella menyukai Riza yang humoris dan kerap kali menemaninya. Saat perasaannya tumbuh semakin besar, Thella merasakan adanya pertanda bahwa Riza juga menyukainya. Ia pikir kisah ini akan berakhir bahagia, dengan Riza yang menyatakan perasaannya. Namun, nyatanya ia salah sangka. Bukan Riza yang menyatakan perasaannya, melainkan Riza membantu Dirgan untuk menyatakan perasaannya pada Thella.

chap-preview
Free preview
- 1 -
Suasana kelas di sebuah SMP Negeri yang berada di kawasan Jakarta Utara itu tampak ramai karena guru yang mengajar tidak masuk. Para siswa siswi berseragam putih biru itu melakukan banyak kegiatan di dalam kelas. Ada yang mengobrol dengan teman genk nya di bangku masing-masing, dengan membentuk meja seperti markas pertemuan penting karena mereka yang tampak berkumpul di satu titik. Ada juga yang memilih tidur untuk mengisi kekosongannya. Ada yang bermain lempar lemparan barang barang, bahkan yang berlarian – kejar kejaran – di dalam kelas juga ada, entah karena ada masalah apa. Padahal, sesungguhnya kelas ini sudah diberikan tugas oleh guru piket untuk dikerjakan. Tapi siapa juga yang mau mengerjakan tugas di saat jam jam yang paling dinantikan ini, karena mereka akhirnya bisa bebas dari salah satu jam pelajaran yang terasa berat dan menyiksa. Untuk menikmati sebuah fase remaja yang tidak akan datang dua kali. Oleh karena itu, mereka lebih memilih menikmati moment tidak ada guru ini dengan hal hal yang diinginkan serta disukai mereka. Seperti hal hal yang disebutkan di atas contohnya. Namun, di sebuah bangku yang terletas di baris ke satu nomor dua dari depan, tampak seorang cewek sibuk menyalin soal dari buku paket yang dipinjamkan dari perpustakaan itu. Cewek itu tampak serius menyalin soal soal itu, untuk kemudia ia kerjakan , sesuai dengan instruksi guru piket yang tadi memberinya tugas demikian. Tidak peduli denga keramaian kelasnya yang rasanya lebih ramai dari pada pasar malam, Thella – cewek itu, tetap fokus mengerjakan tugas dan tidak merasa terganggu sama sekali. Di depan bangku Thella, duduk seorang cowok yang baru saja di pindahkan untuk duduk di depan bangkunya. Bukan dipindahkan oleh guru, melainkan oleh teman sekelas mereka sendiri. Jadi, sebelumnya yang duduk di depan Thella itu Iwan, cowok yang badungnya bukan main. Cowok itu duduk di depan lantaran di suruh guru, agar bisa lebih fokus menyimak pelajaran dan tidak bertingkah macam macam. Namun, akhirnya Iwan malah pindah lagi ke belakang karena tidak suka duduk di depan. Iwan hanya akan duduk di depan jika ada pelajaran guru tersebut, sisanya tentu saja Iwan kembali duduk di belakang. Sayangnya, saat ingin kembali ke bangku belakang, Rian yang semula duduk di depan itu tidak mau untuk berpindah lagi ke depan. Iwan sudah memaksanya dan nyaris ribut, tapi cowok itu tetap tidak mau lantaran sudah merasa nyaman duduk di baris belakang. Alhasil, Riza, cowok yang tidak memiliki pengaruh apa pun di dalam kelas dan tidak kuasa untuk membantah pun menjadi sasaran empuk untuk disuruh pindah ke baris depan. Tanpa banyak protes Riza hanya menurutinya saja, duduk di depan atau belakang baginya sama saja. Meski sebenarnya yang terpenting dari itu, Riza tidak mau mencari masalah dengan teman sekelasnya. “Thella, minjem pulpen dong,” kata Riza seraya menoleh ke belakang untuk melihat ke meja Thella. Dilihatnya Thella yang sedang fokus mengerjakan tugasnya. “Kemarin kan udah dipinjemin, Za.” Thella menyahut, seraya mengingatkan bahwa baru kemarin ia meminjamkan pulpen berwarna biru pada Riza. “Iya, terus ilang. Gue taro di meja padahal. Cepet banget di ambil orang.” Riza menyahuti, menjelaskan kronologis kejadiannya. pulpen yang selal menjadi benda sakral di dalam kelas, yang sering kali hilang padaha beberap a menit yang lalu masih beradaa di meja. Riza yang tidak begitu mengawasi barang barang miliknya selalu kehilangan benda kecil tersebut berulang kali, hingga tak jarang Riza membeli pulpen terus menerus di koperasi sekolahnya. hingga hal tersebut terus berulang setiap kali pulpennya hilang. namun belakangan, saat ia mulai mengenal seorang cewek yang duduk di belakangnya itu, yang merawat baramg baramgnya dengan rapi, sehingga Riza lebih sering meminjam pulpen pada cewek itu alih alih harus membelinya berkali kali pada koperasi. uang jajannya tidak terkurang hanya untuk membeli puplen lagi dan lagi, ia juga menjadi akrab dengan cewek yang duduk di belakangnya itu. yang ternyata asik juga untuk di ajak berbicara serta nyambung dalam membahas segala hal bersamanya. = = = = = T B C = = = = =

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

CRAZY OF YOU UNCLE [INDONESIA][COMPLETE]

read
3.2M
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook