Prolog

346 Words
Hari ini, rumah Keira nampak ramai, tidak seperti biasanya. Karena rumah Keira kedatangan sahabat papanya waktu masih muda dulu. Sahabat papanya datang bersama istri dan juga anaknya yang berjenis kelamin laki-laki. Sepertinya anak itu seumuran denganku. Kami bertiga, mama, papa dan aku menyambut sahabat papanya itu, di depan teras rumah kami. "Rik, apa kabar lo ?" tanya sahabat papa yang ku ketahui bernama paman Leo. "Baik, lo sendiri gimana ?" balas papa ku tak kalah ramah, dan berlanjut dengan basa-basi sedikit sebelum paman leo mengajak ku bersalaman. "Wah... pasti ini Keira yah? Sudah besar ternyata, cantik lagi seperti mamanya dulu" Paman Leo beralih ke arah ku, sambil menyodorkan tangan kanannya yang ku sambut dengan ramah dan mencium punggung tangannya. Aku tersenyum mendengar pujianya kepadaku "Makasih om" Aku beralih ke istri paman leo yang bernama tante Bella, aku pun bersalaman dengannya di tambah dia kecup pipi kanan kiri ku. Sekarang, aku berhadapan dengan anak dari paman Leo dan tante Bella. Aku menyodorkan tangan kanan ku, bermaksud mengajaknya berkenalan. Tapi bukannya, dia membalas sodoran tangan ku. Malah dia tiba – tiba mendekatkan wajahnya ke wajahku dan tanpa aba-aba, dia mencium bibir ku. Sekali lagi, 'MENCIUM BIBIRKU' Tepat dihadapan kedua orang tuaku dan orang tuanya. Dan dengan tampang watadosnya, dia bilang "Pah, aku suka sama Keira dan aku mau hari ini juga dia jadi tunangan aku ". Ucapan itu sukses membuat semuanya diam. Ku lihat raut wajah paman leo merasa bersalah atas kelakuan anaknya iu. Mukaku sudah merah menahan amarah atas kelakuan dia yang seenak jidatnya sudah merebut ciuman pertamaku, aku melayangkan tangan kanan ku hendak menampar dia. Namun, gerakan tanganku yang mengudara di tahan olehnya. Dan tanpa ada komando, dia Mencium bibirku, lagi. INGAT!! LAGI. "Kamu tambah lucu kalo muka kamu merah begini" ujarnya sambil terkekeh lucu. "DASAR GILA" teriak ku di depan mukanya dan aku langsung melangkahkan kakiku pergi menuju kamarku, membanting pintu dengan keras. Aku tak peduli. Sempat terlihat dari ujung mataku, paman Leo dan tante Bella yang sepertinya mereka terlalu syok atas kelakuan yang anaknya tapi tak menghilangkan kilat senang yang bersinar di mata mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD