1. Sebuah Pilihan

1535 Words
Suasana jalanan pagi hari itu sudah cukup ramai dengan kendaraan yang memadati jalanan ibu kota. Setiap orang berlalu lalang, memasuki area tempat yang mereka tuju. Begitu juga dengan seorang gadis yang tengah mengendarai mobil SUV mewah berwarna merah, ia berkendara dengan begitu tenangnya membelah jalanan ibu kota yang kemudian ia belokkan memasuki sebuah gerbang universitas ternama.   Ketika gadis itu keluar dari kendaraannya seluruh mata tertuju pada sang primadona kampus itu. Mata tajam layaknya elang, alis menukik sempurna, bulu mata lentik juga menambah cantik bagian matanya. Tak lupa hidung mancung, rahang yang terbentuk sempurna dan juga bibir tipis berwarna alami yang seolah tak pernah lelah memberikan senyuman. Gadis itu ... dia, Allena Davidson. Salah seorang pewaris dari kerajaan bisnis keluarga Davidson. Gadis berusia dua puluh empat tahun yang memiliki paras cantik, menawan, anggun yang juga didukung dengan tubuh yang tinggi semampai.   “Allena! Kau hampir terlambat.” Seorang gadis lain berseru seraya melambaikan tangannya, dia Azura Marteen, sahabat Allena sejak ia duduk di bangku kuliah.   “Semua orang sudah memilih tempat magangnya. Bagaimana denganmu?” Azura berjalan berdampingan dengan Allena yang membawa sebuah dokumen ditangannya. “Ah aku lupa, kau pasti akan magang di salah satu perusahaanmu ‘kan? Dimana? Di perusahaan Daddy atau Papa-mu?”   Allena tersenyum penuh arti seraya menyeringai. “Tidak keduanya.”   Mata bulat Azura semakin membulat ketika mendnegar ungkapannya. “Jadi maksudmu ... .”   Kepala Allena mengangguk. “Aku akan magang di perusahaan Archilles.”   Azura memekik seraya memeluk Allena, kedua sahabat itu bahkan saling berpelukan erat. “Akhirnya aku ada teman. Kau tau ... hanya beberapa orang yang akan di pilih dan perusahaan Archilles meminta dokumen pendaftaran kita hari ini juga.” Azura mendesis. “Archilles benar-benar ketat, aku jadi sedikit khawatir.”   Allena terkekeh pelan seraya merangkul bahu Azura, membawa sahabatnya itu menuju ruang staff administrasi jurusannya. “Tenang saja, kau tahu siapa sahabatmu ini? Kau pasti akan diterima.”   “Sungguh?”   Allena mengangguk satu kali kemudian berbisik. “Aku mengenal CEO Archilles.”   “Kau bercanda?!” Azura terjengit, ia memegang kedua lengan Allena, seraya menatap sahabatnya itu.   “Menurutmu?”   “Allena! Kau serius?” tanya Azura lagi, masih tak percaya dengan penuturan Allena.   Allena terkekeh pelan. “Sudah, kita bicarakan nanti. Sekarang kita harus memberikan dulu persyaratan ini pada staff oke? Baru kita bergosip tentang The Archilles.”   Dengan penuh semangat keduanya berjalan menyusuri lorong menuju jurusannya. Setelah memberikan dokumen tersebut mereka memutuskan untuk mengunjungi café yang berada di lingkungan kampus.   “Kenapa kau tidak menceritakan itu dari lama Allena? Hebat sekali kau bisa mengenalnya.” Ujar Azura setelah keduanya duduk pada salah satu bangku yang berada di tengah ruangan.   Allena mengedikkan bahu seraya menyedot minumannya sesaat. “Aku rasa itu bukan hal penting Azura. Terlebih, untuk apa aku menceritakan itu?”   Azura mengangguk. “Memang, lalu sejak kapan kau mengenalnya? Kau mengenalnya atau kalian saling mengenal?”   Senyuman Allena mengembang, dadanya bahkan bergetar hebat, perasaan hangat itu pun semakin menyebar, memenuhi setiap ruang di dalam hatinya, ketika membayangkan sosok pria dewasa yang selama ini selalu menjadi pria idamannya itu memenuhi setiap sudut pikirannya. Bayangan sosok pria tinggi bertubuh tegap, dengan wajah tampan, tegas dan memesona seketika memenuhi pikirannya.   “Allena berhenti tersenyum seperti itu. Kau membuatku takut.” Bisik Azura.   Allena menatap Azura dengan senyuman yang masih mengembang. “Kenapa harus takut? Aku hanya sedang bahagia.”   “Tunggu.” Azura menatap Allena dengan tatapan penuh selidik. “Jangan bilang kau tertarik pada CEO Archilles?”   Kekehan keluar dari mulut Allena. Ia menatap Azura dengan wajah yang begitu merona. “Apakah aku terlalu jelas?” tanyanya. “Sejak dulu, aku sudah menyukainya, aku sudah sangat menyukai Jason, Azura. Dia juga satu-satunya pria idaman yang aku impikan menjadi pasanganku. Tidak ada yang lain lagi.”   Jason Archilles, seorang CEO yang sangat terkenal oleh parasnya yang sangat tampan. Pria itu dulu sempat menjadi asisten pribadi Darren, Ayahnya. Sehingga sejak kecil ia sudah terbiasa bertemu dengan Jason, hingga hubungan merekapun bisa dikatakan sangat dekat. Sampai akhirnya Jason memundurkan diri dan lebih memilih kembali ke perusahaannya. Sejak saat itulah Allena hampir tidak pernah bertemu lagi dengan Jason. Apalagi Jason sekarang sangat sibuk mengurus berbagai bisnis yang sedang pria itu kembangkan.   “Allena, kau gila?” Azura membulatkan matanya. “Bagaimana bisa kau menyukai orang lain? Bukankah kau sudah di jodohkan dengan Ax?”   Senyuman Allena seketika luntur, ia kemudian mendengus kesal. Jika mengingat itu, persaannya memburuk seketika, benar-benar buruk hingga mampu menghilangkan selera makannya. “Jangan dibahas.” Ujar Allena. “Dia hanya pilihan orangtuaku, tidak berarti apa-apa untukku Azura. Lagipula, demi neptunus! Dia seusia adikku. Bagaimana bisa aku bersamanya? Jika aku menikah dengannya, aku akan terlihat seperti menikahi adikku sendiri.”   Azura menghela nafas panjang. Selalu itu yang dikatakan Allena tentang Ax. Axelle Wesley. Seorang pemuda yang masih berusia dua puluh tahun, tapi dia berada ditingkat yang sama dengan mereka. Ax sebenarnya tak buruk itu, dia justru salah satu idola di kampus ini. Banyak sekali alasan bagi orang-orang untuk mengidolakan Ax, pertama karena Ax memiliki paras yang sangat tampan meskipun cukup dingin, kedua dia satu-satunya pewaris kekayaan kerajaan bisnis keluarga Wesley, ketiga dia sangat cerdas. Tapi bagi Allena hal itu seolah sangat tidak berarti dimatanya. Baginya Ax justru hanyalah sosok pemuda angkuh, dan juga bermulut tajam.   “Jangan begitu Allena, tidak bisakah kau menghargai perasaannya? Aku merasa dia sangat menyukaimu.” Azura kemudian berbisik. “Apalagi aku selalu menangkap basah dia sedang memperhatikanmu, apa kau tak sadar, sejak tadi Ax menatap kearah kita dari sudut kanan?”   Allena mendesis. “Siapa peduli?” Allena mengedikkan bahunya. “Terserah dia memperhatikan kemanapun. Bukan urusanku.” Allena menatap Azura seraya mengaduk-aduk minumannya. “Aku juga tidak peduli dia menyukaiku atau tidak. Kau tau lagu I don’t wanna boy, I need a man?”   Azura mengangguk. Lalu Allena melanjutkan ucapannya. “Begitulah aku, aku membutuhkan pria dewasa bukan lelaki biasa sepertinya. Sedikitpun, dia tidak termasuk dalam daftar pria idamanku. Lelaki angkuh, sombong, manja dan bermulut tajam. Tak ada seorangpun yang mau bersamanya.” Lanjut Allena seraya memandang tajam pada sosok pemuda yang sedang memainkan laptopnya, di sudut kanan ruangan itu.   “Allena, jangan bercanda. Apa kau tak tau, kalau kau dijodohkan dengan pangeran kampus? Tentu saja banyak yang mengantri ingin menjadi kekasihnya. Penggemarnya bahkan sempat mengumpatimu ketika kabar perjodohan itu menyebar.”   Rahang Allena mengeras, ia melirik tajam pada Ax yang kini sedang menatapnya dengan tatapan dingin. Ia memutar bola matanya kemudian menghadap kearah Azura lagi. “Sudahlah, berhenti membicarakannya Azura. Aku muak. Karena sampai kapanpun, bagiku hanya Jason. Aku hanya mau dia. Titik.”   Azura terkekeh pelan. “Baiklah-baiklah maafkan aku. Sekarang daripada moodmu kacau, bagaimana jika kita belanja? Membeli pakaian untuk magang.”   “Ide bagus.” Allena meraih tas dan juga ponselnya sebelum berdiri. “Ayo pergi.” Ujarnya seraya beranjak meninggalkan tempat itu.   ***   Sementara itu, sore harinya di tempat lain. Seorang pria baru saja keluar dari ruang meeting, di temani oleh seorang asisten pribadi yang berjalan satu langkah di belakangnya. Pria itu, Jason Archilles dan asistennya Tommy Elton.   “Malam ini anda memiliki janji untuk makan malam bersama dengan Mr. Yashuhiro.” Ujar Tommy tanpa menghentikan langkahnya. “Setelah itu anda bisa kembali kerumah. Lalu besok jam delapan pagi akan ada wawancara untuk mahasiswa yang akan magang di perusahaan ini.”   Pria itu bergumam pelan tanpa menolehkan kepalanya sama sekali. Dia hanya terus melangkah dengan langkah lurus menuju ruangan tempatnya bekerja.   Jason Archilles. Dia adalah pemimpin perusahaan yang begitu tampan, mapan dan sangat memikat. Dia merupakan pujaan banyak wanita, tak hanya mereka yang bekerja di perusahaan ini, namun wanita-wanita yang berada di luar sana pun begitu mengagumi sosok Jason, mereka bahkan rela mengantri untuk berkencan dengan Jason meskipun hanya untuk satu malam saja. Karena selain dia kaya raya dan juga tampan, gosip mengatakan bahwa Jason sangat mahir membuat wanita melayang diatas ranjang. Pria itu benar-benar mahir memanjakan wanita, hingga wanita-wanita yang pernah dia kencani rela mengantri kembali hanya untuk merasakan sekali lagi malam yang indah bersama Jason, mereka semua secara sukarela melebarkan paha untuk Jason walaupun kenyataannya Jason tak pernah melakukan hal itu untuk kedua kalinya dengan wanita yang sama. Meski Jason sebenarnya sangat dingin, tegas, perfectionist dan tak pernah sekalipun memberikan senyuman, tapi tetap saja semua orang rela menunggu giliran untuk mendapatkan satu malam yang indah dengan pria itu.   Sangat gila bukan? Memang. Karena siapapun akan dengan mudahnya terjerat oleh pesona Jason dalam satu kali berpandangan mata saja.   “Mr. Archillles. Perwakilan dari Universitas sudah mengirimkan seluruh biodata mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan magang di perusahaan ini.” Ucap Sekretaris Jason ketika pria itu baru saja melintas didepan meja kerjanya.   “Kirimkan padaku sekarang.” Ujar Jason seraya memasuki ruangannya tanpa menoleh sedikitpun.   Jason kemudian mendudukkan dirinya dibalik meja kebesarannya. Lalu ia mendongak, menatap asisten pribadinya. “Tommy seperti biasa, kau datang besok ke wawancara. Pastikan mahasiswa yang diterima benar-benar sesuai dengan standar perusahaan ini.” Ucap Jason seraya membuka dokumen yang baru saja sekretarisnya kirimkan. Ia menggulirnya sekilas-sekilas, hanya untuk memastikan bahwa biodata dan resume yang di kirimkan mahasiswa itu sesuai dengan yang ia minta.   “Baik Mr. Archilles. Kalau begitu, saya kembali ke ruangan saya sekarang.” Ujar Tommy yang hanya di respon oleh gumaman pelan.   Jemari Jason berhenti menggulirkan layar benda pipih ditangannya itu ketika melihat sebuah nama yang sangat ia kenali. Ia menggulir kembali pada biodata sebelumnya, kemudian mengamati dengan cermat biodata tersebut.   “Allena Davidson?” Jason tersenyum simpul. Kenapa dia memilih datang kemari? Padahal dia memiliki perusahaan keluarga untuk dipilih. Ketika iris matanya menatap foto yang berada di sudut kanan biodata itu. Jason menggelengkan kepalanya pelan dengan senyuman yang masih patri apik di bibirnya.   “Allena, sekarang kau sudah dewasa.” Ujar Jason setengah berbisik.   Iris mata Jason tak lepas dari foto itu, ia masih menatap wajah rupawan Allena dengan begitu intens. Seolah tak ada niat untuk memalingkan wajah. “Kau benar-benar berbeda Allen, Kau semakin cantik dan semakin memesona. Kau ...”   Jason kemudian  mengeluarkan sebuah senyuman dengan beribu makna, ia bahkan menyeringai diakhir senyumannya sebelum bergumam dalam hati.   Allena ... kau benar-benar tertarik padaku?   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD