Prolog

193 Words
NABILA bergerak gelisah di tempat duduknya, karena aura ketiga laki-laki di dekatnya terasa begitu mencekam. Waktu belajar mereka jadi tertunda karena ketiga saudara kembar itu sibuk berlomba bertatapan sengit. Ah, tidak, Nabila salah! Bukan tiga, tapi dua. Sebenarnya hanya Raka dan Aksa yang saling tatap seperti itu, tidak dengan Barga yang justru sibuk memperhatikan Nabila dengan mata tajamnya secara diam-diam. Gadis itu tersentak kaget ketika Aksa yang duduk disebelah kirinya, mengambil salah satu tangannya untuk kemudian digenggam begitu saja. "Nabil bakal pilih gue," ucap Aksa begitu percaya diri. Nabila sontak shock mendengarnya. Tapi, tidak cukup hanya Aksa yang sudah membuatnya kaget. Nabila justru merasa mau tenggelam saja di sumur rumahnya ketika Raka tiba-tiba mendekat kearahnya, merangkul pundaknya, lalu mencium pipi kanannya dengan gerakan kilat. Laki-laki itu tersenyum manis kearah Nabila. "Siapa bilang? Jelas Nana bakal pilih gue." “Raka─” Belum sempat Nabila menyelesaikan kalimatnya, bibirnya lebih dulu dibungkam dengan kecupan oleh Barga yang sedari tadi hanya duduk diam di depannya tanpa bersuara. BARGA BARUSAN MENCIUMNYA! Nabila. Benar-benar. Luar. Biasa. Shock. Barga memundurkan wajahnya, lalu mengusap bekas ciuman Raka di pipi kanan Nabila dengan ibu jarinya. Menatap lekat bola mata hitam didepannya yang masih menunjukkan sorot keterkejutan, Barga lantas tersenyum geli. "Lo pilih gue kan, Bil?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD