BAB 2

856 Words
Violete pov           Aku bersenandung sambil menuruni tangga. Semalam benar-benar menyenangkan. Dari pertemuanku bahkan sampai ke mimpiku.           Aku memasuki dapur dan ku lihat mom tengah memasak untuk menyiapkan sarapan.           "Biar aku saja yang memasak, you just have to take a sit and wait, okey?" ujarku bersemangat. Walaupun bingung, mom menurutiku. Aku mulai memotong-motong bahan yang sudah disiapkan oleh mom untuk membuat bacon serta scramble egg. Aku sangat amat bersemangat pagi ini.           Saat sudah matang, aku mulai melakukan plating sambil bersenandung. Aku menaruh makanan ini di meja makan lalu membuat s**u untuk kami sekeluarga.           Aku menaruh s**u di tengah meja makan dan membalikan badanku.           "WHOA!!" aku refleks berteriak saat Christian ada di hadapanku. Kenapa ia ada disini? Maksudku, ini masih pagi.           "Christian."           "Violete."           Aku menatap dirinya yang juga tengah menatap kepadaku.           "Kenapa kau kesini? Ini masih sangat pagi" ujarku agak berbisik, takut mom mendengar.           "Aku ingin sarapan bersama keluargamu" ia berkata dengan amat santai membuatku memutar bola mataku.           "Kau memutar matamu?" ia bertanya dengan tajam. Astaga, ia bahkan sangat mirip dengan Christian Grey tokoh pria utama di film trilogy Fifty Shades.           "Maaf, sir" aku berkata dengan meniru ucapan Anastasya Steele. Ia terlihat memejamkan matanya. Sedang apa ia? Tak lama ia membuka matanya lagi. Tatapan matanya sangat liar kali ini. Ya tuhan, ia terlihat sangat seksi.           "Christian, kau disini?" Dad datang dan bertanya pada Christian. Christian menganggukan kepalanya dan bersalaman dengan dad.           "Maaf Mr. Maldiev, aku tidak memberi taumu," ia berkata dengan sangat tenang. Selagi dad dan Christian mengobrol, aku berlari menuju kamarku untuk bersiap sekolah. *****           "Kau bisa ke kantorku nanti?" Christian bertanya saat kami berada di mobil. Ya, ia mengantarkanku ke sekolah karena Kevin dan Leo dengan sengajanya meninggalkan aku.           Aku mengingat-ingat apakah ada acara nanti.           "Emm, sepertinya aku tidak bisa. Tugas." jawabku.           "Kerjakan saja di kantorku. Kau bisa memakai ruanganku. Lagipula, kau bisa berseluncur di internet sepuasmu" ia mengangkat bahunya tak peduli. Bagaimana ya?           "Hmm, baiklah" aku menatapnya sambil sedikit tersenyum.           Perjalanan ke sekolah ini rasanya sangat singkat. Kalau bisa, aku ingin memindahkan sekolahku ke Kutub Utara.           Mobil berhenti tepat di depan gedung sekolahku. Ia mengantarku sampai memasuki gerbang. Pria ini benar-benar menguji hatiku.           Aku membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Ku lihat ia ikut keluar dari mobilnya membuat para murid sekolahku menahan pekikan mereka.           "Ada apa? Kenapa ikut turun?" aku bertanya sambil mengerutkan keningku.           "Aku ada urusan dengan kepala sekolahmu. Asal kau tahu saja, aku donatur terbesar di sekolahmu" ia berkata dengan sangat santai.           "Dan lagi, aku ingin mengantarkanmu menuju kelasmu" ia menaruh tangannya di pinggangku sambil berjalan yang membuatku ikut berjalan di sampingnya. Bisa-bisa aku meleleh jika seperti ini terus astagaaaa.           Sepanjang koridor para siswi menatap Christian dengan kagum lalu setelahnya menatapku sinis. Berbanding terbalik dengan para siswa yang memandangku dengan kagum lalu menatap Christian dengan sinis. Inilah susahnya menjadi sempurna. Confidence? Yes, I am.           Aku melihat ke arahnya dan menelaah ekspresinya. Ia hanya mengeluarkan ekspresi datar. Ku ulangi, datar.           Kalian tahu apa? Ia mengantarkanku sampai ke kursiku. Ia benar-benar mau membuatku mati oleh pertanyaan sahabatku nanti.           "Baiklah, kita sudah sampai" ia mengatakannya sambil tersenyum tipis.           Christian mengecup pipiku dengan lembut dan melepasnya 10 detik kemudian.           "Laters, baby" ia berjalan keluar dari kelasku dengan gaya coolnya. Meninggalkanku yang tengah tersenyum layaknya orang bodoh.           AKU. TIDAK. AKAN. PERNAH. MENCUCI. PIPIKU. SATU. HARI. INI. *****           "Are u sure about that?" Lia bertanya padaku. Ia terlihat ragu padahal ia adalah salah satu dari 5 siswi yang paling histeris saat Christian keluar dari kelas tadi           "Of course."           Pasti kalian tidak tau apa yang sedang kami bahas. Akan aku jelaskan sedikit, jadi kelima sahabatku langsung menuntut penjelasan tepat satu menit setelah Christian keluar dari kelas ini. Untungnya pak Pras masuk dan mulai mengajar, aku bisa membungkam mereka meskipun hanya sampai bell istirahat berbunyi.           And here I am. Di rooftop sekolah dengan kelima sahabatku, menjelaskan semua kejadian semalam hingga tadi. Dan bisa kalian tebak, mereka tidak mempercayaiku. Mereka pikir aku menyewanya dari website ‘kekasih pura-pura’. Yang benar saja.           "Dang. You are so lucky." Ucapan Emma disambut anggukan oleh yang lainnya. Yah, aku juga berpikir hal yang sama. Aku benar-benar beruntung. ***** Can't keep my hands to myself No matter how hard i'm trying to I want you all to myself Your metaphorical gin and juice           Aku mengambil ponselku dan mengangkat telpon tanpa melihat id callernya.           "Apa yang sedang kau lakukan di parkiran?" Suara Christian terdengar berat dan itu malah membuatnya semakin seksi.           "Darimana kau tahu?"           "Mobil didepanmu"           Aku menatap ke mobil depanku dan seorang pria turun dari mobil tersebut. Christian.           Aku mematikan telpon dan memasukan handphoneku ke sakuku.           "Pantas saja kau lama" ia berkata saat telah berada di depanku. Aku benar-benar gugup saat ini.           Mereka -para sahabatku- menghampiri diriku yang masih terdiam sambil menatap pria sempurna di hadapanku.           Senggolan dari Lia membuatku kembali ke kenyataan. Aku menatap kearahnya yang tengah memelototi diriku. Pasti mereka ingin berkenalan dengan Christian.           "Girls, this is Christian. Christian, this is ma’ girl." aku memperkenalkan mereka semua. Dan mereka terlihat berlomba-lomba untuk berjabat tangan dengan Christian. Lagi. Aku memutar mataku.           "Hallo, I’m Lia."           "Christian."           "I’m Emma."           "Christian."           "Hi, Viera."           "Christian."           "Ariana, hai."           "Christian."           "Hallo, I’m Isabelle."           "Christian."           Singkat. Padat. Jelas.           Pria ini benar-benar luar biasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD