BAB 3

444 Words
Violete pov           Kami memasuki kantor Christian yang besar dan di d******i oleh warna abu abu ini. Kantornya sangat besar. Bahkan berkali kali lipat daripada kantor milik dad.           "I kinda’ had crush on him. Unfortunately, he doesn’t." ujar Lia. Mengapa ia terlihat sangat bersemangat sih sejak tadi?           Aku menggembungkan pipiku kesal. Kalian tahu apa? Christian meninggalkan kami di di depan lift sambil mengatakan bahwa kami harus menuju lantai teratas. Gedungnya setinggi 50 lantai, benar-benar persis novel itu. Sekarang pria itu sendiri malah menghilang. Apa yang ia ingin lakukan sih sampai-sampai meninggalkan kami di depan lift?           Tinggggg           Akhirnya setelah menunggu kira-kira selama 10 menit di dalam lift, akhirnya kami sampai. Aku langsung keluar dari lift yang disemua sisinya diisi cermin ini diikuti oleh kelima sahabatku.           "Siapa kau?" Seorang wanita dengan tubuh yang, ya lumayanlah, tiba tiba menghampiri kami. Pakaian kekurangan bahan, belahan terlihat, ketat disana dan disini, lipstick merah pekat, dan riasan 3 inchi. Ah, dia pasti sekretaris Christian.           "Kenalkan, aku Violete dan ini teman-temanku Lia, Emma, Isabella, Viera serta Ariana." dia terlihat geram saat aku memperkenalkan diriku. Tak salah bukan? Ia yang menanyakan siapa aku tadi.           "Maksudku ada apa kau datang kemari? Cepat turun dan keluar dari kantor ini." ia berkata dengan tajam diikuti tatapan yang berkilat marah.           "Nope."           "Benar-benar tidak sopan!"           Setelah berdebat selama 30 menit yang akhirnya membuat kelima sahabatku mendudukan diri mereka di lantai, biarkan saja, mereka lelah melihatku berdebat dengan perempuan murah ini, ups.           "KELUAR DARI SINI SEKARANG ANAK KECIL!!!"           "Tapi tadi saya diminta untuk menunggu disini."           "BOCAH TENGIL!!!" Ia melayangkan tangannya ke pipiku. s**t, it hurts.           "Rasakan itu." ia berkata dengan sinis. This bitches really piss me out.           Aku mengepalkan tanganku lalu memukul pipinya sehingga membuat pipinya itu memar.           "Saya copy ucapan aunty. Rasakan itu."           "Awas kamu ya!!" Saat dia ingin menamparku lagi. Christian dengan segala ketampanan dan kesempurnaannya datang dan menghadang tangan si jalang itu.           "Kemas barangmu sekarang juga dan angkat kaki dari kantor ini" Christian berkata dengan datar. Aku dan keempat sahabatku sebisa mungkin menahan tawa kami supaya tidak meledak, namun rupanya perempuan menor itu malah menatap kami dengan sinis.           Christian berjalan sambil memegang pinggangku diikuti oleh kelima sahabatku.           Kami memasuki ruangan Christian sambil terpekik kagum. Ruangannya sangat mewah dan berkelas.           Ariana dan segala kenarsisannya mulai mengambil beberapa gambar di ruangan Christian bersama dengan yang lainnya. Aku hanya tersenyum geli melihat mereka.           "Lets selfie" ajak Ariana pada Christian.           "Baiklah" ia menarik tanganku untuk ikut berselfie.           Aku gugup karena saat ini Christian sedang menatap ke arahku. Darimana aku tau? Tentu saja dari kamera ponsel Ariana.           Aku menoleh ke arahnya dan oh astaga, kami sangat dekat. Bahkan hidung kami bersentuhan.           "YES, I’LL UPLOUD THIS ONE!" teriak Ariana. Astaga. Aku kecolongan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD