Dua

709 Words
Sudah dua tahun lamanya Ayu melepaskan hijabnya dan memilih hidup bergaya kebaratan. Ayu adalah sahabat Anita sejak kecil, orang tua mereka berteman sangat baik. Ayu memilih mengekori Anita kemanapun Anita pergi karena gadis itu selalu mengerti bagaimana sikap Ayu. Ayah Ayu adalah seorang konglomerat, sehingga apapun yang diinginkan Ayu, orang tuanya selalu mengizinkan. sementara ayah Anita adalah seorang anggota DPR, namun Anita tak pernah memanfaatkan harta orang tuanya untuk kuliahnya, ia selalu berusaha mandiri agar tak merepotkan orang banyak. Di sela-sela kuliahnya Anita bekerja sebagai part time di Age Style, salah satu brand fashion terkenal. "Hehehe, saya sudah lama melepasnya, pak," ucap Ayu cengengesan. "Orang tua kamu ndak marah toh nduk?" tanya ibu. "Nggak buk, mereka juga nggak bakal peduli. Kadang saya iri sama bapak, sama ibuk. Walaupun sibuk, Anita tak pernah lepas dari pengawasan." Anita berkaca-kaca menyampaikan kalimatnya mengingat orang tuanya yang super sibuk. "Anita itu sudah terbiasa sendiri, nduk. Kami percaya padanya," ujar ibu tulus. Namun kalimat terakhir ibu justru membuat jantung Anita terasa di tikam. Ibu dan Ayahnya tak tahu bahwa Anita selama ini tak menepati janjinya untuk menjaga diri. Buktinya ia sudah lama berpacaran dengan Bimo tanpa sepengetahuan orang tuanya. "Mereka sibuk untuk kamu juga, Ayu. Mereka bukannya tidak memperhatikan, mungkin saja mereka ingin melihat jati diri anaknya," lanjut ibu. Ibu kemudian memeluk Ayu dengan erat sebelum gadis itu menangis. Ya, Ayu adalah gadis cengeng. Ia tak bisa menahan air matanya saat hatinya tersentuh. "Ekhem," deham Bimo. Merasa di acuhkan, ia melakukan hal itu untuk menarik perhatian. Tiga pasang mata yang berada di sana otomatis melirik ke arah Bimo. Tatapan Ayah yang penuh selidik membuat Anita menjadi waspada, ia takut ayahnya berubah pikiran karena kesan pertamanya saat melihat Bimo. "Kamu Bimo, nak?" tanya Ayah. Bimo langsung menyalami Ayah dan mengangguk, "Iya Pak, saya Bimo. Mari, saya bawakan barang-barangnya." Bimo langsung menawarkan diri untuk membawakan koper dan mengambilnya lembut dari tangan ayah Anita. Ayah Anita langsung tersenyum ramah, begitu juga dengan Ibunya. *** "Kamu kerja di mana ndok?" tanya Zulkarnain, Ayah Anita yanv berada tepat di sebelah Bimo yang sedang mengemudi. Bimo tersenyum sambil melirik sekilas ke arah Zulkarnain, "Saya punya toko baju dan brand sendiri, Pak." "Sudah berapa lama kalian saling kenal?" tanya Zulkarnain lagi. "Kami sudah mengenal sejak lama, Pak. Hanya saja selama ini hanya sebatas pertemanan. Maka dari itu, dari pada kami terjerumus ke hal yang tidak baik, saya memutuskan untuk melamar Anita, pak," jawab Bimo. Zulkarnain mengangguk. Sekentara Anita hanya bisa menunduk mendengar jawaban-jawaban Bimo yang bisa di bilang spontan. Ia begitu takut saat Bimo menjabarkan sesuatu, ia takut ayah dan ibunya tahu bahwa ia dan Bimo sudah lama berpacaran. "Ayah sama ibu senang kalau pada akhirnya Anita menemukan laki-laki yang cocok untuk dirinya. Ayah percaya Allah sudah menyiapkan semuanya dengan baik," ucap Zulkarnain. "Maka dari itu, mendengar Anita ingin menikah, saya dan istri saya langsung menyetujuinya karena saya yakin anak saya tahu mana yang terbaik untuknya. Dan, kedatangan saya ke sini untuk segera melangsungkan pernikahan kalian. Apa tidak apa-apa menjadi cepat begini?" "Sebelumnya maaf, Pak. Saya anak tunggal, dan saya tak memiliki sanak saudara. Ayah dan ibu saya sudah lama tiada. Saya di sini sendirian, dan hanya ada taeman-teman saya yang berasal dari negara yang sama. Apa bapak tidak keberatan dengan status saya?" Zulkarnain sedikit terkejut dengan penuturan Bimo yang apa adanya. Ia kemudian memegang pundak pria itu dengan santai, "Nak, tidak ada yang salah dengan statusmu. Saya pikir, kamu orang yang jujur. Yang penting itu keimanan, Nak. Dan kamu akan bertanggung jawab di akhirat nanti bagaimana kamu mengayomi istrimu. Apa kamu sanggup?" tanya Zulkarnain. "Insyaallah pak, saya sanggup. Tapi tentu saja saya harus belajar kembali, Pak. Sesungguhnya manusia banyak salahnya dan kesempurnaan hanya milik Allah." Bimo kemudian tersenyum dan memberhentikan mobilnya tepat di halaman rumah Anita yang di tempati berdua dengan Ayu. Mendengar kalimat-kalimat Bimk yang menenangkan, Zulkarnain merasa dadanya sedikit lega sekaligus sesak. Ia lega karena pada akhirnya putri satu-satunya yang ia cintai akan menikah dengan pria baik. Dan sesak saat mengingat Anita akan tinggal bersama orang lain dan kemungkinan untuk bertemu semakin sulit. *** Setelah selasai makan malam, Bimo bersiap untuk kembali ke apartemennya. Ia berpamitan dengan ayah dan ibu Anita. "Bapak, ibuk, saya harus kembali ksrena sudah malam," ucapnya. "Iya nak, hati-hati ya. Semoga rencana kalian untuk menikah di ridhoi dan dilancarkan oleh Allah," ucap ibu Anita. "Aamiin," "Aamiin," ucap Anita berbarengan dengan Bimo. "Kalau begitu, saya pulang dulu. Assalamu'alaikum," ucap Bimo. "Waalaikumsalam," jawab mereka serempak. ***

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD