Part dua

258 Words
Disinilah aku. Di depan halte bus sendirian. Tanpa teman. Jika kalian beranggapan seorang siswa baru langsung mendapatkan teman di hari pertamanya sekolah, maka kalian salah. Teori itu tidak berlaku padaku. Karena nyatanya, tidak ada yang ingin berteman denganku. Bahkan, sekedar melirik pun tak ada. Aku membenarkan letak kacamataku yang melorot. Juga mengencangkan almamaterku. Mengapa mereka lama sekali? Mereka? Iya. Mereka yang tadi pagi mengantarkanku ke sekolah ini. Si pengawal berbaju hitam. Ya, mereka memang di tugaskan Ayah untuk mengantar jemputku kemanapun. Bahkan, mereka selalu menguntitku kemanapun aku pergi. Tapi, kemana mereka? Mengapa sampai saat ini mereka belum juga menjemputku? Ah, itu mereka. Dengan mereka membuka pintu mobil bagian belakang, aku lantas memasukinya. Dan mobil melesat dengan eloknya. Membelah jalanan kota ini. ~~~ "Bagaimana sekolahmu?" Pria berjas di hadapanku langsung menyambutku dengan pertanyaannya. "Baik," memang sekolahku baik, bukan? Dia mulai menghampiriku. Perlahan, dia menunduk ke arahku. Aku memang tak memiliki tubuh yang tinggi. Tinggi badanku hanya 150 cm saja. Ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku, mencoba menciumku. Aku tak bisa berkutik, karena jika bergerak satu inchi saja, ia akan melakukan hal itu lagi kepadaku. Sepuluh senti lagi, bibirnya akan sampai di bibirku, namun gerakannya terhenti saat ia mencium bau tubuhku. Bau lotion baby. Ya, tadi aku memang menyapukan telon baby di seluruh tubuhku. Karena apa? Ia tak suka bau bayi. Aku sengaja agar ia tak lagi bisa menggerayangi tubuhku semaunya. "Gadis pintar. Kau bisa saja membuat aku tak bisa menyentuhmu. Cepat pergi ke kamar!" Lebih baik mendengar bentakannya, dari pada aku harus menerima perlakuan tak senonoh dari ayahku sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD