Chapter 2

1137 Words
My lovely husband episode 2 Duduk termenung di depan meja rias sambi mengingat apa yang telah mereka lakukan semalam, bagaimana pria itu membuatnya melayang di atas awan. Bahkan ia masih belum bisa percaya bahwa sekarang dirinya telah menjadi seorang wanita, bukan gadis lagi. Apakah nanti kalau bertemu dengan Reva, pria pujaan hatinya itu akan memandangnya jijik atau masih tetap memberikan dirinya cinta, atau mungkin sekarang telah memiliki seorang kekasih baru. Merik netsu kira baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya bahkan masih basah, tangannya masih mencoba untuk mengeringkan  rambut dengan handuk. Tak sengaja melihat sang istri duduk di depan meja rias sambil melamun, bahkan bedak yang digunakan juga sangat berantakan, rasanya ingin tertawa tapi takut kalau sang istri mengamuk dan berakhir dirinya tidak dikasih jatah. “Kauri,” panggilnya. “Hm,” jawab Kauri singkat, ia masih melamun di depan meja rias tangannya bahkan tanpa henti memupuk bedak di pipinya hingga mirip ondel-ondel. “Apakah kamu sakit?” tanya Merik khawatir. “Tidak,” jawab Kauri singkat. “Lalu, kenapa wajahmu mirip ondel-ondel seperti itu?” tanya Merik menahan tawa. Gadis itu terkesiap, ia pun memperhatikan wajahnya dengan benar. Dia langsung syok begitu mengetahui kalau ternyata akibat melamun tadi sekarang dirinya harus seperti ondel-ondel, pipi terlalu merah, kening sangat putih bahkan hidung ditbauri warna kuning. “Kenapa kau tidak bilang padaku?!” amuknya. Merik sweetdrop, dia yang melamun saat berdandan dirinya yang disalahkan, mana tahu kalau gadis itu sedang berdandan lagi pula ia juga sedang mandi. “Kamu tidak minta, jadi aku mana tahu kalau kamu akan membuat topeng monyet, sayang.” Pria itu menutup mulut menahan tawa sedangkan Kauri masih berusaha membersihkan mak up dengan penuh emosi. Gadis yang telah berubah menkadi wanita dalam semalam itu langsung membanting kapas lalu membalikkan tubuh menatap sang suami.”Kamu!…” Dia menunjuk pria tersebut dengan jari telunjuknya. “Kamu sangat tega menzalimi seorang gadis kecil, kamu pria tua b******k!” makinya. Merik menelan ludah mendengar makian gadis tersebut, tidak sedikit pun ada kemarahan sama sekali dalam hatinya, hanya ada rasa haru bahkan semakin cinta.”Istriku, aku mana ada menzalimimu. Tuhan akan menghukumku kalau aku berani melakukan itu, lagi pula aku telah berjanji dan bersumpah di hadapan Yang Kuasa kalau aku akan menjagamu dan melindungimu mencintaimu seumur hidupku.” Kauri memalingkan wajah, wajahnya memerah karena malu.”Gombal,” rajuknya. “Tidak, sayang. Aku ini bicara serius, aku mana mungkin ada niat memberimu gombal, aku akan memberimu yang terbaik.” Merik sudah mendekatkan wajahnya ke wajah wanita tersebut, tangannya bahkan meraih wajah cantik tersebut. Hampir saja dua bibir saling bertemu kalau suara ketukan pintu tidak mengganggu dirinya. Tok… Tok… Tok… Kauri reflek mendorong d**a pria tersebut.”Tidak tahu malu, pagi-pagi sudah mau nyosor saja,” omelnya. Ia melangkahkan kaki menghampiri pintu sedang Merik tersenyum senang melihat sikap istri sudah mulai terbuka terhadapnya, sekali pun ucapannya masih suka sinis dan ketus tapi dia yakin kalau mereka benar-benar bisa menjadi pasangan suami istri seperti pada umumnya atau bahkan lebih baik lagi. Kauri mengulurkan tangan untuk membuka pintu tersebut, di depan pintu terlihat seorang gadis 19 tahun menatapnya dingin penuh dengan kebencian. Wanita itu ingin sekali mengubur hidup-hidup gadis di depannya tersebut kalau saja tidak ingat kalau sang suami atau ayah dari sang gadis berdiri di belakang dirinya. “Aku kesini bukan untuk mencarimu, aku mencari ayahku,” katanya dingin. “Tidak tanya,” balas Kauri tidak kalah dingin. Revi menggeram penuh amarah melihat sikap dingin ibu tirinya, tidak ada sedikit pun usaha wanita itu untuk mendapatkan pengakuan sebagai istri sang ayah atau yang lain, rasanya sungguh sangat menjengelkan. Merik menghela napas setiap kali bertemu, istri dan anaknya itu selalu mengeluarkan aura kebencian masing-masing, mungkin karena mereka seumuran. Ia pun melangkahkan kaki menghampiri kedua wanita tercintanya tersebut sebelum pertempuran semakin memanas. “Apakah kalian tidak bisa tidak ribut setiap kali bertemu?” “Tidak!” jawab Revi dan Kauri bersamaan, tatapan mereka masih saling membunuh tanpa ada niat perdamaian. “Kalian ini sekarang adalah keluarga, aku tidak ingin ada permusuhan di rumah ini. Revi, ayah minta kamu tidak kasar-kasar pada ibumu. Dan Kauri, kamu juga harus memperlakukan Revi sebagai anak kandungmu sendiri,” kata Merik berusaha membuat kedua wanita itu mengerti. Revi tidak setuju kalau dirinya harus menghormati ibu tirinya, baginya wanita muda yang dinikahi ayahnya itu tidak lain hanya seorang pengganggu. Seorang wanita yang tidak berhak untuk mendapatkan rasa hormat darinya sedikit pun.   “Ayah, aku tidak akan pernah menghormati dia!” tunjuknya pada Kauri dengan tatapan penuh amarah dan kebencian. Kauri menggeram penuh emosi, ia melirik suaminya. Alangkah lebih baik kalau dirinya memasang tampang seperti orang tertindas agar mendapat rasa simpati dari suaminya tersebut. “Revi, aku tahu kamu adalah pemilik rumah ini. Aku hanya numpang, tapi … aku adalah istri dari ayahmu, bukan aku yang meminta untuk dinikahi, tapi ayahmu sendiri yang datang untuk menikahiku. Aku hanya wanita biasa, apalah dayaku kalau kamu tidak bisa menghormatiku, aku hanya bisa pasrah dan bersabar.” Revi semakin tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, ekspresi wanita itu langsung berubah setelah ayahnya datang menghampiri. Tidak ada lagi kebencian serta amarah, yang tersisa hanyalah sebuah rasa sedih dan seakan tertindas. Merik merasa bersalah pada istrinya, memang benar apa yang dikatakan oleh wanita tersebut. Bukan dia yang memaksa untuk dinikahi, tapi dirinyalah yang memang sudah jatuh hati pada seorang wanita muda yang baru lulus dari SMA. “Sayang, kamu jangan berkata begitu. Rumah ku juga adalah rumahmu, kamu adalah nyonya rumah di sini. Maafkan Revi ya? Jangan diambil hati apa yang dia katakan, yang terpenting … aku akan selalu percaya bahwa kamu adalah seorang wanita yang baik dan istri yang baik.” Kauri mengangguk, dalam hati dia sangat merasa puas melihat anak tirinya sangat kesal karena Merik justru membelanya.”Siapa suruh kamu berani bersikap kurang ajar padaku,” batinnya. Tatapnnya penuh kelicikan, dan bibirnya tersenyum sinis. “Ayah, ayah itu hanya ditipu oleh wanita iblis ini! Ayah terperdaya oleh kecantikannya, dia menikah dengan ayah hanya karena ingin harta ayah saja. Dia tidak pernah mencintai ayah sedikit pun.” Revi terus berusaha meyakinkan Merik bahwa Kauri bukanlah seorang wanita yang baik, dia bahkan tersungut emosi karena pria tersebut sepertinya tidak juga percaya terhadapnya. “Revi! Cukup kamu menghina ibumu, kamu tidak boleh lagi menghina mama Kauri, dia adalah istri ayah sekarang. Mau tidak mau kamu harus menerimanya, ayah tidak ingin lagi melihatmu bersikap tidak hormat apa lagi bersikap kasar,” benatk Merik tidak terima mendengar putrinya justri menghina seorang wanita yang telah dinikahinya. Menghina seorang istri sama saja menghina suami, dan sebagai seorang suami maka dirinya tidak akan pernah membiarkan wanita yang telah dinikahinya dihina sekalipun yang menghina adalah putrinya sendiri, dia tetap tidak perduli.  Revi terkejut ketika pria tercintanya itu bahkan tega membentaknya hanya karena wanita yang baru dinikahi, hatinya sangat tidak terima. Dia pun membalikkan tubuh lalu meninggalkan ayahnya tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD