chapter 3

1117 Words
  My lovely husband Episode 3             Merik menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan mencoba meredam segala emosi yang sempat tak dapat dibendung dalam dadanya, tangannya memijit pelan pelipisnya berharap rasa nyeri di kepalanya yang tiba-tiba dating segera menghilang. Kauri masih memandangi punggung sang anak tiri yang kini telah menghilang di balik anak tangga, gadis kecil yang kinit telah menjadi istri orang itu memberikan sumpah serapah pada putri kesayangan sang suami dalam hatinya.   “Dasar anak kurang ajar, memangnya aku mau memiliki anak tiri yang tidak punya sopan santun sepertimu, satu lagi. Aku juga tidak mau punya suami bapak-bapak seperti ayahmu, kau tau? Aku terpaksa menikah dengannya, terpaksa. Ingat? Terpaksa. Karena harta tentunya,” batinnya. matanya melirik sang suami, ia mengerutkan keningnya melihat sang suami yang nampak pucat seperti menahan sakit, gadis itu berpikir apa sampai segitunya hingga membuat pria yang beberapa detik yang lalu terlihat sehat-sehat saja kini nampak kesakitan. Sekali lagi Kauri merasakan keanehan dalam dirinya, yaitu rasa perduli pada apa yang terjadi pada suaminya, perasaan tega dan simpati yang setahun ini tidak pernah muncul kini mendadak hadir dalam relung sanubarinya, melihat sang suami yang nampak stress hingga membuatnya sakit rasa ingin perduli pun tak dapat dibendung lagi, tangannya terulur menyentuh lengan sang suami.             Merik merasakan sebuah sentuhan lembut di tangannya, ia melihat sejenak siapa yang telah memberikan sentuhan lembut itu, hatinya terasa menghangat mengetahui bahwa sang istri tercinta yang melakukannya, dia menurunkan tangan yang menyentuh pelipisnya lalu memandang sang istri. Kauri tersenyum lembut pada sang suami, sebuah senyum ketulusan yang belum pernah dia berikan pada pria itu semenjak mereka menikah, sedikit terhibur dalam hati pria 37 tahun itu melihat senyum manis dari bibir sang istri, baru kali ini ia melihat senyum itu ditujukan untuknya.   “Tidak apa-apa, Merik. Aku bisa mengerti, lagi pula aku dan revi seumuran, jadi wajar kalau dia belum bias menerima ku sebagai ibu tirinya. Lagi pula, Merik. Seorang ibu tidak akan pernah bias terganti dalam hati anaknya, ya, aku akan bersabar sampai Revi bias menerimaku sebagai istrimu dan ibu tirinya,” kata Kauri berpura-pura menjadi istri yang baik serta wanita yang penuh pengertian terhadap anaknya. Merik semakin mengagumi sosok sang istri yang begitu dewasa dan pengertian, di usianya yang baru menginjak 17 tahun gadis itu sudah bias menjadi seorang istri yang sempurna, ia menatap sang istri penuh kasih. Kauri merasa malu sendiri mendapat tatapan penuh cinta dari sang suami, kalau boleh jujur selama ini pria itu memang selalu memandangnya penuh cinta namun tak pernah dia perhatikan, berbeda dengan hari ini rasanya dia menjadi orang yang sangat berharga, jantungnya bahkan tidak berhenti berdebar.   “Me-Merik, kenapa kau menatapku begitu? Apa ada yang salah dengan kata-kata ku?” tanyanya mendadak gerogi, sudah berapa lama sebenarnya ia bersama pria itu? Kenapa baru merasa gerogi sekarang?.   “Hmm, tidak apa. Aku hanya tidak menyangka kau bias bicara seperti itu. Terimakasih atas pengertianmu, sayang. Aku merasa menjadi pria yang sangat beruntung karena mendapatkan seorang istri secantik dan sebaik dirimu, aku semakin mencintaimu,” jawab Merik sambal tersenyum lembut.   Deg… Deg.. Deg…   Kauri sungguh tidak mengerti dengan detak jantungnya, hanya karena sebuah kata manis dari sang suami langsung berdegup kencang, pipinya juga bersemu merah, kakinya juga terasa lemas seakan tak mampu untuk berdiri  dengan pernyataan cinta dari sang suami, perasaan dulu meski pria itu mengungkapkan seribu kali kata cinta juga rasanya biasa saja seperti sayur tanpa garam hambar dan tak enak, sekarang pernyataan cinta itu terasa seperti madu murni yang terasa manis dan menghangatkan dunia terasa seperti surga, kalau dulu dia tidak akan sudi mengatakan kalimat yang dapat menenangkan untuk sang suami sekarang bahkan senang hati melakukannya, semuanya terasa berbeda sekarang dalam dirinya. Merik telah duduk dengan nyaman di kursi siap untuk menyantap hidangan yang tersaji di meja makan, tapi niatnya dia urungkan ketika melihat sang istri masih berdiri melamun seperti patung pancoran, kembali lagi dirinya dibuat keheranan pada sikap istrinya itu.   “Kenapa, sayang? Kenapa kau menatapku begitu? Ayo, duduk! Kita makan,” serunya. Matanya masih menandang sang istri yang belum berubah dari posisinya. “ Merik,” panggil kauri. “Hmm,” jawa Merik. “Bisakah kau ulangi perkataanmu?” tanya kauri malu-malu. Permintaan yang sangat memalukan bagi dirinya memintak pria yang dinikahinya karena terpaksa untuk mengatakan cinta. Merik menaikkan sebelah alisnya bingung. “Perkataan yang mana?” tanyanya bingung. “Kau mencintaiku,” jawab kauri dengan wajah memerah sempurna. Pria itu tersenyum geli mendengar jawaban malu-malu dari istrinya, kenapa wanita itu begitu menggemaskan di matanya selalu bias membuatnya kehilangan akal, biasanya akan acuh jika dirinya sudah mengungkapkan cinta tapi kini dimintak untuk mengulanginya. Merik kembali bangkit dari posisi duduknya, memajukan kakinya selangkah agar bias lebih dekat dengan sang istri, tangannya terulur m,enyentuh kedua bahu gadis itu, dengan jari telunjuknya ia mengangkat dagu sang istri agar bisa menatap matanya hingga mereka saling bertatapan, kauri dapat merasakan betapa besar cinta yang ada di mata pria itu. “Dengar! Aku mencintaimu, Kauri. Aku sangat mencintaimu, apa itu cukup?” tanya Merik dengan senyum masih bertengger di bibirnya. Gadis itu kembali merasakan degupan jantung miliknya yang kencang serta rasa hangat dalam rongga dadanya. “Merik,” lirihnya. Ia menundukkan kepalanya tak sanggup memandang pria yang ada di hadapannya, rasanya terlalu memalukan. “Kalau kau sudah puas, bisakah kita makan sekarang?” tanya Merik karena tak dapat menahan rasa laparnya, meski begitu dirinya sangat senang melakukan apapun untuk sang istri asal wanita itu bahagia apapun akan dia lakukan. Kauri mengerjapkan matanya, ia kembali mendongak saat lamunannya sudah tersadarkan , dia sungguh merasa malu pada sang suami, bisa-bisanya memintak sang suami untuk menyatakan cinta terhadapnya, anehnya juga baru hari ini dia melakukannya, kemarin-kemarin kemana aja?” “Maaf,” sesalnya. “Heh? Kenapa mintak maaf, sayang?” tanya Merik lagi-lagi dibuat bingung oleh wanita itu. Tangannya terulur membelai pipi putih sang istri dengan lembut. Sentuhan lembut dari sang suami benar-benar mampu membuat hatinya terasa nyaman. “Dengar! Aku merasa tidak keberatan sama sekali mengatakannya, sekalipun kau memintakku mengatakannya seribu kali, aku akan melakukannya dengan senang hati. Karena dalam hatiku memang selalu mencintaimu, sayang. Kau mengerti?” pria itu berusaha menjelaskan pada sang istri agar wanita itu tidak merasa bersalah lagi hingga suasana tidak menjadi canggung. Kauri mengangguk mengerti maksud ucapan sang suami, pria itu memang selalu memperlakukannya dengan baik, dia adalah suami terbaik yang selalu diimpikan banyak wanita, ia berharap tidak akan terlambat untuk menyadari beratapa baiknya dan berharganya pria itu sebagai suaminya.     Note: chapter telah direvisi, terimakasih masih setia membaca novel ini. Saya rasa anda akan menyukai novel ini juga, GNI love story Genre : komedy romance Tokoh: Hwang Jae Sung ( pimpinan GNI)         Erika (member baru, kekasih Jae Sung)         Shiou rain (HRD GNI, saingan Jae Sung dalam mendaptkan cinta) Hwang Jae Sung adalah seorang pimpinan GNI, pria asal Korea itu jatuh hati pada Erika seorang gadis desa yang merupakan member baru dalam GNI group, tapi gadis itu justru lebih dekat dengan Shiou Rain seorang HRD GNI, dibumbui humor serta keromatisan didalamnya, akan mampu membuat pembaca terhibur dan terbawa perasaan. Ttd Firanda Firdaus. Firandafiradus636@g*******m          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD