bc

Tetangga Jadi Cinta? (Shafa vs Fabian)

book_age16+
550
FOLLOW
3.1K
READ
HE
goodgirl
heir/heiress
drama
bxg
highschool
addiction
seductive
like
intro-logo
Blurb

Shafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya.

Fabian, tetangga Shafa yang mengaku memelihara anjing itu juga memiliki otak sebelas dua belas dengan Shafa.

Brandal kelas, sebutan yang pantas untuk mereka.

Menyadari sedang ditatap oleh Shafa, Fabian nyaris tersedak. Setelah menutup botolnya, Fabian menyentil kening Shafa. "Hobi banget liatin gue."

Shafa menggeleng, "Jakun itu asalnya darimana sih, Bian? Waktu kecil lo keselek batu ya?"

Fabian melongo. Shafa ini kenapa sih? Lagi, ia menoyor kepala Shafa. "Kalo gitu gue juga tanya, p******a itu asalnya darimana sih, Shafa?"

Shafa menghendikkan bahunya, "Mungkin waktu kecil gue keselek apel dua biji. Nyangkutnya disana," sahutnya, santai.

Fabian yang merasa gemas langsung mencubit kedua pipi cewek itu, "Shafa yang imut mirip dugong makin hari makin b**o aja ya? Kebanyakan makan mie instan sih lo!"

Teruntuk kalian yang sedang membaca deskripsi ini, siap bermain teka-teki?

chap-preview
Free preview
Prolog
 ❝Yang kelihatannya, belum tentu sama dengan keadaan yang​ sebenarnya. Kadang, ada orang yang masih bisa tersenyum cerah. Padahal, hatinya sedang​ gundah.❞ -Undefinable​- SHAFA menutup telinga, kesal sendiri mendengar celotehan anak laki-laki berusia 3,5 tahun di depan kamarnya. Mengganggu saja, begitu pikirnya. "Kak Shafa, ayo tuyun. Bunda bikinin​ masakan​ kesukaan​ Yafa, lho," kata anak laki-laki itu lagi, sembari mengetuk pintu kamar Shafa. Shafa mendengus sesaat walau berikutnya jadi beranjak dari kasur, berjalan, membuka pintu kamar lalu menuruni tangga menuju ruang makan, mengabaikan adiknya yang sedari tadi menunggunya keluar kamar. Rafa, adiknya, segera menyusul Shafa. Di meja makan sudah ada Ayah dan Bunda mereka. Bunda tersenyum melihat kedatangan anak gadisnya ke ruang​ makan, ia kira putrinya mau ikut makan malam bersama. Namun senyumannya perlahan pudar ketika melihat Shafa justru hanya mengambil sepotong ayam goreng, lalu kembali ke kamarnya. Tanpa mengucap sepatah kata pun. Kanaya-bunda Shafa dan Rafa-menatap suaminya dengan tatapan mengintimidasi. "Apa cuma aku yang kepikiran sama perilaku Shafa? Kenapa Mas diam saja seolah itu bukan masalah serius?" "Kenapa kamu justru baru memikirkannya sekarang? Seharusnya kamu menyadarinya sejak saat itu. Putri kita sangat banyak berubah. Sudahlah, jangan bahas masalah itu," sahut Tio, suami Kanaya. "Tapi, Mas-" Tio melirik Rafa yang sedang makan dengan lahap di samping Kanaya, "Tidak ada yang bisa disalahkan atas sikap dan perilaku Shafa. Sekarang diam, jangan hancurkan acara makan malam sederhana ini hanya karena masalah yang tidak penting itu," putusnya. Selanjutnya, yang terjadi di meja makan hanyalah keheningan. Sesekali terdengar suara Rafa yang merengek minta ambilkan kecap yang terletak di tengah meja makan, karena tangannya tak cukup sampai. Sementara itu, Shafa. Gadis berusia enam belas tahun itu sedang berbaring di kasurnya setelah menghabiskan sepotong ayam goreng, tanpa minum air. "Harusnya Bunda bikinin makanan kesukaan Shafa, bukan Rafa," gumamnya entah pada siapa. Shafa menghampiri tas sekolahnya yang ia letakkan di atas meja belajar. Ia mencari sesuatu di dalam sana. Tersenyum ketika menemukan sesuatu yang ia cari; sebuah​ dompet. Lalu membukanya, senyumnya belum juga pudar ketika melihat isi dompet itu yang masih terbilang cukup banyak untuk anak seusianya-uangnya memang jarang dipakai, karena ia memiliki dompet berjalan yang setiap saat selalu menuruti keinginannya. Seseorang itu ... kalian akan berkenalan dengannya nanti. Shafa keluar melalui jendela rumahnya. Ia haus, malas jika harus pergi ke dapur dan menemukan keluarga harmonis di sana hanya untuk mengambil segelas air minum. Sekarang tujuannya adalah minimarket terdekat. Jarak antara rumahnya dengan minimarket sekitar 200 meter. Tidak masalah, Shafa sering melakukannya. Di perjalanan, Shafa memasang​ earphone pada telinganya. Mendengarkan musik favoritnya, sesekali bibir mungilnya bersenandung kecil. Ia menjerit ketika ada seseorang secara tiba-tiba menarik earphone-nya hingga terlepas. "Gak usah nyanyi. Suara lo jelek, anjing gue sampe kebangun dengernya," komentarnya. "Apasih dugong. Sejak kapan lo punya anjing hah? Bukannya lo sendiri anjingnya?" sinis Shafa. Laki-laki ber-hoodie hitam itu sungguh membuatnya kesal. Berbeda dengan Shafa yang sinis, laki-laki itu terbahak lalu mengacak puncak kepala Shafa. "Galak banget, pantesan jomblo." "Ih, rese!" Shafa menyingkirkan tangan laki-laki itu dari kepalanya. "Tangan lo bau. Abis boker ya?" "Jorok banget sih, Fa. Cium nih, tangan gue wangi pomade tau!" "Bau!" komentar Shafa, gadis itu melanjutkan langkah kakinya ke temoat tujuan. "Shafa dugong! Lo mau ke minimarket depan ya?" ujar laki-laki itu sembari berlari kecil menyeimbangkan langkah kakinya dengan Shafa. Shafa mengangguk sebagai jawaban. "Sampe kapan lo mau kayak gini sih, Fa? Apa susahnya ke dapur di rumah sendiri? Lo belom makan juga kan?" "Gak usah bacot, Bian. Malam ini lo mau kena dimana emangnya?" Shafa mengelus punggung tangannya yang kapan saja bisa membogem Fabian secara tiba-tiba. Ya, nama laki-laki itu adalah Fabian, Fabian Danuarta. Tetangga resek yang ngaku-ngaku punya anjing. Masalah dompet berjalan tadi ... dialah orangnya. "Memar di punggung gue bekas bogeman lo kemaren aja belom sembuh. Masa mau nambah lagi. Nggak punya hati lo, Fa" ujar Fabian dramatis. "Makanya, Bian. Jadi cowok tuh jangan banyak bacot. Kalo lo tetep banyak omong kayak tadi, mending lo ganti kelamin aja." "STRES!" Fabian membulatkan matanya, "Gini-gini gue cowok tulen, Fa. Masa iya gue ganti kelamin. Ntar viral dong? Kayak Mas Fatah." "Cowok tulen apaan? Tanding renang sama gue aja kalah mulu haha." Shafa terbahak, sementara Fabian mendengus. "Itu karena gue belom siap." balas Fabian melakukan pembelaan. "Terus lo siapnya kapan? Hah? Nunggu keluarga gue balik kayak dulu, mungkin lo baru siap. Dan itu impossible banget terjadi." Shafa terkekeh. Kenapa sekarang dirinya malah membicarakan keluarganya yang sangat harmonis itu? "Malam ini, gue siap. Ayo ke kolam renang sekolah." Fabian meyakinkan. Shafa mendengus sebal, "Yakali malam-malam gini ke sekolah cuma buat latihan renang," komentarnya. "Kenapa emangnya? Takut ya?" "Dih? Enggak!" Fabian terkekeh pelan. Tak terasa sekarang mereka sudah sampai di depan minimarket. Fabian duduk di kursi yang memang disediakan untuk para pelanggan, sementara Shafa masuk ke dalam. Setelah beberapa menit, Shafa menghampirinya dengan membawa satu cup mie instan yang sudah di seduh di tangan kanan serta sekantong plastik berisi makanan ringan dan minuman dingin di tangan kirinya. "Makan mi instan mulu. Nggak sehat, Fa," ujar Fabian, tangannya terulur untuk mengambil sebotol minuman dingin dari kantong plastik Shafa. Shafa duduk, langsung melahap mie instannya, "Bodo amat." "Serah lo, deh. Kalo sakit, jangan ngadu ke gue kayak biasanya. Ngerepotin tau nggak." "Iya, ih. Bawel banget jadi cewek." "Gue cowok!" protes Fabian tak terima. "Iya, cewek haha," "COWOK NYET! GUE COWOK!" Shafa tertawa renyah, "Ah iya gue lupa. Lo kan emang cowok, tapi kurang normal. Abisan lo juga sih, nggak pernah pegang d**a cewek." Fabian menghela nafas gusar, "Gue normal woy! Tapi gue nggak pengen ngerusak anak orang. Kalo gue pengen, lo yang jadi korban pertamanya!" -Undefinable​-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DENTA

read
17.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.9K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook