Bagian 2

1480 Words
"eh tahu nggak, sensei Arsyanendra itu seorang model dan pengusaha loh," celoteh seorang gadis di belakang Gia, walau seseorang yang mereka bicarakan sudah pulang tapi masih saja para gadis itu membicarakannya.  Gia hanya melirik sekilas pada para gadis yang masih membicarakan sensei pengganti, ia segera berganti pakaian karena hari sudah semakin malam, ia meninggalkan ruang ganti yang masih penuh dengan teman temannya yang masih terus saja membicarakan sensei Arsyanendra.  Gia memasuki gerbang rumah Elsa yang cukup besar, dengan pilar tinggi bergaya Eropa tapi sayangnya rumah sebesar dan semewah itu hanya ditinggali oleh Elsa seorang diri, walau banyak pembantu yang menemani tetap saja Gia merasa Elsa sangat kesepian, walau Elsa tampak selalu ceria dihadapan semua orang tapi Gia tahu di dasar hatinya Elsa tidak bahagia, rencana Gia untuk pindah dari rumah Elsa diurungkannya,ia ingin menemani sahabatnya itu karena Elsa juga sudah banyak membantunya selama ini.  Gia memasuki kamar yang ia tempati, dan segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri, hari ini ia sangat penat karena setiap weekend pasti ada saja team yang datang berkunjung ke perkebunan Chrysant dimana ia bekerja dan ia harus mendampingi mereka. Bagi pekerja kantoran weekend adalah hari yang di tunggu-tunggu, tapi bagi Gia adalah hari yang melelahkan. Setelah mandi Gia berencana akan tidur untuk menghilangkan lelahnya.  Ia keluar dari kamar mandi, dan mengganti jubah mandi dengan pakaian santai, kaos oblong dan celana pendek selutut, Gia merebahkan diri di ranjang kemudian memejamkan matanya, tapi belum lama ia memejamkan mata ia mendengar pintu kamarnya diketuk.  "Gi...Gia...Elo di dalam kan Gi?!"  Gia kembali membuka matanya dan beranjak dari ranjang, ia tahu Elsa yang mengetuk pintu kamarnya.  "Apa sih Cha, gue ngantuk tau, gue capek banget."  "Yaaa... Gia, temenin gue yuk clubbing."  "Clubbing??, Enggak enggak enggak, elo ini Cha, elo kan tau gue nggak suka ke tempat gituan, malah ngajakin gue," Gia berjalan masuk kamarnya dan kembali berbaring di ranjang.  "Sekali ini aja Gi, please..."  Gia berfikir sejenak, ia heran tak biasanya Elsa mengajak dirinya clubbing karena Elsa tahu Gia tidak suka bau asap dan alkohol di club.  "Ya udah, tapi jangan terlalu larut pulangnya."  "Enggak, kita pulang pagi aja." "Dasar Lo, enak aja pulang pagi. Enggak."  "Iya iya Gi bercanda. Ya udah ganti baju gih."  Dengan malas Gia berjalan menuju lemari pakaian, ia memilih celana jeans dan Tanktop yang ia tutupi dengan cardigan. Ia hanya menyapukan bedak tipis di wajahnya dan polesan lipstik pink di bibirnya. Tampilannya ia permanis dengan tas selempang dan sepatu slip on warna abu abu. Setelah dirasa siap Gia keluar dari kamar namun tak mendapati Elsa di luar kamarnya. "Kemana nih anak, Echa...katanya mau clubbing, cepetan keburu larut."  "Iya tunggu," Elsa dengan buru buru turun dari kamarnya yang berada di lantai 2 sedangkan Gia memilih kamar di lantai 1. Mata Gia membola saat melihat penampilan Elsa, Elsa memakai gaun terbuka diatas lutut berwarna merah dan high heels warna sama, tas tangannya berwarna hitam. "Echa... elo udah gila ya pakai baju macam itu, nggak ada yang lain apa?!?" "Ya ampun Gia, ini biasa aja baju gue. Elo tuh yang aneh, mau clubbing apa mau jogging sih?"  "Gue pakai baju macam elo, no way. Ribet tau udah yuk kita berangkat."  ~~~ ~~~ Dengan percaya diri Elsa menggoyangkan tubuhnya mengikuti music yang berdentum memekakkan telinga, sedangkan Gia hanya bisa mengawasi dari kejauhan, ia hanya ingin menemani Elsa tidak lebih, ia tak ingin sahabatnya sendirian di tempat seperti ini, penuh asap rokok dan alkohol. Gia memesan air mineral sambil menunggu Elsa yang sedang menikmati musik.  Mata Gia menyipit karena melihat seorang pria dengan wanita di pelukannya memasuki club, letak meja yang di tempati Gia bisa dengan jelas melihat siapa saja yang datang. Pria yang dikenalnya sebagai sensei pengganti di Dojo dimana ia berlatih.  Ia melihat sensei nya itu beberapa detik dan segera mengalihkan pandangannya pada Elsa yang masih asyik di lantai dansa, sensei bersama pasangannya memilih meja tak jauh dari meja dimana Gia duduk sehingga Gia bisa melihat dengan jelas dua orang yang berpelukan itu.  Gia maklum karena tempat seperti ini tentu saja orang akan membawa pasangannya masing masing kecuali dia dan Elsa, tapi Gia tak merasa kecil hati karena fokusnya saat ini adalah karier bukan pasangan.  Sudah hampir 2 jam Elsa berada di dance floor dan ia belum kembali ke meja yang di duduki Gia, Gia melihat jam di tangannya yang sudah hampir menunjukkan jam 1 dinihari. Dan Gia harus membawa Elsa pulang. Ia pun membereskan tasnya dan tas Elsa kemudian berjalan mendekati Elsa di dance floor.  "Echa... pulang yuk."  "Apaan Gi?" Teriak Elsa karena tak mendengar ucapan Gia.  "Ayo pulang!!" Pekik Gia agar Elsa bisa mendengar ucapannya.  "Gue masih mau disini Gia, elo pulang aja sendiri."  "Enak aja, pergi bareng pulang bareng lah." Gia menarik tangan Elsa keluar dari club, Elsa hanya bisa cemberut dan menurut pada Gia, Elsa menganggap Gia seperti saudaranya sendiri dan ia tahu Gia melakukan itu untuk kebaikannya.  Elsa berjalan sempoyongan karena ia sempat minum alkohol tadi. "Elo tunggu sini, gue ambil mobil dulu," pinta Gia pada Elsa, Gia meninggalkan Elsa di pintu masuk club' sedangkan dia berjalan menuju area parkir yang lumayan jauh dari pintu masuk club'.  Agak lama Gia mengambil mobil hingga ia sampai di depan pintu club' namun ia tak mendapati Elsa dimana ia tinggalkan tadi, ia mengedarkan pandangannya dan melihat Elsa yang sedang sempoyongan di papah oleh 2 orang pemuda. Gia segera membuka pintu mobil dan mengejar pemuda itu.  "Stop!!! Mau dibawa kemana temen gue??!" Pekik Gia dibelakang pemuda tersebut membuat mereka menghentikan langkahnya dan menoleh. Mereka kemudian membalikkan badannya.  "Ini temen kamu? Kita mau ajak dia have fun, kamu juga boleh gabung kok sama kita," tawar salah satu pemuda tersebut.  "Nggak makasih, kita mau pulang," Gia mendekat dan mencoba membawa Elsa namun tangannya di pegang oleh salah satu pemuda itu.  "Aahh kenapa buru buru sih," pemuda itu menarik Gia hingga jatuh ke pelukannya. Gia mencoba berontak, dengan sekali gerakan Gia membuat pemuda itu terjerembab ke belakang.  Pemuda yang lain yang sedang memegang Elsa melepaskan Elsa hingga Elsa tersungkur kemudian mulai menyerang Gia.  Gia memasang kuda kuda, dua pemuda itu menyerang Gia namun mereka bukan tandingan Gia, hanya dengan beberapa jurus mereka sudah terkapar. Dengan susah payah kedua pemuda itu berdiri, salah satu dari mereka bersiul dan tak lama 3 orang pria datang. Kelima orang itu mengepung Gia, membuat Gia waspada. Mereka bergantian menyerang Gia dengan membabi buta, sesekali punggung dan lengan Gia terkena pukulan tapi ia masih bisa bertahan. Dengan sigap ia melawan kelima pemuda itu hingga banyak pengunjung club' yang menyaksikannya.  Saat Gia kewalahan, seorang pengunjung memanggil security club'.  "Hei hentikan.....!!!" 3 security berbadan tegap menghentikan perkelahian dan memegang pemuda pemuda itu, dengan cepat kelima pemuda itu lari tunggang-langgang saat tahu security club' mulai datang.  "Nona tidak apa apa?" Tanya salah satu security pada Gia, Gia hanya mengangguk dengan memegang lengannya yang terkena pukulan. Ia mendekati Elsa yang masih dalam keadaan mabuk.  Semua pengunjung yang melihat kejadian itu kembali masuk ke club', kecuali seorang pria. Dia tak lain dan tak bukan adalah Arsyanendra, ia masih berdiri di tempatnya masih bersama gadis cantik yang dilihat Gia dalam club' tadi. Ia menatap Gia dengan pandangan aneh, Arsya merasa belum pernah melihat gadis yang mau berkelahi dengan banyak pria demi temannya, ia mengenal banyak gadis yang berlatih bela diri di Dojo kakaknya hanya untuk gaya dan terutama untuk bertemu dengan dirinya.  Walau ia bukan sensei tetap di Dojo milik kakaknya namun ia sering ikut berlatih karate disana untuk melatih tenaga dalamnya. Arsya tahu wajahnya di atas rata rata, sehingga mudah baginya untuk mendapatkan gadis manapun yang ia mau, tapi ia jalan dengan gadis gadis itu hanya untuk have fun tidak untuk berhubungan serius. Setiap weekend ia akan jalan dengan gadis yang berbeda-beda yang membuat ia di cap sebagai playboy, ia tidak menampik hal itu karena ia suka melakukannya. "Ngapain kita masih disini Ar, ayo masuk, kita have fun sampai pagi," ucap gadis itu menarik lengan Arsya, Arsya mengikuti gadis itu masuk kembali dalam club'.  Oooo----oooO "Cha...bangun..." Gia memercikkan air ke wajah Elsa yang masih tertidur. Elsa membuka matanya perlahan, ia menggeliat diedarkannya pandangan matanya keseluruh ruangan.  "Gue dimana nih?" Tanya Elsa sembari memegang kepalanya yang pusing, ia mendudukkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang.  "Di kebun binatang," Gia menjawab asal.  "Ih jangan marah dong Gia," Elsa meraih lengan Gia yang membuat Gia memekik kesakitan "Ouch...." "Aduh sorry.. . elo kenapa?"  "Panjang ceritanya, mulai sekarang nggak usah deh elo pergi ke tempat seperti itu, bahaya tau Cha."  "Iya sorry sorry, nggak akan aku ulangi," jawab Elsa saat mulai mengingat kejadian saat ia mabuk.  "Makasih ya Gi," Elsa menghambur memeluk Gia.  "Aduh Cha sakit, lepasin." "Gue nggak tahu gimana nasib gue kalau nggak ada elo."  "Udah nggak usah melow, elo kan sahabat gue tentu saja gue akan bantuin elo, elo juga pasti akan bantuin gue kan kalau gue ada masalah?" Ucap Gia membelai rambut Elsa.  "Udah ah, mandi sana lalu kita sarapan ya." Elsa mengangguk dan beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.  Lynagabrielangga. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD