Bagian 3

1513 Words
Gia berkeliling perkebunan Chrysant dimana ia bekerja, sudah 3 bulan ia bekerja dan sejak awal penanaman ia yang bertanggung jawab hingga sudah waktunya untuk panen. Ia memakai teknologi yang ia pelajari saat di bangku kuliah, perkebunan Chrysant yang biasanya panen dalam jangka waktu 5 bulan, dengan teknologi modern bisa di pangkas jadi 3 bulan. Saat ini ia mengawasi para pekerja yang akan panen bunga Chrysant. Bunga Chrysant di perkebunan ini adalah milik sebuah perusahaan pengolahan teh dan bunga Chrysant adalah salah satu dari produk perusahaan itu. Setelah semua bunga sudah selesai panen, Gia meminta driver perkebunan mereka mengirim hasil panen ke pabrik untuk segera diolah. Gia sedang duduk di pinggir perkebunan dan sedang menikmati makan siangnya. "Hai Gia..." Gia yang sedang menikmati makan siangnya mendongak melihat siapa yang ada di hadapannya. "Hai mas Ardi, makan mas?" Gia menawarkan pada Ardi, penanggung jawab perkebunan yang merupakan atasannya. "Aku sudah selesai makan siang, boleh aku duduk disini?" Tanya Ardi menunjuk bangku kosong di sebelah Gia. "Iya duduk aja mas." Ardi kemudian duduk di sebelah Gia. "Boleh aku tanya sesuatu Gia?" Gia yang masih menikmati makan siangnya menoleh pada Ardi yang duduk disebelahnya. "Tanya apa mas?" "Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin tanyakan hal ini namun baru Sekarang aku sempat." Gia mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Ardi. "Nanya apa sih mas? Gia jadi takut deh." Ardi terkekeh mendengar ucapan Gia, baru kali ini ia sedekat ini dengan Gia, biasanya hanya percakapan tentang pekerjaan. "Kenapa kamu mau bekerja di lapangan seperti sekarang ini, biasanya gadis seperti kamu pasti memilih bekerja di kantor, dengan baju rapi, wangi dan ruangan ber AC," tanya Ardi. "Oh itu... aku pikir mau nanya apa. Kuliahku kan jurusan teknologi pertanian mas, mana mungkin kerja di kantoran, lagipula kerja kantoran itu bukan passion aku mas," jawab Gia. "Aku heran aja sih, ada alasan lain?" "Sebenarnya alasan sesungguhnya aku mengambil jurusan teknologi pertanian karena kebun teh." "Apa? Kebun teh, maksudmu?" "Em.... maksudku daerah asalku banyak kebun teh jadi aku ingin berkecimpung di bidang itu mas" "Oh...kamu berasal dari Bandung?" "Bukan mas, aku dari Malang." "Aku kagum sama kamu Gia, aku tidak pernah bertemu gadis yang memiliki prinsip sepertimu." "Mas Ardi bisa saja." "Kalau boleh aku... aku ingin lebih dekat dan lebih mengenalmu Gia," ucap Ardi. Gia yang sudah selesai makan siang dan membereskan bekalnya tertegun, ia menoleh dan menatap Ardi. Gia tak menyangka Ardi akan mengatakan hal itu kepadanya. "Mas Ardi bilang apa tadi?" "Aku ingin mengenalmu lebih dekat Gia." "Maaf mas, Gia belum berfikiran soal dekat dengan seorang pria dan menjalin hubungan. Permisi Gia mau kembali bekerja," tanpa menunggu jawaban Ardi, Gia beranjak dan berjalan meninggalkan Ardi yang termangu dengan jawabannya. Oooo----oooO Gia memasuki sebuah cafe, Elsa berpesan pada Gia untuk membelikannya Coffe latte favoritnya di cafe yang biasa ia datangi, karena arah perkebunan tempat Gia bekerja akan melewati cafe itu saat pulang. Gia menuju ke meja kasir dan memesan 2 coffe latte, setelah membayar ia pun menunggu dengan duduk di bangku yang dekat dengan meja kasir. Pandangannya tak sengaja terpaku pada seseorang yang ia kenal. "Kenapa dia ada di manapun?" Gumam Gia saat melihat sensei Arsyanendra sedang duduk bersama seorang gadis tak jauh dari bangku ia duduk. Dan ia hanya bisa menggelengkan kepalanya saat tahu gadis yang bersamanya beda dengan gadis yang beberapa waktu lalu ia lihat bersama Arsya di club'. Tak lama pesanannya pun sudah siap dan ia berjalan keluar dari cafe itu, matanya kembali memandang ke arah Arsya duduk dan ternyata saat ia memandang Arsya, bertepatan pula Arsya memandangnya hingga tatapan mereka bertemu, sepersekian detik mereka beradu pandang hingga Gia segera mengalihkan pandangannya saat dirasakannya pandangan tajam mata Arsya menusuk hatinya membuatnya jantungnya berdetak lebih cepat. Arsyanendra POV Aku sedang bersama Nanda, salah satu teman wanitaku di cafe. Orang akan menyangka dia adalah kekasihku tapi bagiku dia hanya teman dekat. Semua wanita bagiku hanya teman dekat tidak lebih, mereka yang mengajakku terlebih dulu dan aku tentu tidak menolak. Tak sengaja pandanganku beradu dengan seorang gadis, matanya...aku tak bisa melukiskannya, jernih sekali bagai mata air. Aku sunggingkan senyuman yang biasa membuat para gadis akan segera mendekat tapi gadis itu hanya sesaat menatapku, kemudian keluar dari cafe. Ini tamparan keras bagiku yang dikenal dengan senyuman mautku yang bisa membuat para gadis menyerahkan diri padaku. Tapi wajahnya familiar, seperti pernah berjumpa di suatu tempat dengannya. Aku mengingat dimana aku pernah berjumpa dengannya. Dan fikiranku teringat kejadian beberapa hari lalu di klub dimana aku melihat seorang gadis yang melawan 5 pria di area parkir club', ya dia adalah gadis itu. Sungguh sangat kebetulan aku berjumpa lagi dengannya di kota besar seperti Jakarta, bertemu orang yang sama dalam jangka waktu singkat merupakan suatu kebetulan yang aneh. "Ar... apa yang kamu pikirkan?" Pertanyaan Nanda membuyarkan lamunanku, kenapa aku jadi memikirkan gadis itu. "Tidak ada, aku tidak memikirkan apa apa," elakku. "Weekend kita clubbing yuk Ar?" "Sepertinya aku tidak bisa, ada rapat tertutup dengan beberapa divisi perusahaan sampai malam." "Serius? Kamu nggak bohong kan, jangan jangan kamu jalan sama cewek lain lagi?" Aku menatap Nanda tajam. "Walau aku jalan dengan cewek lain, itu tidak masalah kan buat kamu? kita cuma teman dekat bukan pacaran Nda," jawabku mengintimidasi, ia menghela nafas seperti kecewa pada jawabanku. Aku tahu ia kecewa namun aku tak ingin memberikannya harapan, setiap wanita yang jalan denganku sudah faham aku hanya menganggap mereka teman dekat saja, jika mereka mengharapkan lebih aku tak bisa memberikannya. Bukan karena aku trauma pada suatu hubungan tapi memang aku tak ingin berkomitmen, menurutku komitmen itu sangat merepotkan. Aku bahkan tidak mengerti kenapa seseorang mau menikah, menghabiskan waktu seumur hidup dengan satu wanita saja, pasti akan membosankan dan itu tidak ada dalam kamus Arsyanendra. Kesibukanku bertambah saat ini yaitu menjadi sensei di Dojo Abang Salman, itu dikarenakan dia sedang ada urusan ke Jepang selama 3 bulan dan aku menggantikannya sementara waktu. Aku tak keberatan karena memang aku suka karate, sejak kecil aku dan bang Salman dilatih sendiri oleh papa yang memang seorang sensei senior, ia ingin putra putranya meneruskan generasi karate dan bang Salman yang sering juara sejak kecil telah berhasil mewujudkan cita cita papa untuk mendirikan Dojo sedangkan aku suka tapi tidak ingin karate jadi tujuan hidupku. Aku lebih suka mendirikan usaha sendiri, aku mendirikan sebuah pabrik pengolahan teh, dan aku juga memiliki perkebunan sendiri namun aku juga bekerja sama dengan pemilik perkebunan lain sebagai pemasok bahan baku. Hari Sabtu aku berencana mengevaluasi hasil kerja para bawahanku, ada beberapa yang kinerjanya menurun tapi ada juga yang meningkat pesat dan harus ada evaluasi segera. Aku mengantar Nanda kembali ke apartemennya, aku turunkan Nanda di depan gedung apartemennya tanpa mengantarnya masuk karena aku harus melakukan sesuatu. ~~~ ~~~ Aku langkahkan kakiku dengan cepat menuju ruang rapat di gedung perkantoran milikku yang berlantai 5, gedung yang aku bangun dengan jerih payahku sendiri. Semua usahaku terpusat disini walau pabrik dan perkebunan berada di area berbeda, namun setiap meeting divisi akan selalu dilakukan disini. Seluruh kepala divisi dari pabrik dari perkebunan akan berkumpul disini sebulan sekali untuk evaluasi, dan aku penasaran dengan divisi perkebunan Chrysant milikku yang menunjukkan kemajuan yang pesat. Sebelumnya perkebunan Chrysant tesebut jangka waktu penanaman hingga siap olah adalah 5-6 bulan namun dari laporan yang aku terima saat ini dalam waktu 3 bulan, bunga Chrysant sudah siap olah, berarti dalam jangka waktu 6 bulan bisa 2 kali panen. Aku dengar karena ada seorang pegawai baru yang membuat hal itu terjadi dan aku ingin tahu bagaimana ia melakukan itu, karena aku selalu berganti ganti orang di bagian itu dan pegawai ini yang mampu membuktikan kemampuannya. Oleh karena itu aku meminta Ardi, penanggung jawab perkebunan Chrysant untuk mengajak pegawai itu, aku ingin dia mempresentasikan kinerjanya agar bisa di contoh pegawai perkebunanku yang lain. Aku memasuki ruang rapat, dan seperti aku duga semua karyawanku sudah datang, aku memang sengaja mengadakan meeting setelah jam kerja agar tak mengganggu kinerja mereka. Aku berjalan ke kursi yang sudah disiapkan untukku. Anggika, sekertarisku sudah mempersiapkan meeting dengan sempurna dan aku salut dengan kinerjanya. Aku duduk di kursi dan menghadap ke seluruh karyawan dihadapanku, aku sapukan pandanganku pada mereka, lalu segera aku mulai rapat. Aku membaca laporan di mejaku divisi mana saja yang menurun dan divisi mana yang meningkat pesat. Hal ini aku lakukan untuk memotivasi mereka untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Hingga sampai ke inti rapat dimana aku ingin memanggil penanggung jawab perkebunan Chrysant, yaitu Ardi untuk memaparkan tentang perkembangan perkebunan Chrysant yang bisa panen dalam jangka waktu 3 bulan dan aku ingin perkebunan yang lain melakukan hal yang sama. "Ardi....." Aku panggil nama Ardi dan ia pun segera berdiri dan berjalan ke arahku. Aku bisikkan sesuatu padanya dan ia mengangguk mengerti. Aku serahkan Microphone padanya. Dan ia mulai bicara "Terima kasih pada pak Arsyanendra atas waktu yang diberikan pada saya, sebenarnya bukan saya yang harus bicara disini tapi seseorang yang memiliki keahlian luar biasa hingga membuat kemajuan luar biasa pada perkebunan Chrysant kita. Untuk mengetahui seperti apa proses yang ia lakukan maka dengan sukacita saya panggil rekan saya Gia Sabrina Khirani," Aku yang fokus pada hasil laporan perkebunan mendongak untuk melihat seseorang dengan nama yang disebutkan Ardi, dan mataku terpaku pada seorang gadis yang melangkah ke arah Ardi. Gadis itu... Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD