BAB 3

778 Words
                Sesampainya Michael di tempat biasa janjian dan bertemu dengan Lisa,pacarnya. Akhirnya mereka melepas rindu dengan berpelukan dan cium pipi kanan-kiri lalu keduanya duduk. Ya, mereka bertemu di sebuah cafe favorit mereka. Sedangkan, Heru duduk dibangku belakang mereka. Setelah memesan makanan dan minuman, akhirnya Michael berusaha ngomong. “ Sayang, aku tau kamu sibuk banget dan aku ngajakin kamu ketemuan ini untuk ngomong sesuatu yang penting banget.”, Michael membuka pembicaraan.                 “ Ya sayang, aku sampai meninggalkan meeting gara-gara kamu. Huft...,” rajuk Lisa sambil menampilkan wajah cemberutnya. “ Maaf ya sayang, maaf banget”, sesal Michael. “ Aku ngajakin ketemuan ini untuk...”, Michael berjongkok di depan Lisa lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil  berbentuk hati berwarna merah dan membukanya dan ternyata isinya cincin dengan desain simple tapi ada berlian kecil diatasnya. “ Lisa, sayang maukah kamu menikah denganku?” Michael melamar kekasihnya.                 Lisa bingung harus menjawab apa. Sebenarnya itu sebuah cincin yang sangat mahal pastinya, dia sempat tergiur, tapi dia menginginkan lebih dari itu. Dan juga dia tidak mencintai Michael, dia hanya ingin menguras hartanya saja. Tapi yang dikuras hartanya tidak sadar sama sekali dengan hal itu. “ Aduh, maaf banget sayang aku nggak bisa karena aku belum siap”, akhirnya Lisa menjawab juga dengan wajah yang dibuat-buat sedih.                 “ Kenapa sayang? Kita sudah pacaran selama 3 tahun dan usia kita berdua sudah cukup untuk menikah. Apa kamu nggak yakin dengan aku? Atau kamu sudah nggak cinta lagi sama aku?”, Michael sudah setengah emosi dan segera duduk lagi di kursinya. “ Bu-bu-kan gitu sayang, a-ku cinta dan sayang sama kamu dan aku juga yakin sama kamu, tapi memang dari akunya, aku belum siap berkomitmen. Tolong ngerti’in aku sayang”, jawab Lisa dengan gugup sambil memegang tangan Michael untuk meyakinkan. Dan Michael mengusap wajahnya dengan kasar dan menghembuskan napasnya kasar, pertanda dia frustasi.                 Melihat Michael yang frustasi akhirnya Lisa bertanya,“ Kenapa kamu tiba-tiba ngomong kayak gini? Ada apa sebenarnya? Kita selama ini santai-santai saja menjalani ini semua. Kenapa?”. “Hmm... nggak ada apa-apa kok sayang, aku cuma ngerasa kalau sudah saatnya kita menuju jenjang pernikahan. Tapi kalau kamu belum siap, ya aku nggak bisa apa-apa”, sesal Michael. ‘ Maaf sayang aku nggak bisa ngomong terus terang sama kamu tentang rencana orang tuaku’, batin Michael.                 ‘ Maaf sayang bukannya aku nggak mau tapi aku nggak cinta sama kamu. Aku hanya ingin hartamu saja. Kalau sudah banyak yang aku kuras, aku akan ninggalin kamu. Kamu kok gampang banget ditipu sih. Kasihan dech...hahaha’, batin Lisa sambil menampilkan senyum misteriusnya.                 Akhirnya setelah mereka selesai berbicara, mereka berpisah dan pulang ke rumah, lain halnya Lisa, dia pergi ke tempat selingkuhannya dan kembali ke aktivitasnya yang sempat tertunda.                 Michael pulang ke rumah dengan wajah lesu, tidak bersemangat lagi. “ Sudahlah bos, jangan terlalu dipikirkan”, hibur Heru. “ Nggak dipikirkan gimana, ini masalah masa depanku Her, kalau aku nggak bisa bujuk Lisa nikah sama aku, berarti aku harus sanggup nikahi Maharani? Aku nggak bisa Her, nikah sama perempuan asing. Rasanya aku mau gila saja, hah”, Michael marah sambil mengusap wajahnya frustasi. “ Apa salahnya sih bos, kalau aku lihat ya Maharani itu cantik kok bos, badannya juga bagus, nggak kelihatan kok bos kalau dia udah punya anak”, bujuk Heru lagi. “ Udalah Her, aku lagi nggak mau bahas itu lagi, aku capek”, terlihat Michael yang putus asa.                Kemudian tidak ada percakapan lagi sampai mereka sampai dirumah Michael dan Heru pamit pulang. Sedangkan Michael langsung naik ke kamarnya yang ada di lantai 2, langsung mandi dan merebahkan tubuhnya yang lelah diatas tempat tidur king sizenya. Bukan hanya raganya saja yang lelah tapi hatinya juga sangat lelah.                Semalam Rani bermimpi didatangi oleh mendiang suaminya. Didalam mimpinya, mendiang suaminya berpesan,” Ma, mama sama Clara harus bahagia ya selama nggak ada ayah, jangan sedih lagi. Ayah sudah tenang disini. Maafkan orang-orang yang membuat mama marah dan kesal. Orang itu sebenarnya baik kok ma, ayah setuju kalau dia jadi pengganti ayah, menjaga dan menyayangi mama dan Clara. Mama harus terima dia ya, mama dan Clara pasti bahagia kalau sama dia”, “ Tapi ayah....” Rani menangis tersedu. Mendiang suaminya menggeleng seraya tersenyum dan perlahan menghilang dari hadapan Rani. Rani hanya bisa berteriak memanggil mendiang suaminya. Tiba-tiba Rani terbangun dari tidurnya dengan peluh membasahi dahinya,napas yang terengah-engah dan jantung yang berdetak cepat serta airmata yang keluar membasahi pipinya.                Rani melihat jam yang ada di meja nakas, jarum jamnya menunjukkan masih angka 2. Rani masih mengatur napas setelah bermimpi tadi dan mencoba mengingat apa yang dikatakan mendiang suaminya. ‘ Yang dimaksud-dia-itu siapa ya? Jangan-jangan....’,Rani tidak ingin meneruskan apa yang dipikirkan olehnya. Rani bergidik ngeri hanya membayangkannya saja. Setelah itu Rani mencoba untuk memejamkan matanya lagi, tidak ingin mengingat mimpinya lagi karena baginya itu mustahil banget. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD