4

1087 Words
4 Nabila POV. Aku memakan mie ayamku dengan susah payah karena merasa di perhatikan oleh seseorang. Membuatku risih. Sangat risih malahan. Bagaimana dengan kalian? Pasti kalian juga risih kan di perhatikan oleh seseorang secara intens? Kadang makanan saja tidak bisa tertelan dengan baik jika ada yang memperhatikan kita secara intens sewaktu makan. "Heh, nerd! Beliin gue makanan sana!" perintah Lina yang tiba-tiba saja datang tanpa di undang seperti jelangkung. Lina ini cewek yang sok berkuasa, sok cantik, dan sok kaya. Ih, pokoknya aku tuh kesal banget lihat dia. Jika bisa, aku ingin memusnahkannya saja dari muka bumi tercinta. Aku diam. Lagipula percuma saja aku meladeni jelangkung versi manusia yang berada di depanku ini karena hanya akan membuatku lelah adu bacot dengannya. Lagipula jelangkung itu kan datang tanpa di undang dan pulang tanpa di antar, jadi hiraukan saja. Nanti dia juga akan pergi dengan sendirinya. Sekedar informasi, setiap istirahat dia sering menghampiriku dan mencari gara-gara, bahkan terkadang kami sampai berkelahi. Tapi dianya saja yang yang gak kapok-kapok setelah masuk rumah sakit dan menginap selama beberapa hari. Walaupun aku menjadi fake nerd, itu bukan berarti aku akan mengalah dan pura-pura lemah di hadapan mereka. Tujuanku menyamar adalah bersembunyi dari orang-orang masa laluku. Selain itu mencari real friend. Dan selain itu? Gak ada lagi! "Lo punya telinga gak sih?!" bentaknya lagi. Sumpah, bikin telingaku berdengung aja nih cewek jelangkung. "Kayaknya ada cabe yang tak di undang nih, Nab." sindir Risa pedas dengan wajah sinisnya. "Apa lo bilang???" teriak Lina murka sambil menunjuk-nunjuk wajah Risa. "Lo punya telinga gak sih?!" sahut Risa dengan membalikkan ucapan Lina tadi. Aku menonton pertunjukan yang mereka buat sambil menikmati mie ayamku. Serasa nonton di bioskop deh dengan judul film 'RISA VS CABE JELANGKUNG' hehehe. "Lo ngatain gue cabe, ya kan?" Lina mengebrak meja dengan penuh emosi. "Bukan gue loh yang bilang." kekeh Risa yang membuat Lina terdiam dengan wajah yang terlihat memerah, menahan emosi. "Lo, cewek nerd! Enak banget lo makan sambil nontonin gue. Emang lo pikir ini film apa?! Lakuin perintah gue sekarang!" tunjuknya tiba-tiba padaku. Aku menepis tangannya dengan kasar. "Gak usah nunjuk-nunjuk gue!" ketusku. "Dasar nerd gak sadar diri!" "Terserah gue dong. Berkaca dulu, be. Lebih baik gue nerd daripada cabe kayak lo." sinisku sambil menunjuk-nunjuk wajahnya dengan garpu hingga dia mundur beberapa langkah. Halah, masa sama garpu doang takut. Dasar cemen! "Ngapain lo masih disini?? Cepat pergi sana!!! Hush hush!!" usir Risa sembari mengibas-ibaskan tangannya seolah mengusir binatang. Eh, dia kan jelangkung. Harusnya dia di usir pakai mantra-mantra dong haha. "Betul tuh daripada lo hanya menjadi hama disini." tambahku lalu menyeruput jus jerukku. Lina menjambak rambutku secara tiba-tiba, mungkin dia sudah sangat emosi. Mudah sekali emosinya terpancing. "Jangan belagu lo, nerd." sinisnya sembari menguatkan jambakannya. "Berani banget lo menyentuh rambut gue dengan tangan kotor lo itu." Dinginku seraya menepis tangannya dengan kasar. "Dasar nggak sadar diri! Lo yang kotor, bukan gue." "Tolong ngaca pada diri sendiri!" Lina menjambak kepangan rambutku, lalu mengambil gunting dari dalam saku roknya. "Katakan selamat tinggal ke rambut jelek lo ini." ucapnya lalu tertawa jahat. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun aku memelintir tangannya dan mengambil gunting yang berada di tangannya. Aku balas menjambak rambutnya dan... "Katakan selamat tinggal pada rambut pelangi lo ini." kekehku lalu, Crusshh~ Aku menggunting rambut panjangnya yang berwarna warni seperti pelangi itu. "AAAAA!!!! RAMBUT GUE!!!" teriaknya histeris. Aku tersenyum sinis. "Gue diam bukan berarti gue lemah. Ngerti lo??" Prok prok prok~ "Bagus. Rasain tuh, cabe! Selamat bermehek-mehek." Risa bertepuk tangan heboh. Lina meninggalkan kami dan keluar dari kantin sambil menangis. Cih, memangnya aku akan kasihan gitu? Gak akan! Malah aku puas melihatnya menangis! "Huh.. Tadi berani sekarang malah nangis. Dasar cengeng." heranku sambil geleng-geleng kepala. "Lo sadis banget btw hehe. Tapi orang kayak Lina itu memang perlu di kasih pelajaran biar kapok," kata Risa sambil memelukku lebay. "Aduh, bangga gue sama sahabat gue yang satu ini." lanjutnya. Aku melepaskan pelukannya. "Yah, karena gue udah memberinya pelajaran berharga hari ini, pasti dia nggak akan berani lagi membully gue seperti yang dulu-dulu." Aku baru menyadari bahwa suasana kantin sangat sepi dan mencekam. Aku mengalihkan pandanganku ke seisi kantin. Ternyata mereka semua menatapku dengan mulut yang terbuka lebar. "Mereka kenapa?" "Mereka itu kaget melihat aksi lo tadi." kekeh Risa. "Oh. Kembali ke kelas yuk. Gue udah gak mood makan." "Oke." Aku beranjak dari kursiku, begitu pun dengan Risa. Sebelum keluar dari kantin aku mengatakan; "Tutup mulut kalian!! Nanti masuk lalat." **** Jackson POV. Aku mendengar semua yang mereka bicarakan. Mereka yang kumaksud disini adalah Nabila dan Risa. Satu hal yang dapat aku simpulkan, mateku selalu di bully di sekolah karena memiliki wajah yang jelek dan berpenampilan nerd. Aku berusaha menahan amarahku saat perempuan yang bernama Lina itu menjambak rambut gold mateku. Bahkan Leo ingin mengambil alih tubuhku saking marahnya. Tapi aku menahannya karena aku tidak ingin membuat kekacauan dan masalah di dunia manusia. Aku kaget saat melihatnya melawan Lina. Biasanya nerd itu kan lemah. Tidak seperti mateku. Jujur, aku sangat kagum melihatnya. Walaupun dia tidak cantik tapi perilakunya itu yang menarik. I like it! Tanpa mereka ketahui, aku mengikuti mereka berdua dari belakang saat mereka keluar dari kantin. Di kelas aku melihat dia kembali sibuk dengan novelnya sedangkan Risa sibuk dengan handphonenya. Aku memberanikan diri untuk menyapa mateku. "Ehm, Nabila!" Sialnya aku di cuekin_- "Nabila!" sapaku lagi, bukan mateku yang menoleh tapi Risa yang malah menoleh kepadaku. "Percuma lo manggil Nabila karena dia nggak akan menjawab kalau udah membaca novel. Raganya aja yang tinggal disini, sementara rohnya masuk ke dalam alur cerita. Mungkin serasa dia yang jadi pemeran utamanya." Oh jadi mateku seperti itu. "Oh." Dasar cowok cuek, dingin, berwajah datar. Enyah aja lo sana! Batin Risa. Aku ini bisa membaca pikiran, makanya kalian hati-hati jika sudah berhadapan denganku. Melangkahkan kakiku ke mejaku sendiri, yang berada tepat di belakang kursi mateku. Aku memandangi punggung mungilnya dari belakang. Hatiku menghangat melihatnya. Ingin sekali kupeluk dia. 'Carikan biodata tentang mateku, Tio!' mindlinkku kepada betaku yang bernama Tio. Selain beta, ia juga sahabatku. 'Wah!! Selamat. Tidak kusangka kau akan menemukan mate secepat ini. Ah ya, siapa namanya?' tanya Tio di sebrang sana. 'Namanya Nabila. Aku akan mengirim fotonya.' Kuputus mindlink secara sepihak. Di kantin, aku sempat memotret dirinya saat ia sedang makan. Mengambil ponsel yang berada di saku celana, membuka aplikasi w******p, dan mengirim fotonya ke Tio. Jujur aku tak bisa belajar dengan tenang saking tidak sabarmya mengetahui segala hal yang berhubungan dengan mate mungilku. Kala bel pulang berbunyi aku langsung meninggalkan kelas. Tidak sabar untuk kembali ke pack dan mendengar segala hal tentangnya. Di ruang tengah, Tio sudah menungguku dengan beberapa lembar kertas di tangannya. "Jadi apa berita yang kau dapatkan? Jelaskan secara rinci!" perintahku tanpa basa basi lagi. "Baiklah. Nama aslinya..." -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD