bc

The Fault On Our Love

book_age16+
215
FOLLOW
1K
READ
fated
goodgirl
CEO
drama
sweet
bxg
city
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Nuri tak ikhlas jika Yuriko bahagia dengan tunangannya yaitu Narendra. Nuri memutuskan untuk memisahkan Yuriko dari Narendra tunangannya. Merasa mereka semakin dekat Nuri meminta agar pernikahannya dengan Narendra segera dilangsungkan. Nuri menyuruh orang untuk menyingkirkan Yuriko dari kehidupan Narendra. Nuri melakukan itu ketika melihat keduanya yaitu Yuriko dan Narendra sedang bekerja dalam satu ruangan. Nuri membayar preman agar Yuriko diculik dan langsung dibuang ke jurang. Nuri sendiri tidak ingin namanya disebut saat para preman itu melakukan hal itu. Nuri ingin semuanya sesuai dengan rencana dan namanya bersih dari tuduhan apapun itu. Saat Narendra mengetahui hal tersebut. Narendra langsung bergegas mencari informasi tentang keberadaan Yuriko yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Narendra sendiri tidak yakin dengan kecurigaannya terhadap Nuri. Pada saat Nuri menghubungi nomor seseorang, ia lupakan tidak menutup pintunya yang terbuka saat itu. Tanpa sengaja Narendra mendengar obrolannya dengan seseorang ditelpon.

chap-preview
Free preview
Satu
Yuriko buka pintu dengan tak santai, kekesalannya bertambah saat bosnya meminta untuk mengatur ulang jadwal meeting pekan ini. Beruntunglah sang pemilik perusahaan belum hadir diantara mereka semua jika, ketahuan Yuriko lagi misuhin bosnya itu tamat sudah, walaupun demikian ia tak peduli jika itu menyangkut harga dirinya yang setengah mati ingin teriak dalam hati. Yuriko menatapi pintu yang ketutup rapat, ketahuilah nyali perempuan itu tak sebesar keliatannya kok. Yuriko juga takut akan kata pecat, jadi wanita itu masih sayang nyawanya. Satu tepukan kecil hinggap dipundak kirinya, perempuan itu menolehkan kepalanya heran dan menatap orang yang menepuk pundaknya tersebut. Ia menatap aneh wajah temannya itu tak heran jika wanita yang lagi berdiri di depannya saat ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, karena kecantikan wanita itu memang nyata adanya. Marlia tersenyum lebar melihat Yuriko tampak d***u seperti orang yang selalu ia temui, wanita yang umurnya lebih tua dari usianya itu mengambil duduk disebelahnya. "Kamu tidak biasanya terlihat seperti orang d***u? Kenapa pak Narendra minta ganti hari lagi?" Tanya, Marlia yang bisa menebak isi pikiran Yuriko. Perempuan itu menolehkan wajahnya sesaat setelah kemudian kedatangan seseorang menginterupsi karena yang menjadi buah bibir keduanya masuk ke dalam ruangan. "Kamu tau kak? Aku sangat senang jika ia tak ada dikantornya untuk waktu yang lama." Gerutu, Yuriko yang langsung mendapat callingan dari dalam. Sudah tugasnya bukan? Dia seorang sekertaris, jadi harus profesional dan baik dalam mengerjakan tugasnya yang bisa saja menjadi multi fungsi. Gak ada yang tau juga kalau sebenarnya Yuriko lumayan tersiksa sama sikap bos mereka. Marlia menatapnya merasa iba dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat dia tunda tadi, dari tempatnya Marlia memberi semangat kepada Yuriko. Perempuan itu hanya tersenyum ketika melihat perhatian kecil dari temannya itu. Yuriko mengetuk pintunya yang tertutup, perempuan itu membukanya ketika mendapat izin dari dalam. Sebelumnya Yuriko menarik nafasnya mulai memburu agar bisa menghelanya secara teratur dan kontemporer. Narendra tak membalikan badannya yang tengah menatap gedung pencakar langit dari luar jendela, pria itu berbicara tanpa memandang sang lawan bicara. Itu membuat Yuriko merasa tak nyaman, perempuan yang tengah menunggu interupsi itu sadar akan keangkuhan bosnya. Saat Narendra berbalik arah pulpennya jatuh dan membuatnya terpaksa mengambil ke bawah kolong. "Yuriko?" Panggil Narendra. "Ya!" Jeduk! Suara orang terpentok itu membuat Narendra terkejut dan mencari sang sekertaris yang tak ada dihadapannya. Yuriko merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya terpentok meja kerja, wanita yang habis ambil pulpen itu langsung berdiri dan membuat keduanya terkejut dan saling menumbuk satu sama lain. Wanita cantik yang lagi mengusap-usap kepalanya yang merasa sakit, sungguh ini memalukan bagi perempuan itu, Yuriko menjauh dari hadapan Narendra dan mendengus dingin. Ditatapnya wajah tampan dari bosnya itu, yang terjadi sekarang bakal ia ingat selalu. Yuriko janji tak akan mengulangi hal yang sama lagi, wanita muda itu tak tau harus berbuat apa sekarang. Sampai Narendra memecahkan keheningan keduanya itu, pria itu memutar kursi kerja agak lama Narendra diam kemudian kembali menguasai' diri. Butuh waktu juga untuk Yuriko menarik diri dari dalam ruang itu, Narendra menarik satu sudutnya melengkung kecil. Narendra menatap arlojinya sesaat sebelum ia beranjak dari tempatnya dan melangkah menuju meeting room. Sekiranya bosnya sudah lumayan agak jauh dari penglihatan mata, perempuan itu memaki dirinya yang berperilaku bodoh kaya tadi. "Astaga!" Makinya pada diri sendiri. Lalu kemudian mengikuti jejak Narendra ke meeting room bersama yang lain. Kenapa dirinya sial sekali hari ini untung saja bosnya memiliki sifat yang terbilang cukup cuek jadi dirinya tak perlu merasa sememalukan itu. Sebuah helaan nafas lega meluncur dari hidung Musa yang lagi menyelipkan kertas tak berguna ke dalam saku blazer miliknya. Pria yang diakui sebagai suami Marlia itu, tak pernah ada kapoknya saat sedang rapat melakukan hal bodoh yang membuat posisinya terancam dipecat terus. Yuriko merogoh kantong sakunya lalu membuang kertas tersebut, Musa mendelik tajam kearahnya kemudian ditinggal pergi oleh Yuriko. Musa tau itu pasti akan ada resiko yang telah ia ambil namun jika bukti nyata bahwa dirinya tidak lebih baik dari anak-anak yang lagi mengikuti rapat, itu lebih terlihat t***l. Yuriko menatap wajah pria yang berlalu pergi meninggalkan ruang rapat dengan seenaknya sendiri. Perempuan itu sadar. Tidak dibenarkan oleh bos mereka, sanksi tegas bagi Musa adalah pemotongan gaji pokok yang harus ia dapat. Yuriko mendengkus lalu perempuan itu beralih menatap Marlia yang sama frustrasinya dengan Musa. Yuriko beranjak dari duduknya lalu segera melangkah keluar untuk menyusul Musa dan memintanya agar tidak perlu pergi dari rapat. Namun saat mau beranjak dari duduknya, Narendra menegur dengan suara Husky yang gak mau dibantah. "Mau ke mana?" Yuriko diam lalu memandangi wajah Narendra. Tak mau terjadi keributan, perempuan itu mengurungkan niatnya untuk menyusul Musa, Yuriko terus menatap arlojinya dan pintu secara bergantian. Setelah selesai meeting tadi, Yuriko langsung melangkah keluar dari ruangan dengan cepat. Saat perempuan itu berjalan tergesa-gesa, Narendra bosnya itu hanya memandang wajah wanita cantik itu dengan tatapan heran, pria itu mengembuskan nafas panjang lalu meminum air yang telah tersedia di meja ruang rapat. Derunya kian lelah saat pemuda itu mendengar suara halus tunangannya tersebut. Narendra buru-buru keluar dari ruangan itu dan melangkah masuk ke dalam kantornya sendiri. Nuri menyapa semua pegawai yang bekerja di tempat itu, senyumnya terus mengembang saat memandang ruangan berpapan direktur utama. Jelas sekali terlihat dalam pancaran sinar matanya itu, ada hal yang membuat Narendra menjadi penting baginya. Nuri membuka pintu itu tanpa melunturkan senyumnya tersebut, namun tidak dengan Narendra yang sangat muak akan senyum palsu gadis tersebut. Narendra mendongak menatap sang tunangan dengan tatapan mata tak mau diganggu, pria itu tau jika perempuan yang lagi berdiri di depannya itu hanya memikirkan satu hal saja ya itu uang. "Mau ngapain?" Narendra berujar langsung pada intinya. "Kamu terlalu peka Nana," "Tak penting, lebih baik keluar." Nuri masih belum melunturkan senyumnya itu dan masih berusaha tenang menghadapi sikap skeptis pemuda yang duduk di balik meja kerja itu. "Kamu gak boleh bersikap seperti kita buka siapa-siapa. Nana, kamu perlu ingat jika aku adalah tunangan kamu," Narendra mendengus tak peduli dengan perkataan Nuri. Pria itu mendelik tajam kearahnya ketika perempuan itu berucap demikian, pemuda itu memijat pangkal hidungnya pening. "Apa tujuan kamu? Cepetan bilang, aku banyak kerjaan!" Desis Narendra yang benar-benar tidak tahan dengan perilaku Nuri yang selalu mengganggunya dengan status mereka sebagai tunangan. Nuri merubah raut wajahnya kemudian memberikan secarik kertas yang telah ia siap sejak di rumah tadi, tentu saja itu akan berguna untuk perempuan yang lagi mengambil sebagian dari harta Narendra. Itu bukan rahasia lagi kalaupun, Nuri adalah anak pemilik dari perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi sama seperti pria itu. Sebelum kembali gadis itu menatap mata Narendra dengan sayu kemudian berujar sesuatu yang tak bisa di dengar oleh pria dihadapannya. Nuri benar-benar telah menyiksanya kala itu, begitu pikirnya namun siapa sangka kalau perempuan itu menggunakan sistem kekuasaan sang ayah dalam mengendalikan emosinya. Narendra sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk tak merasakan kesal pada perempuan disebelahnya itu, Nuri jelas merasa menang jika sang ayah sudah turun tangan langsung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook