03

1420 Words
Stela melihat kanan kiri berusaha bergerak setenang mungkin, tidak ingin siapapun mengetahui apa yang akan dilakukannya. Kurang 3 pintu lagi sampai dikamarnya, kakinya melangkah tergesa-gesa menuju kamarnya yang ada di belakang dekat ruang makan. Ia tadi lewat pintu samping, menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Stela merasa sudah seharusnya memberitahukan kepada ibu Patel kejadian yang sebenarnya terjadi tapi belum sempat ia menutup pintu, Daud masuk kedalam dengan cepat dan mendorongnya kuat hingga Stela jatuh terduduk di ranjang. Sole be menutup pintu kamar perlahan ikut masuk dan bersandar di dinding melihat Daud dan Stela, iapun memiringkan kepalanya menatap wajah-wajah yang dibalut nafsu dan rasa takut. "Apa mau mu"tanya stela berusaha keras tidak memperlihatkan rasa takutnya terhadap sorot mata Daud berkilat menatap dirinya seperti sepotong kue tart yang siap untuk dicicipi. Daud berdiri persis depan stela, mencengkeram kuat-kuat rahang mulutnya. Stela bergidik ketakutan melihat mata Daud serta senyumnya yang sinis. Wajah Raj tapi mata itu tetaplah sama. Warna mata Raj coklat tua sedangkan Daud berwarna hitam. Stela bertambah nyakin kalau yang dihadapannya adalah Daud. "Aku peringatkan sekali lagi, jangan coba-coba membuat keributan kalau kamu sayang dengan nyawamu"jawab Daud pelan, mengusap bibir mungilnya. Stela bertambah panik ketika tangan Daud mulai menarik lepas pakaiannya kasar dan mengikat kedua tangannya dengan kain dari pakaiannya. di ciumnya lagi bibir stela yang mulai disukainya lalu dilepasnya ciumannya, mata Daud berkilat senang melihat apa yang dilihatnya. Daud mencium bibir stela tanpa ampun. Stela berusaha melepaskan ikatan tangannya tapi Daud terus menekannya hingga akalnya untuk melepaskan diri melemah. Tangannya mulai menggerayangi tubuh Stela. Daud melepaskan ciumannya membiarkan Stela menarik nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Daud menarik lepas pakaiannya dan mulutnya tersungging sinis menatap wajah Stella.  "Sejak lama aku menginginkan badanmu"katanya mengusap setiap bagian sensitif tubuhnya, menghisap dan menciumi seluruhnya. Stela mencengkeram kuat-kuat seprai dibawahnya, kepalanya bergerak ke kanan dan kiri. Stela berusaha menendangnya tapi sia-sia malah menambah semangat Daud untuk bergerak menginginkan lebih. Sentuhan Daud membuat stela mengeluarkan cairan kental pertama keluar dari tubuhnya hingga ia terpaksa melengkungkan punggungnya saat ia diterpa kenikmatan itu. "Da..ud..jangan begitu, aku.." Daud t*******g bulat tanpa sehelai pakaian pun dan menampilkan semua bentuknya didepan stela. Stela yang tidak pernah melihat milik pria , terkejut ketika milik Daud sudah tegak sempurna dan kokoh. Daud tersenyum melihat arah mata stela kemana kemudian tertawa terbahak-bahak, sangat menyenangkan melihat Stela tak berdaya dibawahnya. Sole be tertawa kecil melihat tingkah stela. "Aku... tidak akan mengatakan kepada siapapun, Daud jangan lakukan ini,aku saudaramu" "Saudara? benarkah" "Daud...jangan" Stela merasa badannya sangat lemah setelah mengeluarkan cairan miliknya, air matanya menetes membasahi pipinya. Daud m******t pipi Stela dengan pelan. "Untuk permulaan aku akan membuatmu sadar , kamu berhubungan dengan siapa" "So-le , tolong aku" "Tolong? ah, ya" Sole beranjak dari sandarannya di dinding dengan perlahan kemudian duduk di kursi, diambilnya handphone miliknya untuk merekam kegiatan mereka. "Aku sedang menolong" "Hahaha" Kemudian Sole berdiri dan keluar dari kamar stela,tak lupa menutup pintu kamarnya. Senyumnya masam melihat video yang direkam. Ia tidak sungguh-sungguh merekam, ia hanya ingin stela mengetahui bahwa jangan pernah bermain-main dengan mereka berdua.  Stela merasa sudah tidak ada lagi yang bisa menolongnya. Daud mengambil kesuciannya malam ini dengan kasar dan brutal. Perasaan dan badannya terasa sakit sebagai pengingat untuknya jika ia berbuat salah, Daud mampu melakukan hal yang menakutkan. Erangan dan desahan keduanya mengisi malam yang berganti pagi. Stela yang awalnya berontak akhirnya ikut merasakan kenikmatan itu, Daud menyukai hal itu. Kepuasan terpancar di wajah Daud sebelum meninggalkan Stela yang sudah lelah karena mengeluarkan berkali kali cairan kental berwarna putih. "Ingatlah ini baru permulaan! dimanapun dan kapanpun, aku menginginkanmu, buka kakimu lebar-lebar!"ucapnya sambil memakai pakaian seakan tidak peduli dengan kondisi Stela. Daud membuka pintu kamar Stela, keluar tanpa menoleh lagi kearahnya. Sole be bersandar di tembok, menyalakan rokoknya mengusir kesunyian. Sole menoleh kearah Daud yang puas dengan senyum diwajahnya. "bagaimana?" "legit" "saosnya?" "sedap" Daud tertawa terbahak-bahak bersamaan Sole be. Beberapa anak yang berpapasan dengan mereka kebetulan pulang malam, segera mengangguk pelan sambil tetap berjalan. Sole be mengedipkan mata kearah Daud sebelum membuka pintu. Daud mengangkat bahunya tanda mengijinkan Sole be pun menyeringai lebar. Stela diam tak bergerak, airmata jatuh lagi di pipinya. Ia merasa kotor. Pintunya terbuka dan tertutup rapat. Sole be masuk mendapatkan stela dalam kondisi tangan masih terikat. Badannya sangat mengiurkan, ada darah di pahanya dan tempat tidur, bau s****a mengguar di seluruh ruangan. "Wow" "Lepaskan aku" "Tunggu sebentar" Stela berfikir Sole akan menolongnya membuka ikatannya tapi ia tidak menduga sama sekali kalau Sole be akan melakukan hal yang sama dengan Daud. Awalnya ia tidak ingin menikmati sentuhan Sole tetapi Sole sangat piawai memainkan jarinya membuat stela mengikuti keinginan Sole bahkan nyaris gila kalau tidak disalurkan.  "Aku akan melepas ikatannya tapi jangan coba-coba untuk melawanku" "Ahh..akh..baiklah..." Dilepasnya ikatan itu, Sole sangat senang Stela ikut ambil bagian dari sentuhannya. Stela terpaksa mengikuti keinginan nafsunya yang berkobar seperti api, ia tidak peduli lagi. Sole be menyambut dengan kesenangan yang tidak dapat disembunyikan. "Kalau kamu menyalahi aturan Daud , aku pastikan badanmu ini tidak akan lagi utuh' "Akhhh..." "Berjanjilah jalang" Plak..Plak...Plak.. "Baik..baik..aku berjanji apapun yang aku tahu ,ak..u akan diam" Sentakan keras terakhir dari Sole membuat stela benar-benar tidak berdaya. akhirnya mereka berdua jatuh tertidur diatas ranjang. Daud tersenyum sinis, ia mendengar semua yang dikeluarkan stela  melalui layar cctv miliknya yang terhubung handphonenya. Tanpa diketahui oleh keduanya, Daud meletakkan cip kecil diantara barang Stela sehingga ia dapat dengan mudah tahu apa yang dilakukan Stela di belakangnya. Disimpannya baik-baik rekaman itu disalah satu galeri handphone miliknya. "Aku akan membuat Stela pelacurku hahaha, Sole hmm aku pikirkan nanti" Daud membersihkan diri setelah itu ia meninggalkan rumah itu menuju rumah sakit. Daud yang baik hati sudah tidak ada lagi, sekarang dia adalah Raj. Semua orang tidak ada yang menyukai sosok Daud. Hanya Raj yang selalu dipuja dan menjadi anak emas di panti asuhan. Wajah Daud suram ketika sampai di depan rumah sakit. Matanya terpejam bersandar di setir mobil. Beberapa orang sudah disingkirkan olehnya, sekarang ini yang harus dilakukannya membuat Maharani sadar, ia sudah tidak sabar menjadikan istrinya. Langkahnya terhenti ketika dilihatnya sosok perempuan yang berjalan di taman menghadap dirinya. hatinya berdebar-debar seperti ketabrak sapi. senyum merekah di wajah perempuan itu. "Raj?" Daud buru-buru mendekati perempuan itu.memeluknya erat. Perempuan itu membalasnya dengan lembut menepuknya pelan punggungnya. "Kamu sudah sadar" Daud melonggarkan pelukannya lalu mencium bibirnya dengan lembut dan penuh kerinduan. Balasan perempuan itu yang tak lain Maharani sudah cukup membuat Daud menginginkan lebih namun ia menyadari kondisinya tidaklah tepat. Di pandanginya wajah Maharani. "Kapan kamu sadar" "Tadi siang" "Maaf, aku tidak ada disampingmu" "Tidak apa" Tok...tok...tok.. Daud terbangun dari tidurnya, bingung melihat kanan dan kiri, ia kaget ternyata sempat tertidur sebentar. Untuk sesaat dipandanginya wajah yang ada di kaca jendela mobilnya, pakaian satpam melekat di badannya. Perlahan-lahan dibukanya jendela mobil itu. "Maaf pak, sebaiknya bapak istirahat dirumah, jangan di mobil" "Ah ya...ya...ternyata saya ketiduran" "Bapak terlalu lelah, nanti pihak rumah sakit pasti menghubungi bapak" Daud mematikan mobilnya lalu berjalan keluar. Satpam mundur memberikan jalan kepada Daud. "Tidak.. tidak, saya harus ada disampingnya " "Tapi bapak..." "Saya tidak ingin Maharani terbangun tanpa ada saya disampingnya" Satpam hanya bisa mengangguk-angguk mengerti keinginan Daud dan membiarkan ia pergi menuju ruangan khusus Maharani. Ternyata tadi ia tertidur di mobil karena kelelahan. Senyum masam tercetak jelas di wajahnya ketika ia melihat kondisi Maharani yang masih sama , tidak ada perubahan. Iapun duduk di kursi didekat tempat tidur Maharani. Detak jantungnya terdengar keras ditelinganya karena dipasang alat di dadanya.  "Bangunlah sayang aku disini"katanya lelah menidurkan kepalanya disamping tangan Maharani. Daud tertidur pulas, begitu membaringkan kepalanya. Maharani masih terbaring diam tanpa ada respon sama sekali. Langkah kaki itu berjalan sangat pelan mendekati tempat tidur Maharani kemudian ia menyodorkan handphonenya di telinga Maharani. Sangat perlahan, ia memastikan Daud tidak terbangun. "Syaha...syaha.. bangunlah, tunggu aku sebentar lagi"katanya pelan di dalam handphone. Iapun cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu , begitu detak jantung Maharani mendadak tidak stabil. Suara bunyi darurat membangunkan Daud yang bingung dengan yang terjadi. Suster dan dokter masuk dengan cepat. Daud menyingkir dari tempat itu. Beberapa kali alat pacu jantung diletakkan di d**a Maharani mengembalikan kesadaran Maharani. Daud diam memperhatikan gerakan suster dan dokter yang terus menerus membuat Maharani sadar. Tangannya mendadak dingin melihat itu, perasaan takut kehilangannya kembali dirasakannya. "Rani ... bangunlah...jangan tinggalkan aku sayang" Daud berusaha berkata-kata pelan sambil mengamati wajah Maharani yang tidak merespon apapun perkataan darinya, selain detak jantungnya terdengar kembali normal. Suster dan dokter termasuk Daud menarik nafas lega. "Berdoa saja malam ini ada lagi kejadian seperti ini" "Apa!" "Mungkin, ia tidak akan bertahan lama" Suster dan dokter meninggalkan Daud seorang diri bersama Rani. Daud duduk lagi disampingnya dan mengambil tangan Rani untuk diusapnya. "Bangun Rani...aku sudah datang" Maharani diam saja dan lagi-lagi terpaksa Daud menghembuskan nafasnya pelan. Dipandanginya wajah Rani yang pucat tapi cantik. Iapun mengambil handphone miliknya untuk memberikan kabar kepada Sole.  Tak ada yang tahu nasib seseorang, jalan satu-satunya hanyalah berdoa untuk orang yang dicintainya. Daud melepaskan tangan Maharani kemudian keluar dari ruangan khusus itu untuk duduk di bangku luarnya. Malam menjelang pagi, udara dingin tak dirasakannya, perlahan matanya menutup lelah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD