2. Puncak Rinjani

1969 Words
Asia menyelesaikan ujiannya dengan bersusah payah karena dia tidak banyak belajar kemarin. Kepalanya benar-benar pusing hanya karena ketakutannya akan hubungan Kamelia dan Hendrik. “Asia!” Panggilan itu membuat Asia yang baru akan beranjak pergi ke kantin terhenti. Tanpa menoleh ke belakang pun Asia sudah tahu si pemilik suara. Ekspresi wajah Asia yang awalnya terlihat suram perlahan mengembangkan senyumannya. Begitu senyum sudah terpatri di wajahnya, Asia berbalik. Hendrik terlihat tersenyum dengan lebarnya. Senyum yang Hendrik perlihatkan membuat Asia menggigit lidahnya. Dia sudah tahu kenapa Hendrik sampai sesenang ini. “Jika orang-orang melihatmu tersenyum seperti itu, mereka akan mengiramu gila,” komentar Asia begitu Hendrik tiba di depannya. Hendrik tertawa dan berucap dengan bangganya, “Sekarang aku tidak peduli dengan hal itu. Bagaimana jika kita pergi ke kantin? Ada banyak hal yang ingin kuceritakan.” “Aku juga mau ke kantin nih, tapi traktir ya,” goda Asia. Dia memberikan tatapan penuh maksudnya yang malah membuat Hendrik tertawa. “Aku udah duga bakalan mau ditagih gini.” “Ya gimana ya, kemarin ada yang nikah sih.” Asia mengeluarkan tawanya dengan terpaksa. “Hahaha… tapi tenang, aku emang mau traktir kamu. Kamu adik tingkatku yang paling baik soalnya.” Hanya sebatas adik tingkat yang sering bermain game dengannya. Asia hanya bisa tersenyum kecut dengan fakta itu. Dari dulu Asia tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya karena kata-kata Hendrik yang selalu menyebutnya adik tingkat yang baik. “Jadi kamu mau cerita apa?” tanya Asia begitu mereka sampai di kantin. “Cuman mau cerita kalau acara nikahan yang tadi malem keren banget.” Hendrik mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto-foto pernikahannya di game yang sudah dia ambil. “Keren kan?” tanya Hendrik. “Gimana enggak keren, kamu beli paket pernikahan yang termahal. Emangnya kamu dapat uang dari mana?” tanya Asia penasaran. Hendrik saja sangat perhitungan untuk mengeluarkan uangnya untuk hal berbau game karena mereka penikmat free player. “Patungan sama Kamel. Tapi sebenarnya banyakan aku yang bayar. 70 persennya,” aku Hendrik akhirnya. Dia kembali menunjukkan ponselnya dan kali ini adalah foto seorang gadis yang tidak pernah Asia lihat sebelumnya. Karena foto itu ditunjukkan oleh Hendrik, Asia pun mengerti dan tahu siapa gadis itu. Dia adalah Kamelia, gadis cantik yang memiliki senyum manis. “Dia kelihatan imut,” puji Asia. Dia akui Kamelia memang imut. “Ya, dia emang imut.” Asia tidak berharap mendengar pujian itu dari Hendrik. Asia menunduk dia takut melihat Hendrik sekarang. Namun jika dia terus begini, Hendrik akan mencurigainya. Mau tidak mau Asia harus pura-pura tersenyum di hadapan Hendrik. Memasang senyum termanisnya di saat hatinya sangat-sangat terluka karena ucapan Hendrik. “Kalian udah deket dari kapan? Kenapa aku enggak tahu ya?” tanya Asia penasaran. “Dari awal memang udah cukup dekat.” Tatapan Hendrik pada ponselnya yang terlihat mendamba membuat Asia menggigit bibirnya. Dia baru pertama kali melihat Hendrik sampai terlihat seperti ini. Tidakkah Hendrik terlalu cepat jatuh pada pelukan Kamelia? “Ceritain lebih jelasnya gimana?” pinta Asia. Hendrik akhirnya menceritakan bagaimana kedekatannya yang semakin intens dengan Kamelia. Berawal dari farming dan membantu Kamelia untuk menyelesaikan quest, Hendrik akhirnya menjadi sangat dekat dengan Kamelia. Mereka berdua juga memiliki jam online yang sama yaitu di atas pukul 9 malam hingga tengah malam sehingga menjadi semakin dekat. Penjelasan Hendrik membuat Asia sadar akan kesalahannya. Di mana Asia akan offline sebelum pukul 10 malam dan hal itu membuat Hendrik jadi dekat menjadi Kamelia. “Kamu suka dia?” Tenggorokan Asia terasa berat saat mengatakan hal ini. Tanpa ada keraguan Hendrik mengangguk dan itu cukup membuat Asia menahan napasnya. “Udah pacaran?” tanya Asia lagi. “Masih pendekatan sih, tunggu aja soalnya besok mau ketemu,” jelas Hendrik dengan bangganya. Kabar buruk apalagi yang harus Asia dengar? Apa besok Hendrik akan benar-benar berpacaran dengan Kamelia? Asia tidak ingin hal itu terjadi, tapi dia sudah sangat terlambat bukan? Dia tentu tidak akan memiliki kesempatan untuk menahan Hendrik agar tidak bertemu dengan Kamelia. “Aku harap pertemuan kalian lancar.” Harapan yang Asia ucapkan dengan setengah hati itu malah berakhir menyakitkan untuknya. Hendrik dan Kamelia benar-benar menjadi sepasang kekasih. Dalam pertemuan pertama, Hendrik langsung menyatakan cintanya. Semenjak berpacaran secara resmi di dunia nyata, keromantisan yang ditunjukkan Hendrik dan Kamelia seakan menampar Asia dari dua sisi, dari game dan juga dari dunia nyata. Ke mana-mana Hendrik dan Kamelia akan berdua. Entah itu di dunia game, atau pun di dunia nyata. Muak? Jelas Asia muak dengan hal itu. Dia menyukai Hendrik lebih dulu dibandingkan Kamelia, tapi bagaimana bisa malah Kamelia yang mendapatkan Hendrik? Sebagai orang yang mencintai Hendrik, tentu Asia berharap Kamelia dan Hendrik putus. Harapannya tidak salah bukan? Dia hanya gadis yang menginginkan cinta pada seorang yang sudah dicintainya sejak awal pertemuan mereka. Sayangnya hingga ujian tengah semester selesai dilakukan, Hendrik dan Kamelia masih berpacaran. Asia kira mereka akan cepat putus, satu atau dua bulan sudah cukup untuk tidak suka lagi pada Kamelia yang dia temui di dunia nyata, sayangnya itu tidak terjadi. Karena memainkan game yang sama, Asia sering diajak untuk ikut dalam pertemuan antara sepasang kekasih itu. Seperti hari ini, Asia bertemu dengan Hendrik dan Kamelia di salah satu cafe. “Minggu depan aku mau pergi mendaki, ikut ya?” pinta Hendrik. “Aku juga ikut loh,” ucap Kamelia antusias. Jika Kamelia tidak ikut, Asia tentu akan langsung mengiyakan ucapan Hendrik. Dia tidak akan bisa berdekatan dalam waktu yang lama dengan Kamelia. “Ayolah Asia, jangan biarin aku jadi cewek sendirian di sana.” Penjelasan Kamelia sukses membuat Asia bingung, haruskah dia ikut? “Ikut ya, temenin Kamel,” pinta Hendrik. “Bener, biar aku ada temen. Ikut ya, Asia?” Asia melirik Kamelia, gadis itu menatapnya dengan tatapan memohon. Tangan kanannya bahkan sekarang ditarik oleh Kamelia dan tangan gadis itu terasa sangat hangat. Kehangatan yang Asia sendiri tidak sukai. Tanpa di paksa begini pun, Asia sudah memutuskan untuk ikut karena dia tidak ingin ada hal yang tidak-tidak terjadi antara Hendrik dan Kamelia. “Aku bakalan ikut, kalian tenang aja.” Asia tersenyum dengan manisnya. “Ah… Asia cantik banget kalau senyum gitu. Kalau aku cowok, aku pasti udah pacaran sama kamu,” ucap Kamelia yang luluh melihat senyum Asia. “Emang banyak yang suka sama Asia, tapi dianya aja yang masa bodoh sama cinta-cintaan,” timpal Hendrik. “Tapi enggak sedikit yang ngerasa takut buat suka sama Asia karena menurut mereka Asia terlalu sempurna.” “Kamu ada di bagian yang mana?” tanya Kamelia pada Hendrik. “Aku berada di bagian yang takut dan dia juga sudah kuanggap seperti adik sendiri.” Asia tertawa sumbang pendengar pembicaraan itu. Sempurna? Apa yang sempurna dari dirinya? Hanya karena lahir di keluarga berada, memiliki wajah campuran dan bagus dalam bidang akademik dia dikatakan sempurna? Tidak tahukah Hendrik jika dia sangat kesusahan dalam segala hal? Banyak tuntutan yang dia dapatkan sampai saat ini, terutama dalam keluarganya. “Oh ya, kita mau mendaki ke mana nih?” tanya Asia penasaran. “Gunung Rinjani, baguskan?” jawab Hendrik. “Iya, tapi jauh juga ya.” “Ya karena tempatnya istimewa,” ucap Hendrik penuh maksud. * * * Pendakian menuju Gunung Rinjani akhirnya dimulai. Mereka berangkat dari bandara Soekarno Hatta menuju bandara Internasional Lombok. Di dalam pesawat, Asia harus puas duduk terpisah dari Hendrik dan juga Kamelia yang duduk bersebelahan. Hendrik dan Kamelia duduk tepat di samping tempat duduk Asia, mereka dipisahkan lorong. “Asia, mending kamu istirahat,” ucap Dion yang merupakan ketua dari pendakian ini yang sekaligus teman Hendrik. “Aku enggak capek, toh cuman beberapa jam aja, " tolak Asia. “Ya udah kalau gitu. Aku mau tidur dulu.” Sepanjang perjalanan, Asia selalu mencuri perhatian ke arah Hendrik dan Kamelia yang tampak seru dengan dunia mereka. Mereka mengobrol seakan tidak ada orang lain selain mereka berdua. Bersabar, itulah yang Asia lakukan selama perjalanan. Dia harus bersabar untuk setiap keromantisan yang Hendrik dan Kamelia lakukan. Tanpa terasa mereka akhirnya sampai juga di bandara Internasional Lombok. Cuaca yang terik membuat semua mencoba menutupi wajah agar tidak terkena cahaya matahari langsung. Asia yang awalnya berniat berjalan cepat mendadak melambat saat melihat bagaimana Hendrik mencoba menghalangi sinar matahari untuk Kamelia. Asia tersenyum getir melihat pemandangan yang menyakiti mata itu. “Sekarang kita akan langsung pergi ke daerah Sembalun yang dekat dengan wilayah gunung Rinjani. Besok pagi-paginya baru kita pergi mendaki,” ucap Dion. Di dalam mobil yang isinya enam orang itu, Asia duduk di depan bersamaan dengan supir. Bagian belakang mobil tampak heboh dengan tawa dari Kamelia. Asia yang ada di depan pun hanya bisa pura-pura tertidur agar dia tidak perlu menanggapi ucapan-ucapan dari Kamelia. Niat hati hanya pura-pura tidur, Asia malah benar-benar tertidur. Dia baru dibangunkan saat mereka akhirnya tiba di penginapan di daerah Sembalun yang jaraknya cukup dekat dengan gunung Rinjani. “Jauh juga ya,” keluh Asia. “Hampir 3 jam kita di dalam mobil.” Kamelia tersenyum. Dia kemudian menarik tangan Asia agar mengikutinya. “Mending kita cepat-cepat masuk kamar. Kita mau pergi makan soalnya.” “Oh, oke.” Hanya mereka berdua yang perempuan di sini. Empat orang lainnya adalah laki-laki. Tidak banyak yang mereka lakukan setelah makan karena mereka cukup lelah setelah penerbangan Jakarta ke Lombok dan besok pagi-pagi mereka harus sudah mulai mendaki ke gunung Rinjani. Saat hari berlalu dengan cepat, Asia merasa cukup senang karena dia bisa dibilang selalu tidak tahan untuk dekat-dekat Kamelia. Air matanya selalu ingin jatuh setiap melihat Kamelia. Pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat untuk mulai mendaki. Rencananya untuk malam pertama, mereka semua akan menginap di Pelawangan gunung Rinjani dan rencananya setelah subuh, mereka akan naik ke puncak yang selanjutnya berakhir di danau Segara Anak. Asia dan rombongan baru sampai di Pelawangan pukul tujuh malam dan malam benar-benar terasa sangat dingin. Asia harus berpuas hati melihat bagaimana Hendrik yang sangat peduli akan Kamelia yang kedinginan. Sedangkan dia? Tidak ada yang akan memeluknya ketika badannya kedinginan seperti ini. Hanya secangkir s**u hangat yang menemaninya. Malam yang dingin itu Asia lalui dengan goresan hati yang tercipta karena keromantisan yang intim itu. Paginya, hamparan bunga edelweiss dapat Asia lihat dengan jelas. Sejenak Asia terpana dengan keindahan bunga abadi yang dia lihat itu. Apa yang dikatakan orang-orang memang benar jika Pelawangan adalah tempat terbaik untuk melihat bunga abadi itu. Perjalanan ke puncak gunung Rinjani adalah perjalanan yang melelahkan. Asia bahkan sampai ingin menangis karena dia merasa tidak kuat untuk melanjutkan perjalanannya. Hanya saja, melihat Kamelia yang tetap tegar membuat Asia tidak ingin kalah. Pasir bebatuan yang menjadi jalan menuju puncak merupakan cobaan yang berat. Salah-salah berpijak, jika terperosok mereka akan jatuh ke jurang. Terlepas dari hatinya yang terluka karena Hendrik dan Kamelia, Asia rasa dia tidak akan menyesal karena ikut mendaki ke gunung Rinjani yang menawarkan view yang sangat indah. Oke, itu yang Asia pikirkan saat dia belum sampai ke puncak Rinjani. Saat dia sampai ke puncak Rinjani, hal yang sangat Asia benci terjadi. “Kamelia, will you marry me?” Asia menatap Hendrik dan Kamelia bergantian. Apa dia tidak salah dengar? Dia benar-benar kaget saat ini. Kepala Asia mendadak terasa berat. Kenapa bisa Hendrik melamar Kamelia? Mereka baru berkenalan kurang dari 1 tahun! “Jadi apa jawabanmu Kamelia? Apa kamu menerima lamaranku?” Dengan mata kepalanya sendiri, Asia harus menyaksikan acara lamaran yang Hendrik buat untuk Kamelia. Cincin yang ada di kotak beludru itu terlihat berkilau saat diterpa cahaya matahari. Mata Asia memanas sejak saat Hendrik mengatakan itu. “Ya….” ucap Kamelia dengan suara lirihnya. Dunia Asia seketika hancur mendengar jawaban Kamelia. Dia sudah tidak punya harapan untuk Hendrik. Cintanya sudah tidak bisa diperjuangkan lagi. Asia tidak tahu apa salahnya hingga mendapatkan takdir yang seperti ini. Dia harus menyaksikan orang yang dicintai melamar gadis lain dan itu rasanya sakit sekali. Sejak awal Hendrik sudah menolaknya karena alasan dia terlalu sempurna dan hanya menganggapnya sebagai adik. *** Istilah dalam cerita~ + Farming : Mencari drop item dengan membunuh monster.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD