Prolog

204 Words
Tidak ada percakapan yang terjadi di dalam sana. Sang Ayah yang sibuk di balik kemudi, tak lupa di sampingnya terdapat wanita berstatus sebagai isteri yang duduk dengan anggun, menemani perjalanan kali ini. Jangan lupakan dua gadis mungil yang duduk di dua kursi belakang. "Wuaaaahhh. Apa itu?" Akhirnya suasana mobil berubah karena jeritan kagum dari si bungsu. Ia menunjuk ke arah samping saat melihat sebuah rumah kecil berada di atas pohon. Ah tidak, rumah itu seperti menempel pada batang pohon yang besar. Ia bertepuk tangan saat melihat ada seekor beruang keluar dari sana. Sepertinya sedang ada pertunjukan.  Saat seekor beruang berwarna coklat itu keluar dari sana, anak-anak di bawahnya bertepuk tangan karena sang beruang melakukan aksi sulap. Namun sayang, keasyikan itu berhenti saat klakson mobil bersahutan pertanda lampu hijau sudah menyala. Ia hanya bisa memandang pertunjukkan itu dari dalam mobil yang sudah melaju kembali. "Kay mau lihat lagi?" Michelle-sang Ibu berbalik mengusap puncak kepala anaknya sambil tersenyum. Yang dibalas anggukan semangat oleh Kayla. "Aku juga mau, Bun." Cengir sang Kakak yang sedari tadi hanya diam memandang ke arah belakang-tempat pertunjukan rumah beruang tadi berlangsung. "Nanti kita lihat lagi ya, sayang." Kayla mengangguk semangat. "Sama Kakak juga, 'kan?" Michelle langsung berbalik ke tempat semula tepat setelah sang putri sulung tersenyum polos padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD