Bagian-1

692 Words
Seorang laki-laki menarik kasar lengan seorang gadis yang merintih kesakitan sebab lengannya yang terus ditarik paksa. Menuju gudang belakang sekolah, tanpa memperdulikan keadaan si gadis yang terus meronta kesakitan, laki-laki itu membuka paksa pintu dengan tendangan nyaring. Tubuhnya terhempas ke sudut ruangan. Untung saja kepalanya tidak terkantuk meja belakang. Hanya saja bagian punggung sedikit sakit dibanding rasa sakit hatinya. "Nggak punya otak! Ngapain pelukan di parkiran sama cowok lain?! b**o!" Kursi-kursi lapuk disekitarnya ditendang sedemikian rupa hingga semakin rusak. "Semua itu nggak seperti dipikiran kamu," "Tahu apa lo tentang apa yang gue pikirin?" Bagas, nama laki-laki itu meludah ke samping dengan senyum mengejek. Tidak tahu saja, bahwa senyuman seperti itu sangat dibenci oleh gadis yang masih terduduk di bawah. "Jawab dong Fara! Emang yang ada di pikiran gue apa?!" Gawat. Jika Bagas sudah memanggil namanya, itu artinya Bagas sedang dalam keadaan kalut. Diselimuti emosi. "Oke aku minta maaf. Aku salah, tapi kamu harus percaya sama aku. Aku nggak kenal sama dia," dengan sedikit merintih, Fara bangun menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Bagas tidak mau repot membantu ia hanya menatap tajam seakan menusuk Fara dengan tatapannya itu. "Gimana mau jelasinnya coba? Sini aku mau denger," ia mendekatkan diri dengan menarik kedua lengan Fara yang hanya berdiri mematung menatapnya sedih. "Gimana?!" Ia mencengkram dagu Fara kasar. Cahaya yang hanya masuk lewat jendela-jendela samping hanya mampu menerangi wajah Bagas dari samping. Demi apapun, tatapan mata itu yang sangat Fara benci sekarang. Dengan tangan yang sudah lepas dari cengkraman Bagas, ia berusaha menenangkan dengan mengusap lengan Bagas yang saat ini semakin erat mencengkram bagian dagunya. "Aku nggak kenal dia. Dan kamu cuma salah paham. Dia cuma nanyain ruang kepala sekolah. Itu aja, nggak leb- aww! Sakit, Bagas," "Gue nggak percaya," desis Bagas tepat di depan wajah Fara yang semakin mendongkak ke arahnya. Pandangannya mengabur, seperti melihat dua sosok dalam diri Fara. Satu sosok ia tersenyum dan satu lagi menangis. Bagas hampir saja tertipu dengan sosok yang pertama. "Iya. Aku ada hubungan sama dia, hahaha," "Nggak ada yang terjadi selain dia selamatin aku dari motor yang hampir serempet aku," "Aku benci kamu! Lelaki jahat!" "Aku nggak mungkin ninggalin kamu, aku sayang kamu," Dua suara berbeda nada itu juga bersahutan di indera pendengarannya. Fara yang membencinya juga Fara yang sangat mencintainya. Bagas menutup kedua telinganya seraya menggelengkan kepala mencoba mengusir suara-suara itu. "Aarrrgghh! Pergi. Pergii!!!" Bagas mengusir dengan kedua tangannya. Fara masih tidak mengerti. Sebenarnya Bagas kenapa? Setiap terpancing emosi Bagas pasti seperti ini. Seolah ketakutan dengan apa yang ada di sekitarnya. Padahal kenyataannya hanya pria itu yang berbicara. "Kamu kenapa? Bagas?! Jangan bikin aku takut," meskipun demikian, Fara tetap menghampirinya. Bagas yang sudah meringkuk di pojok ruangan, masih dengan kedua tangan yang membungkus kepalanya takut. "Kamu kenapa?" Bagas menepis usapan Fara di wajahnya kasar. Matanya kembali mengilat marah. "Lo cewek b**o! Pergi dari sini!" Entah kekuatan dari mana, Bagas kembali bangun dan melumpuhkan Fara dengan tangan kosong. Hingga Fara terjengkang hanya dengan satu hantaman di tubuh kirinya. Bagas mulai aneh. Saat Fara merintih kesakitan di sana, Bagas melenggang pergi. Keluar membuka pintu dengan paksa. Menyisakan isak tangis seorang perempuan yang amat mencintainya di ruangan gelap juga pengap itu. "Kamu kenapa lagi, sih?" dengan penuh lara, ia hanya merasakan ruangan sekitarnya mulai menggelap. Sepuluh menit kemudian, Bagas bersiul ringan melenggang ke arah gudang. Ia membawa kursi yang pakunya sudak menonjol. Reyot. Alangkah kagetnya saat ia melihat Fara meringkuk di sana. Kenapa Fara tidur di sana? "Sayang, hei. Bangun. Kotor itu," ia mengguncang tubuh Fara perlahan. Beberapa detik kemudian, si cantik itu membuka matanya bingung. "Kenapa tidur di sini?" Hah? Bagaimana? Seakan teringat sesuatu, Fara langsung mengukir senyum sendu. Matanya menyorot Bagas tidak mengerti. "Iya, aku ketiduran," tidak ada pilihan lain. "Baju kamu kenapa?" Ia melihat bagian lengannya memar juga ada noda kotor di bagian punggungnya. "Ayo ke UKS. Kamu kayaknya jatuh ya?" Bagas memegang lembut bahunya. Mengangkat Fara agar bisa ia papah menuju klinik kesehatan. "Kuat jalan?" Ia merapikan anak rambut yang nakal berseliweran di kening Fara. Fara menggeleng lemah. "Yaudah aku gendong ya," sebelum meninggalkan ruang pengap ini, tepat di dekat pintu Bagas berjongkok, meminta Fara naik ke punggungnya. Fara menurut dengan mengalungkan kedua lengannya pada leher Bagas. Kepalanya pening. Menunduk lemah diantara leher dan bahu Bagas. Bagas tersenyum sayang. Ia akan mengobati lukanya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD