Bagian-2

674 Words
Pagi ini seperti biasa, ia menyapa satpam dengan memberikan senyuman selamat paginya dan disambut dengan ucapan selamat pagi pula oleh sang penjaga gerbang. Ia melewati parkiran depan dengan langkah pelan. Saat suatu suara membuat langkahnya terhenti di tempat. "Iya?" Sadar tidak ada orang lain di sekitarnya, Fara berbalik menatap seorang laki-laki yang baru saja memarkirkan motor hitamnya. Ia menyugar rambut acak-acakannya. Ia menyimpan helmnya terlebih dahulu sebelum mendekati Fara. "Kakak tahu ruang kepala sekolah?" Laki-laki itu to the point. Jika diperhatikan, Fara belum pernah melihat laki-laki ini. Dengan bawahan seragam tetapi atasannya hanya kaos putih polos yang hanya dibalut jaket berwarna selaras dengan motornya. Apakah dia murid baru? "Kak?" Kesadarannya kembali saat sebuah telapak tangan melambai di depannya. Lelaki itu menyengir memperlihatkan giginya. "Oh, kamu lurus aja. Nanti belok kiri di lorong pertama. Di situ." Fara menjawab. "Masuk lorong mana? Yang itu apa yang itu?" Laki-laki di hadapannya ini menunjuk dua arah yang berbeda. "Kamu masuk ke lorong pertama. Itu. Kamu lihat?" Fara menunjuk ke arah yang pertama ditunjuk. Saat tangannya sedang mengarahkan jalan, tiba-tiba ada motor yang melaju di dekatnya. Tangan kanannya terkantuk helm si pengemudi. "Woi! Liat-liat dong!" Fara sedikit oleng karena kejadian barusan. Untung saja tidak sampai terjatuh. Karena lelaki di hadapannya ini langsung meraih tubuhnya sebelum mencium kerasnya tanah aspal. "Sakit?" Laki-laki itu membantu Fara duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari sana. Fara meringis merasakan ngilu di bagian lengannya. Untung saja tubuhnya tidak ikut terserempet. Kalau tidak, entah bagaimana nasibnya sekarang. Fara mengucapkan terima kasih yang dijawab dengan anggukan oleh laki-laki itu. "UKS nya di mana?" "Nggak papa kok. Nggak usah ke sana. Aku baik-baik aja. Makasih." Ia menarik lengannya dari genggaman laki-laki itu. "Nggak papa aku juga. Aku anter. Ayok," "Nggak usah. Makasih. Kamu jangan deket-deket. Aku risih." Dengan jujur, Fara mengutarakan perasaannya saat ini. Karena ada sesuatu hal juga. Ia meneliti keadaan sekitar, melihat ke kanan juga kiri. Memastikan seseorang tidak hadir di sekitarnya saat ini. "Ow, sorry. Aku nggak maksud-" "Nggak papa. Aku pergi dulu." Sebelum melaksanakan niatnya, laki-laki itu lebih dulu mengasongkan tangan kanannya. "Yudha." Ia tersenyum lalu menaikkan alisnya saat tak ada sambutan dari lawan bicaranya. Fara melihat sekeliling. Masih sedikit murid yang sudah datang. Lalu menyambut telapak Yudha dan mengatakan namanya. Setelah itu Fara pamit hendak menuju kelasnya. Yudha masih memperhatikan punggung gadis itu hingga tepat memasuki lorong, gadis itu di tarik oleh seorang laki-laki. Fara nampak terkejut. Yudha bangkit hendak mendekat tetapi Fara terlebih dulu di seret menuju arah belakang sekolah. Eh,eh, eh? Boa edan wa euy. Yudha berlari mengikuti Fara dan seorang siswa yang membawa gadis itu secara tiba-tiba. Namun sayang, sebelum ia mendapatkan jejak mereka, ia terlebih menerima panggilan di telpon genggamnya. Dipanggil oleh seseorang di seberang sana, Yudha menyahut santai. "Ah iya? Aku ke sana." Sayang. Ia gagal menjadi pahlawan kali ini. Tapi lain kali, ia pasti bertemu lagi dengan gadis manis itu. *** "Cerita ayo, kamu kenapa?" Bagas mengelus puncak kepala Fara sayang. Saat ini mereka sedang berada di UKS. Tepat setelah ia menggendong Fara dari gudang tadi. Fara hanya tersenyum samar mengusap lengan Bagas menenangkan. "Nggak. Aku nggak kenapa-kenapa." Masih dengan senyuman menenangkan andalannya. "Tapi semua ini bukan karena ak-" belum selesai ia berbicara, Fara terlebih dahulu memotong dengan gelengan kasar kepalanya. "Bukan! Bukan salah kamu. Aku jatuh tadi. Serius," cengiran di bibirnya tak pernah luntur ia pertunjukkan untuk Bagas seorang. Bagas tak memberikan ekspresi apapun. Namun sedetik kemudian, ia tersenyum masih sambil mengelus kepala sang pacar. "Kamu nggak salah." Selalu seperti ini. Jawabannya. Senyumannya. Semuanya sama. "Tapi luka di punggung ini, kamu kebentur?" Lagi-lagi, Fara mengangguk sambil tersenyum. Gila memang! Dan Bagas hanya membalas jawaban Fara dengan mengatakan bahwa ia harus lebih hati-hati lagi ke depannya. Atau tidak, ia harus bersama Bagas kemanapun. Ia akan menjaganya. Begitu tutur lelaki di sampingnya ini. "Kamu kalo ada urusan, aku bisa pulang sendiri kok. Nggak papa." Ia bangkit, hendak mengambil air mineral tetapi Bagas lebih dulu mengambilkannya. Sungguh manis perlakuannya. Andai saja ia tidak, "Aku anter." Oke. Keputusannya tidak bisa diganggu-gugat. Dan Fara hanya membalasnya dengan senyuman. Seperti biasa. "Yaudah ayo pulang. Aku anter." "Maaf ya, jadi ngerepotin kamu terus," "Hm, nggak repot kok. Asal kamu kasih tahu cowok itu siapa?" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD