Prolog

435 Words
*** Jakarta, 2013 Wanita dengan seragam kerja berwarna biru itu baru saja tiba di kamar kosnya setelah pulang kantor, ia duduk di hadapan kipas angin dengan rambut yang ikat asal untuk menghilangkan hawa panas. Sudah hampir satu tahun Kanaya menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang mencari nafkah di Ibu kota, tapi ia masih saja belum terbiasa dengan hawa panasnya. Keringatnya masih akan selalu mengucur, jika di dekatnya tidak ada pendingin udara atau kipas angin. Sedang asik menikmati angin yang dihasilkan benda bulat itu, suara ponsel mengalihkan perhatian Kanaya. Sebuah pesan masuk dari Fatur, pria yang berstatus sebagai pacarnya beberapa bulan ini. Pria itu menanyakan apa Kanaya sudah sampai kosan dan mengingatkan untuk makan malam, Kanaya langsung membalas pesan itu seperti biasanya. Saat di kantor tadi dirinya sempat berpapasan dengan pria itu tapi hanya bisa saling bertukar senyum, karena Fatur terlihat sedang terburu-buru. Kanaya menyadari kalau beberapa hari belakangan ini Fatur tidak sehangat biasanya, begitu juga hari ini, ada sesuatu yang berbeda pada tatapan Fatur padanya. Tapi Kanaya berusaha menepis pikirannya, wanita itu memilih berpikir positif dan merasa mungkin itu semua hanya pikirannya sendiri. Tapi pesan selanjutnya membuat perasaan Kanaya mendadak tak nyaman, rasanya seperti sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi. FaturR: Maaf, Ay. Tapi rasanya aku gak bisa terus kayak ini. Kanaya Aisyah: Maksudnya? FaturR: Aku bosan. Membaca pesan Fatur ini membuat Kanaya menghembuskan nafas berat, ia memilih untuk menjauhkan diri dari hadapan kipas angin dan duduk memeluk bantalnya di atas kasur. Kanaya Aisyah: Langsung ke intinya aja, kamu mau apa? Untuk pertama kali dalam seumur hidupnya, Kanaya merasakan sesak di d**a, seolah ada sebuah benda berat menimpanya di sana. Matanya mulai berkabut, seakan bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. FaturR: Aku mau kita putus. Air mata wanita itu langsung jatuh membasahi layar ponselnya begitu membaca kata putus, refleks Kanaya menengadahkan kepalanya. Ia tidak mengerti apa yang membuat Fatur ingin mengakhiri hubungan mereka, sedangkan selama ini hubungan mereka baik-baik saja. Mereka tidak pernah berselisih paham, apalagi bertengkar. Seharusnya tidak ada yang salah, Kanaya selalu mengira kalau hubungannya dan Fatur bisa berjalan lama. Kanaya Aisyah: Baik. Akhirnya hanya satu kata itu yang mampu Kanaya tuliskan, tidak ada kata lain yang melintas di kepalanya. Dirinya merasa kecewa walaupun entah pada siapa, tapi ia hanya tidak ingin memperpanjang hal yang akan membuatnya semakin sakit hati. Sekarang ia mengerti akan tatapan Fatur padanya tadi, tatapan yang terasa dingin menandakan pria itu sudah tidak ingin bersamanya lagi. Kanaya langsung menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal yang berada di pelukannya, ia menangis sejadi-jadinya. Wanita itu tidak pernah menyangka kalau pria pertama yang membuatnya patah hati, adalah Fatur. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD