bc

Fake Marriage (but) Real Love

book_age0+
3.7K
FOLLOW
35.6K
READ
contract marriage
love after marriage
playboy
doctor
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Annadia Septiva Rahardhian, si gadis ceria yang penuh energy seorang calon dokter yang bermimpi menjadi dokter hebat dan memiliki keluarga yang bahagia seperti keluarganya bersama laki-laki yang ia cintai sejak SMA, Dikta. Namun, Nadia yang memiliki hidup sempurna mendadak berubah karena kematian Papanya yang ia cintai.

tanpa Nadia ketahui, ternyata Papanya memiliki hutang hingga mengacam hidupnya.

dan kehidupan Nadia pun kembali dalam roller coster saat seorang dokter bernama Revan menawar bantuan dengan cara

"menikah denganya"

chap-preview
Free preview
Prolog
Hari nampaknya sudah menjelang sore, aku melirik jam tanganku. Benar saja, sekarang sudah jam 4.30. seperti biasanya, ruang kelasku sangat sepi bahkan mungkin banyak orang termasuk Office Boy di sekolah ini akan mengatakan ruangan ini sepi dan semua murid sudah pulang. Namun, kenyataanya tidak aku masih disini seperti biasa menunggu jemputan Papa yang sangat lama ini ya sudah menjadi kebiasa mungkin nyaris tiga tahun aku selalu setia menunggu selama apapun papa akan menjemputku setiap hari. Aku bersandar di pojokan ruangan kelasku yang sepi ini. Sepi, berdebu dan dingin tapi entah kenapa aku sangat menyukai suasana seperti ini. Kubuka reselting tas ranselku dan kuraba semua sisi tasku demi mencari hedset milikku, selang beberapa lama aku memenukan benda putih panjang itu tanpa pikir panjang aku menaruh hedset-ku di telinga kanan dan kiriku dan memasukan ke lubang hedset di handphoneku dan sebuah lagu mengalun. “Baby naramyeon jokesseo geureomyeon jokesseo Lonely lonely oh naui sarang Ne sarangdo nayeosseumyeon jokesseo woh oh Baby naramyeon jokesseo geureomyeon jokesseo Lonely lonely oh saranghaejwo Deo isangeun honjaigin sirheunde oh woh I love you Ttan saram mannado nan neoman boigo Ttansaenggageul haedo nan neoman boigo Dareun nugul bwado gwansimjocha an ga Naega wae ireolkka babocheoreom Saranginga bwa hansumdo mot jago Neol saranghana bwa jakkuman saenggangna Neol mannal ttaemyeon nan Eorinaicheoreom haengbokhaejyeo Baby naramyeon jokesseo geureomyeon jokesseo Lonely lonely oh naui sarang Ne sarangdo nayeosseumyeon jokesseo woh oh Baby naramyeon jokesseo geureomyeon jokesseo Lonely lonely oh saranghaejwo Deo isangeun honjaigin sirheunde oh woh I love you [FT.Island – I Wish] Lagu dari band kesukaanku pun terus mengalun di telingaku. Suara meredu dari vokalis band pujaanku ini terus mengalun indah, ah FT.Island sungguh mereka menghipnotisku bagaikan seorang penyihir terutama, si gitaris tampan Song Seung-hyun itu. “NADIA!” teriak seseorang mengema di ruangan ini.  Aku mendongak, terlihat seorang gadis bertubuh ramping dan sedikit lebih tinggi dariku sedang berdiri di hadapanku. Gadis itu menggunakan seragam putih abu-abu lengkap dan rambut cokelat tuanya yang lulus bak di smooting di biarkan tergerai panjang menutupi wajahnya. Itu dia, sahabat seumur hidupku Fena. “Ada apaan, si?” tanyakku kesal, “Kenapa kayanya gue nggak boleh mojok sembari berkhayal  Song Seung-hyun suami masa depan gue gitu?” Fena langsung menjitak kepalaku. “Suami suami pikirin tuh UN depan mata masih aja sempet-sempetnya mojok sembari karokean nggak jelas di sini huh!” “Suka-suka gue dong!” jawabku acuh, “Emang ada peraturan dilarang karokean disini? Nggak kan? Kepala sekolah aja santai aja.” “Ni bocah di kasih tahu malah ngomel!” sindri Fena, “Hey, suara elo keceng banget itu kedengaran sampe kelas gue tau!” “Kelas lo?” jawabku, “Berati memang suara lebih mudah cepat ramabtnya di udara ya?” “Nggak usah bawa-bawa ilmu ke-IPA-an elo di depan gue ya!” dumal Fena, “Gue nggak ngerti, karena gue bukan anak IPA yang freak kaya lo!” Aku tersenyum meledek. “Yaudah, maaf maaf. Maafin gue Fena istrinya Lee Hong-ki.” Susana kembali hening aku asik mendengarkan lagu dari handphoneku dan Fena memandangiku hingga aku menjadi salah tingkah. “Tumben belum pulang?” tanya Fena memecahkan keheningan di antara kami berdua. “Papa belum jemput,” sahutku, “Kenapa? Elo mau nganterin gue pulang plus bayarin ongkos ojek  gue?” “Ogah amet!” Fena memanyunkan bibirnya, “Kirain nungguin Dikta nganterin pulang gitu.” Pipiku terasa panas. Aku yakin saat ini mukan mirip kepiting rebus dari pada seorang manusia. Fena awas kamu! “Kenapa tiba-tiba jadi ngomongin Dikta si?” “Cie mukanya merah!” ledek Fena, “Nggak minat ngeliat anak Silat latihan hari ini?” “Latihan?” tanyaku bingung. Aku coba mengingat-ingat hari ini hari apa. ah, iya hari Jumat ya pantas saja ada latihan ekskul terutama Silat. “Kan anak-anak silat mau lomba minggu depan,” ujar Fena, “Emang, Dikta nggak ngasih tahu elo dia mau lomba?” “Emang gue siapanya dia?” elakku, “Nggak. Nggak sama sekali malah.” Dengan paksa Fena menarik tanganku. Aku tak dapat menolaknya, dengan terpakas mengikuti Fena hingga ia berhenti menyeretku di depan ruang kelasnya yang menghadap ke arah lapangan sekolahku.  Dan sore hari ini mendung di sertai gerimis menghampiri. Kedua mataku terasa berat dan kantuk dengan udara sore ini hampiri satu setengah jam aku harus menunggu Papa menjemputku di tambah lagi hujan ini membuat suasana semakin membosankan. “Tuh liat!” perintah Fena. “Liat apa si?” tanyaku pura-pura bingung, kedua mataku langsung berfokus untuk melihat kebawah arah lapangan demi mencari-cari sosok Dikta di tengah-tengah kerumunan orang yang sedang berlatih silat di tegah guyuran gerimis sore ini. Kedua mataku terhenti kerarah pria tinggi menggunakan seragam silatnya yang berwarna putih dan celana hitam. Rambut cokelat mudanya yang ikal nampak basah dan lepek karena di guyur hujan. Seketika jantungku berdegup lebih cepat ya tuhan itu dia malaikatku! “Jadi, ceritanya lo nggak mau liat Dikta?” tanya Fena kedua matanya menatapku tajam, “Seriusan ni? Demi apa nggak mau ngeliat Dikta? Bisanya paling lo semangat kalo udah ngeliatin Dikta latihan.” “Buat apa?” “Cie banget ada yang ngeliatin pangeranya latihan ni!” sindir seseorang dan membuatku menengok kearah samping kananku. Seorang pria tinggi bertubuh gempal dengan kulit kecokelatan sudah berdiri di sampingku, tubuh gempalnya itu di balut dengan seragam SMA. Dan ia tersenyum meledek denganku. “Pangeran?” tanyaku kesal, “Pangeran hati gue itu ada di Korea fix banget! Pangeran hati gue itu, namanya Song Seung-hyun!” “Oh,” ujar pria itu, “Jadi bukan Dikta ya?” “BOBBY!” bentakku kesal, “Please nggak usah sebut-sebut Dikta terus! Ugh. Gak dari pagi, siang, sore, malem selalu aja ngomongin Dikta.” “Lo kenapa si, Nad?” tanya Bobby, “Sensi amet kayanya dari tadi istirahat sampe pulang sekarang kenapa? PMS? Nggak di kasih uang jajan sama papa elo? Atau-.” “Gue habis di kejar-kejar anak kelas bawah,” ujarku, “Ah tau ah! Ribet banget hidup gue!” Aku memanyunkan bibirku dan berusaha melupakan kejadian tadi siang di kantin dan membuatku kembali masuk ruang BK. Semua itu karena ulah para juniorku sibuk mengerjarku. Hanya karena aku ketahuan pergi dengan Dikta sahabatku sejak kelas 1 SMA ke toko buku tempo hari. “Dikta kebanyakan fansnya ya?” ujar Bobby, “Sebegitunya mereka kalo ngeliat Dikta deket sama cewek lain. Gimana Dikta beneran punya cewek ya? Mungkin ceweknya akan tertekan batin kali ya?” Aku menghela napas panjang. “Entahlah, hampir nyaris setahun belakangan ini gue kenyang di kejar-kejar sama junior-junior aneh itu! Apa si yang salah sama gue?” “Jadi?” tanya Fena, “Elo masih bete karena kasus tadi siang, Nad?” “Iyalah, Fen!” Jawabku cepat, “Bayangin! Gue nggak salah apa-apa mau di jambak dan bikin gue masuk BK lagi! Emang gue ngapain? gue ciuman sama Dikta? Gue ngegodain Dikta? Sumpah nyesel ngajak Dikta ketoko buku kemarin mending ngajak lo, Bobby, atau Fatir deh. Nanti habis ini apa lagi? Aku bakal mendapat perlakuan nggak enak lagi dari Shelly? cape begini terus! Sumpah nyesel banget deh!” “Nyesel atau seneng?” tanya Bobby, “Ah! gue tahu, pasti elo mah seneng banget kan jalan bareng sama Dikta, perdana lagi alis pertama kali berduaan doang? Tanpa gue sama Fatir atau tanpa Fena dan tanpa alasan ngerjain tugas bisa berduaan.” Aku merasa kedua pipiku sangat panas. Ya Tuhan, aku mohon seseorang bantu aku aku tidak mau semua orang tahu tentang perasaanku yang sebenarnya. Dan syukurlah, handphoneku berdering aku melihat panggilan dari papaku. Ah, papa memang malaikat penolongku! Terimakasih papa! Mwah ILYSM papa! “Eh btw, Bokap gue udah jemput ni!” ujarku sembari mengendong tas raselku, “Jadi, aku pulang dulu yaps! Ati-ati lo berduaan doang kalo ketahuan guru-guru habis lah kalian, Bye!” Lalu aku berlari dan menuruni anak tangga dengan langkah cepat menuju lantai pertama. kedua mataku tidak pernah lepas untuk memperhatikan Dikta hingga aku berjalan menuju pintu gerbang sekolah dan bertemu dengan papa yang setia menungguku dengan motor tua-nya. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Perfect Marriage Partner

read
810.4K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.6K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

Married By Accident

read
224.4K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook