Episode 3

1423 Words
Akhirnya mau tidak mau Andrian harus melakukan perjanjian itu, semoga saja Andrian bisa mendapatkan Emily dan menerima uang taruhannya.  Andrian menyadari jika ada sesuatu hal yang mengganjal di dalam perasaanya, perasaan tidak nyaman sudah memnyeluruh dalam perasaan nya. Sikap acuh yang dilemparkan Emily kepada Andrian sudah cukup membuat Andrian merasa menurun harga diri, karena biasanya bukan seperti itu yang Andrian dapat dari para cewek. Hanya Emily cewek tidak normal yang dengan mudahnya mengabaikan perhatian dari Andrian, bahkan mungkin itu bukan perhatian kecil. Membantunya untuk kembali berdiri dari tanah lembab yang membuat bajunya kotor perlu perhatian yang membuat seseorang menjadi merasa terlindungi dan dipedulikan.  "Udah baca bukunya?" Sapa Dara saat bertemu dengan Emily di dalam kelas.  "Udah."  Dara melihat Emily heran, menatapnya hingga Emily kembali menyadari dengan tatapan Dara membantah.  "Kenapa?" Tanya Emily seraya melirik mata dengan wajah yang agak sinis.  "Gue heran deh sama lo Mil, kenapa sih bisa cuek banget sama cowok. Padahal kan banyak cowok cowok yang naksir sama lo, malah ya yang paling gue heranin banget tuh, kenapa sih bisa gak tertarik sama sekali gitu sama Andrian, padahal kan cewek-cewek disekolah ini banyak banget yang tergila-gila sama andrian, kok lo enggak. "  Emily diam hanya menyimak.  "Dih gue nanya juga."  Dara seraya menyenggol sedikit badan Emily, hingga membuat Emily bergerak lalu melihat ke arah wajah Dara.  "Harus banget ya gue jawab."  Ujar Emily yang masih fokus dengan notif obrolan yang baru saja dikirim dari kakaknya.  "Ya enggak juga sih. Hmm ,,, coba aja kalau seandainya Andrian jadi cowok gue."  Dara menunjukkan ekspresi sedang berkhayal.  "Apa yang bakalan lo lakuin?"  Tanya Emily dengan mata yang sesekali melihat Dara lalu kembali fokus dengan ponselnya.  "Ya kayaknya seneng aja gitu, bakalan bersyukur banget gue sama Tuhan karena udah kasih Andrian ke gue."  Emily menyimak dan membiarkan Dara, hingga tak lagi peduli dengan apa yang diucapkan Dara untuk Emily. Notif chatting yang sejak tadi tak henti-henti, membuat Emily makin terfokus dan tak menghiraukan apapun yang ada disekitarnya. Bibir yang sesekali tersenyum manis, Emily melakukan, mungkin bisa membuat orang yang melihat Emily lalu menyebutnya sebagai orang gila, tetapi Emily tidak peduli, Emily hanya akan terus fokus dengan notif obrolan yang sedang dilakukannya sekarang. Padahal itu hanya notif obrolan dari kakak kandungnya saja, bukan dari orang spesialnya atau orang yang disukainya, tetapi Emily seperti terlihat senang berbalas-balasan melalui w******p dengan kakaknya.  "Kenapa sih Mil, setiap kali gue ngomongin Andrian kayaknya lo males banget buat dengernya."  Dara yang kembali membuyarkan kefokusan Emily dengan handphone-nya.  "Gue sama sekali gak suka, emang kenapa?"  Emily lalu melihat wajah Dara dengan ke dua matanya  yang terlihat benar-benar memandang Dara dengan tajam. Wajah yang datar dengan alis yang sedikit diangkat membuat Dara berhenti lalu menutup bibir dengan tangan sebelah kanannya.  Tidak pernah menerima ajakan kencan dari cowok, bukan berarti Emily tidak suka cowok, atau membenci semua cowok, Emily menyayangi Bagas ayahnya, juga Angga kakak kandung cowoknya. Emily tidak mengerti alasan yang sebenarnya tidak suka Andrian, bahkan dari sekian banyak cewek yang tergila-gila untuk Andrian, hanya Emily yang tidak pernah suka menyukai Andrian sama sekali,bahkan membicarakan soal ketampanannya saja Emily tidak pernah. Mungkin alasan kecilnya bagi Emily Andrian hanya orang yang sombong dan cowok yang tidak punya hati, yang bisanya cuma mempermainkan juga menyakiti cewek. Dan mungkin jika Andrian tidak seperti itu juga, tidak mungkin Emily bisa memilih Andrian, sementara sikap acuh pun sudah begitu terkenal, Namun selain acuhnya yang terkenal, kecantikan parasnya pun tidak kalah sama terkenalnya.  "Dri, kita diundang ke acara ulang tahun Aldi jadi kan kita kesana?"  Ujar Revan seraya mengangkat sebelah tangannya dan meletakkannya di pundak Andrian.  Andrian diam dan sedikit berfikir. Yang biasanya Andrian seringnya suka pergi keacara pesta ulang tahun seperti yang diundang saat ini, Andrian hanya akan menerima tawaran jika ada yang mengajaknya ke klub-klub yang mewah.  "Masa iya sih, Dri lo gak dateng Aldi kan temen grup kita di voli."  Sahut Rio.  Apa boleh buat, mau tidak mau Andrian harus datang ke acara pesta ulang tahun Aldi. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah perasaan yang tidak menyenangkan yang ada di pikiran Andrian. Andrian paling tidak bisa menghindar dengan ajakan sahabatnya, apapun yang ingin sahabatnya, pergi Andrian bisa membantu dan membuat mereka senang Andrian pasti akan melakukannya.  Asap rokok yang sudah mulai terasa pengap disebuah luar ruangan dengan tawa yang terdengar begitu nyaring, entah itu menertawakan hal yang lucu atau tidak, yang jelas suara tawa yang ada diruangan ini cukup membuat telinga sakit. Selain dengan cahaya lampu yang berkedap-kedip membuat seseorang mendorong dengan cepatnya kilauan cahaya itu berputar, tapi itu untuk sebagian orang yang tidak menggunakan Emily. Mungkin jika Daisy dan dua temannya adalah momen yang paling asik, karena Daisy sama seperti nya Andrian, lebih suka nongkrong di klub-klub seperti ini.  "Lo gak salah ngajak gue kesini?"  Tanya Emily heran menyenangkan dengan wajah yang aneh.  Memanglah aneh untuk Emily, mungkin ini untuk pertama kalinya ia mendatangi tempat yang tidak nyaman, secepatnya rokok yang membuat pengap ruangan, cahaya lampu berwarna-warni yang berkedap-kedip untuk membantu mendorong, dan cewek-cewek yang minim saling berjoget tak terarah membuat Emily merasa benar-benar tidak nyaman berada di tempat ini.  "Emang ini tempat pesta, ya gue sih ngikutin sesuai lokasi yang ada di sini."  Dara seraya menambahkan kertas kecil yang berisi lokasi denah tempat dimana Aldi akan diundang ulang tahun.  "Sumpah gue gak nyaman banget Ra."  Emily lalu memegang tangan Dara dengan erat, hingga membuat bekas cengkraman ditangan Dara.  "Ih anjir sakit."  Dara memegang hiasan yang digunakan di cengkraman erat oleh Emily.  "Eh bentar, lo tunggu dulu di sini. Gue mau nyari dulu Aldi takut salah soalnya. Lo tunggu di sini ya jangan kemana-mana sebelum gue balik kesini."  Emily diam mendengarkan apa yang dibicarakan, lalu duduk di kursi besar yang tidak ada satu pun orang yang duduk di sana. Lirikan mata Emily yang kesana kemari melihat dari ujung sisi ruangan sampai ujungnya lagi, membuat Emily mendapatkan lebih banyak puyeng melihat lebih banyak orang-orang yang ikut pesta di sini. Yang ada di pikiran Emily sebelumnya, pesta ulang tahun tidak akan seperti ini, dikiranya hanya pesta ulang tahun biasa-biasa yang sering Emily datangi waktu dulu. Ternyata setelah beberapa tahun, hingga baru kali ini lagi Emily bisa datang ke acara ulang tahun kunjungan, dan ternyata sekarang pesta nya tidak seasik dulu.  "Ini pesta kesukaan lo Dri, jadi gue emang bener-bener pengen lo ikut."  Ujar Revan seraya menepuk pundak Andrian.  Kameja putih, celana jeans hitam, rambut yang disisir rapi membuat Andrian Ansell terlihat semakin tampan. Lebih fleksibel dengan badan tinggi dan kekar membuat kameja putih yang ia kenakan menjadi seperti kaos ketat. "Ini gak sering sama klub yang sering gue datengin."  Andrian kemudian pergi lalu duduk di kursi dengan meja yang melingkar. Botol-botol minuman mulai berdatangan dari seorang cewek yang katanya dia adalah pelayan di klub ini. Dengan pakaiannya yang minimal membuat Revan tergiur, sesekali Rio juga menatapnya centil untuk cewek yang melayani mereka bertiga. Tapi aneh, Andrian malah tidak mau ada yang tertarik dari cewek itu, Andrian hanya bisa diam dan biasa saja pake cewek itu beberapa kali menyediakan minuman dan menyimpannya di meja. Meskipun Andrian sering mempermainkan cewek, tetapi sulit untuk menggunakan Andew, tetapi Andrian bukan tipe orang yang jelalatan kompilasi melihat cewek seksi yang ada di mana bisa saja mendekatinya.  Tidak seperti Revan dan Rio yang memiliki mata buaya, bisanya cuma bisa memilih cewek yang suka minim.  "Sombong banget lo jadi orang."  Seru Rio yang kemudian menghampiri Andrian dan ikut duduk disampingnya.  "Waduh, bisa cuci mata abis-abis dan nih kalau gini bisa."  Revan seraya melihat kesana kemari dengan mata jelalatannya. Mungkin selain pelayan tadi membuat Revan tergoda ternyata disekelilingnya pun lebih banyak yang menggiurkan dari pelayan tadi.  Ini bukan hanya pesta, ini hadiah terbesar untuk Revan dan Rio, karena bisa punya kesempatan di mana, mata nya yang sudah buram kembali menajam, dan pikirannya yang tak karuan kembali menjadi konek.  Andrian diam karena ia paham apa yang sudah ada di pikiran para sahabatnya itu, sudah hampir 4 tahun Andrian bersama-sama dengan Revan dan Rio, jadi sifat seperti apa lagi yang Andrian tidak tahu tentang mereka.  "Tinggalin aja gue pergi, maen aja sana, gue ngerti otak ngeres yang udah lo pikirin dari tadi."  Ujar Andrian lalu menuangkan segelas anggur merah ke gelas kecil yang sudah disiapkan sejak tadi.  "Dri, gue tinggal dulu ya, sayang tuh banyak cewek yang nganggur."  Sahut Revan sambil berdiri dari kursi yang didudukinya tadi.  "Gue juga ikut pergi dulu ya, gatel gue liat yang seksi-seksi tapi gak gue mainin." Seru Rio yang juga ikut pergi dengan Revan untuk menghampiri sekumpulan cewek-cewekumpulan minimal yang ada di seberang tempat duduk mereka tadi, bukankah Revan dan Rio memang benar-benar buaya darat.  Andrian hanya diam sambil memutar-mutar gelas kecil yang berisikan bir. Tak ada yang mendukung senang malam ini, dilengkapi dengan kesendirian nya Sekarang siapkan lebih perlu takkan ada yang asik sama sekali.  "Hei."  Ujar salah seorang cewek dari Arah depan Andrian, lalu duduk disamping Andrian seperti orang yang sudah benar-benar kenal.  "Ngapain lo nyamperin gue lagi? Mau gue permalukan lagi?"  Andrian seraya mengangkat yang sedang tersadar, menang dengan tatapan tajam yang diperlihatkan kepada Daisy. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD