2. Keluarga Kerajaan

2166 Words
Braden Kingdom adalah sebuah kerajaan megah dan berjaya dari masa ke masa, yang berada di negeri Terrazura. Peradaban kerajaan itu sudah turun temurun sejak ratusan tahun lalu. Pendiri pertama Braden Kingdom adalah Rex Alexis Magna I. Tahta Braden Kingdom turun temurun mengikuti garis keturunan Rex Alexis Magna I. Hingga sekarang Braden Kingdom dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana yang diberi gelar Rex Alexis Magna VI yang bernama Marlon. Rex Alexis Marlon mempunyai seorang ratu bernama Alena dan mempunyai seorang selir bernama Livia. Pernikahannya dengan ratu Alena, Rex Alexis Marlon dikaruniai 3 orang putri dan 1 orang putra yang kini sudah dinobatkan sebagai putra mahkota bernama pangeran Argan. Sedangkan dari pernikahannya dengan selir Livia, Rex Alexis Marlon dikaruniai seorang putra bernama pangeran Morgan. Usia pangeran Argan dan Morgan hanya selisih 1 tahun. Wajah mereka sangat mirip, tampan, gagah dan tegas. Namun sifat mereka sedikit berbeda. Pangeran Argan sang putra mahkota memiliki kemampuan inteligen yang kuat, daya ingat yang baik, cerdas, selalu berpikir positif, lebih rinci dalam menganalisis suatu permasalahan, bandel, dan sering kabur dari istana. Bukan karena ia tidak bertanggungjawab, justru dengan perilakunya itu, diam-diam ia menyamar menjadi rakyat jelata untuk mengetahui dan memantau dengan leluasa keadaan rakyatnya. Sedangkan pangeran Morgan lebih tertutup, misterius, cerdas, mahir dalam memanah, tapi lebih sensitif sehingga sering berprasangka dan cepat menyimpulkan sesuatu tanpa ia ketahui kebenaran yang sesungguhnya. Pangeran Argan sudah sangat matang dipersiapkan sebagai pewaris Tahta kerajaan. Ia dibimbing dan mendapat pendidikan di dalam istana bersama guru-guru terbaik khusus untuk putra mahkota. Ia mempunyai seorang pengawal pribadi bernama Victor yang merupakan anak dari panglima perang kerajaan, kakak dari Lady Vega. Victor selalu menemani ke mana pun pangeran Argan pergi. Namun pangeran Argan sering kali kabur dari istana. Tentunya setelah pangeran Argan mengelabui Victor. Sehingga ia bisa bebas melenggang keluar dari istana tanpa pengawalan. Victor selalu merasa dilema dengan tingkah pangeran Argan yang bandel, jahil, dan tengil pada Victor. Pangeran Argan si putra mahkota sering kabur dari istana. Victor sangat mengkhawatirkan keselamatan putra mahkota, sebab masa depan Braden Kingdom bergantung padanya. Sedangkan pangeran Morgan lebih sering menghabiskan waktunya untuk berburu ke hutan bersama pengawal pribadinya yang bernama Arsenio. Pengawal pangeran Morgan merupakan anak dari perdana menteri Solon ( perdana menteri Braden Kingdom). Sikap Morgan cenderung lebih dingin dan tertutup dibandingkan dengan pangeran Argan yang memiliki sifat penyayang dan lebih terbuka. Namun kedua pangeran kerajaan Braden adalah pangeran yang gagah dan berwibawa. Pangeran Argan senang menolong rakyat jelata yang sedang berada dalam kesulitan. Begitu juga pangeran Morgan yang suka menolong sesama, walau senyum di wajahnya sangat mahal. Jarang sekali ia memperlihatkan senyumnya. Berbeda dengan pangeran Argan yang sangat murah senyum. Siang ini pangeran Argan berencana kabur lagi dari istana. Diam-diam ia mengelabui Victor agar bisa pergi ke ibu kota untuk melihat keadaan penduduk. Pangeran Argan sedang mengenakan pakaian kebesaran putra mahkota, di dalam kamarnya. Tiba-tiba Victor datang menemuinya. “Yang mulia, hari ini Anda harus mengikuti latihan memanah!” Victor akan menemani ke mana pun Argan pergi, kecuali jika ia kabur dari istana tanpa sepengetahuan Victor. “Baiklah... Tapi aku ingin meminjam busur panahmu!” Argan masih bersiap sambil mengenakan pakaian kebesarannya dibantu beberapa dayang. “Tapi... Aku tidak membawanya, bukankah busur panah yang mulia lebih bagus dari busur panahku?” Victor merasa bingung dan curiga pada pangeran bandel itu. “Lalu apa salahnya jika aku meminjamnya?” Argan pandai berbicara, mencari celah untuk bisa kabur dari Victor. “Tapi itu... Yang mulia... Itu... Hmmm... Masih ada di rumah.” Suara Victor terbata-bata. Ia merasa putra mahkota sedang mencari alasan untuk kabur dari pengawasannya. Ia merasa dilema dengan permintaan putra mahkota. “Bagaimana? Ini perintah! Cepat ambil busur panahmu! Atau aku tidak akan mengikuti latihan!” Argan berlagak berkuasa atas Victor. Padahal dalam hatinya ingin sekali tertawa melihat ekspresi wajah Victor yang kebingungan. “Aduuuhhh... Bagaimana ini? Kalau aku pulang ke rumah, bisa-bisa yang mulia Argan kabur dari pengawasanku... Tapi... Kalau tidak aku ambil... Berarti aku melanggar perintah yang mulia... Perintah putra mahkota... Sedangkan busur panahku sedang dipinjam oleh Vega... Harus ke mana aku mencari bocah itu? haaassshhh... Argan dan Vega!!!! Hiiiiihhhhh!!!! Dua orang ini selalu saja membuatku bingung! Ingin rasanya aku berteriak!!! Dasar anak-anak bandel!!!” Victor terdiam sambil berpikir dan menggerutu dalam hatinya. “ Hei... Kenapa terdiam? Jangan terlalu lama berpikir! Apa kamu ingin aku menunggu?” Argan berlagak senggak, ia menahan tawa melihat tingkah Victor yang terlihat sangat galau. “Hassshhh... Aku merasa dilema hampir setiap hari! Andai saja dia bukan putra mahkota yang harus aku lindungi dan patuhi! Tingkah dan sikapnya membuat ususku lebih panjang dari sebelumnya!” Victor menggerutu dalam hatinya, ia merasa kesal menjadi pengawal pangeran tengil. “Baiklah yang mulia aku akan segera kembali membawa busur panah milikku!” Victor bergegas pulang dengan menunggangi kudanya yang gagah. Argan sangat senang karena ia berhasil mengelabui Victor. Saat ini Argan bersiap kabur dari istana untuk berjalan-jalan di luar istana melewati pedesaan dan ibu kota. Pangeran Argan menunggu para dayang ke luar dari kamarnya. Lalu ia mengambil sebuah bungkusan dari kain yang ia simpan di dalam lemari. Ia bergegas masukan ke dalam bajunya. Bungkusan itu berisi baju ganti agar ia bisa menyamar menjadi rakyat jelata. Pangeran Argan berjalan ke luar paviliunnya. “ Katakan pada Victor aku menunggu di tempat latihan!” Argan memberitahu salah satu penjaga paviliun putra mahkota. “Baik yang mulia!” “Jangan ada yang mengikuti aku, karena aku sedang ingin sendiri!” Argan memberi perintah pada dayang dan punggawanya untuk tidak mengikutinya menuju tempat latihan memanah yang berada lumayan jauh dari paviliun putra mahkota. Argan dengan santai melenggang meninggalkan paviliunnya. Setelah semua dirasa aman, ia berjalan mengendap-ngendap, menuju pintu rahasia yang ia buat agar bisa ke luar masuk istana dengan mudah. “Istana ini membuatku seakan seperti pencuri! Berjalan mengendap-ngendap, tengok kanan kiri, mengelabui Victor dan para punggawa! Setiap kali ingin berjalan-jalan keluar istana! Selalu... saja begini!” Pangeran Argan menggerutu karena kesal dengan peraturan istana yang melarang putra mahkota berada di luar istana tanpa pengawalan ketat. Pangeran Argan berjalan menuju tempat latihan memanah. Lalu ia berbelok menuju pohon besar di dekat tembok pembatas paviliun di salah satu sudut istana. Setelah sampai di dekat tembok pembatas istana. Pangeran Argan harus memanjat tembok pembatas itu, yang letaknya berada di taman paling ujung di belakang paviliun putra mahkota. Sehingga jarang ada prajurit kerajaan yang berlalu lalang di sana, kecuali pada malam hari. Untuk berhasil menuju pintu rahasia, ia harus memanjat pohon terlebih dahulu sebelum melewati tembok pembatas paviliun. Setelah ia berhasil melewati tembok pembatas paviliun. Pangeran Argan berjalan di antara kebun istana yang tidak terlalu luas. Lalu di ujung kebun ada tembok pembatas istana yang berbatasan langsung dengan hutan kecil di dekat sebuah desa. Di balik pohon rindang yang tidak terlalu tinggi itulah sebuah pintu rahasia tersimpan. Pengawal istana tidak akan menyangka ada sebuah pintu kecil di sana, karena memang pintu itu tidak terlalu besar, melainkan tingginya hanya satu meter saja dan tertutup semak-semak. Setelah berhasil ke luar istana, Argan berganti pakaian di belakang pohon di dalam hutan yang berbatasan dengan sebuah desa terpencil. Dari sanalah ia selalu memulai petualangannya. Ia berjalan menyusuri pepohonan menuju desa terdekat dari istana. Desa itu disebut desa Samai yang berarti penuh pesona keindahan. Sinar mentari mulai menghangatkan negeri Terrazura Pemandangan yang asri dengan banyak bukit-bukit membuat suasana menjadi lebih damai. Argan telah menyiapkan orang kepercayaannya di luar istana yang tidak jauh dari lokasi pintu rahasia Argan. Orang kepercayaan Argan bernama Lean, seorang laki-laki seusianya, ia anak seorang peternak domba yang dikenal sangat rajin merawat kuda milik Argan. Lean juga sangat rapi menyimpan identitas putra mahkota. Sehingga hanya Lean dan Argan yang tahu tentang rahasia mereka. Wajah Argan berseri-seri karena ia bebas melenggang ke mana pun ia pergi tanpa harus repot membawa pasukan pengawal. Kini Argan telah tiba di ujung perbatasan desa Samai yang sangat dekat dengan hutan di sekitar istana. Ia berjalan menuju rumah Lean untuk mengambil kudanya. Rumah sederhana yang dihiasi padang rumput yang cukup luas untuk ternak mereka di belakang rumahnya. Rumah yang terbuat dari kayu dengan beberapa pohon besar di depannya membuat pemandangan menjadi lebih sejuk. Tok!! Tok!! Tok!!! Argan mengetuk pintu rumah Lean. Tak lama kemudian muncul seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Ia terkejut melihat seorang pemuda tampan di depan pintu rumahnya. “Anda siapa?” Ibu paruh baya bertanya pada Argan. “Saya teman Lean, panggil saja Gama.” Argan tersenyum pada wanita itu. Ia mengaku bernama Gama yang berarti pengelana. “Baiklah... Tunggu sebentar, akan aku panggilkan Lean.” Wanita itu berjalan ke dalam rumahnya. Ternyata wanita itu adalah ibu dari Lean. Argan menunggu Lean di luar rumah sambil menghirup udara sejuk pedesaan. “Yang mulia, maafkan saya... Tadi saya sedang menyisir bulu kuda kesayangan yang mulia Argan.” Lean sangat menghormati Argan. “Tidak apa-apa, apakah Karan sudah siap?” Argan menanyakan keadaan kudanya pada Lean. Kuda milik Argan bernama Karan yang artinya kesatria, karena kuda yang Argan miliki sangatlah gagah dan bertenaga super. “Sudah siap yang mulia.” Lean segera membawakan kuda Karan pada yang mulia Argan. Kuda berwarna coklat kehitaman, badannya tinggi kekar dengan bulu yang halus. Kaki-kakinya terlihat kokoh dan kuat. Kuda Karan sangat penurut pada Argan dan Lean. Argan pergi dengan menunggangi kudanya menuju ibu kota untuk melihat situasi di dalam wilayah Braden Kingdom. Ia mengamati banyak hal. Mulai dari berita yang sedang hangat diperbincangkan oleh rakyatnya, keadaan politik dalam ibu kota, dan kesejahteraan rakyat Braden Kingdom. Argan menitipkan kudanya di sebuah penitipan kuda dalam ibu kota. Kemudian ia berjalan sambil mengamati sekelilingnya. Ia melihat seorang kakek tua yang sedang kesulitan mendorong gerobak berisi kayu bakar. Ia terlihat lelah dan tergopoh-gopoh mendorong gerobaknya. Argan tidak tega melihat sang kakek kesulitan, sehingga ia menghampiri kakek tua itu. “Kakek mari saya bantu!” Argan mencoba menolong kakek tersebut. “Tidak perlu anak muda... Kakek masih kuat untuk membawa kayu bakar ini.” Kakek itu tersenyum pada Argan. “Kenapa kakek harus membawa kayu bakar sebanyak ini sendirian?” Argan merasa iba, dengan sigap Argan membantu mendorong gerobak kakek tua itu. “Ini sudah jadi pekerjaan kakek, biasanya ada kedai yang memesan kayu bakar padaku, sehingga aku mencari kayu bakar di sekitar hutan lotus, lalu aku membawa kayu-kayu ini ke ibu kota untuk dijual pada pemilik kedai yang sudah memesannya.” Kakek tua itu menjelaskan pada Argan. “Mari saya bantu mendorong gerobaknya sampai ke kedai.” Argan mulai mendorong. “Terima kasih anak muda, kelak kamu akan menjadi seorang pemimpin hebat.” Kakek tua mendoakan Argan. Walau sang kakek tidak mengetahui bahwa pria muda yang menolongnya itu adalah seorang putra mahkota, tapi naluri si kakek mengatakan bahwa pemuda yang menolongnya kelak akan menjadi seorang pemimpin hebat. Argan tersenyum sambil mendorong gerobak kakek tua itu. Sepanjang perjalanan ia melihat kakek tua sangat kehausan. Sehingga sesampainya di kedai, Argan langsung memesankan makan dan minum untuk kakek tua itu. Mereka berdua terlihat berbincang bersama sambil duduk di salah satu sudut kedai. “Kakek tinggal di mana?” “Di desa paling ujung dekat dengan hutan lotus.” “Desa Nebula?” Argan menatap mata sang kakek tua itu. “Iya... Karena desa kami sering sekali diselimuti kabut dari hutan lotus, sehingga nenek moyang kami memberi nama Nebula pada desa kami.” Kakek tua itu tersenyum pada pangeran Argan. “Nama Kakek siapa?” Argan penasaran. “Panggil saja Kakek Noah.” Kakek tersenyum. “Kamu sendiri siapa, Nak?” Kakek Noah menatap pangeran Argan. “Panggil saja saya Gama, saya berasal dari desa yang berada di ujung perbatasan istana.” Argan kembali tersenyum. “Kakek setiap hari mencari kayu bakar?” Argan penasaran. “Hampir setiap hari, walau ada saatnya Kakek libur untuk beristirahat.” Kakek tersebut tampak pekerja keras. “Apa kakek tidak takut memasuki hutan lotus?” Argan berusaha mencari tahu tentang hutan kegelapan. “Hutan lotus tidaklah menyeramkan, hanya saja legenda hutan kegelapan yang berada jauh di dalam hutan lotus itu yang menyeramkan.” Raut wajah Kakek Noah terlihat muram. “Berarti kakek tahu tentang hutan kegelapan?” Argan mulai menguak informasi dari kakek Noah, karena selama ini pangeran Argan penasaran dengan legenda Donkerwald. Ia merasa harus tahu gambaran hutan kegelapan, karena kelak ia yang akan menjadi raja di wilayah Braden Kingdom. Namun sampai saat ini, ia tidak tahu pasti tentang legenda Donkerwald. “Bahkan aku pernah tersesat di dalam hutan lotus, aku kira itu masih kawasan lotus ternyata aku memasuki Donkerwald, tapi belum masuk terlalu dalam sehingga aku menemukan jalan keluar.” Kakek Noah terlihat memendam sesuatu. “Kakek bertemu seseorang di sana?” Mata Argan terbelalak. “Bahkan aku bertemu dengan salah satu Xylina yang merupakan penjaga hutan kegelapan Donkerwald... Aku dibiarkan keluar begitu saja, aku tidak berani menatapnya... Sejak saat itu aku meyakini tentang legenda Donkerwald dan Xylina yang hidup di dalamnya.” Kakek Noah menatap Argan. Argan terlihat penasaran, tapi Kakek Noah telah berpamitan pada Argan. Sesungguhnya Argan amat penasaran dengan legenda hutan kegelapan Donkerwald, Xylina, dan kerajaan Hemel (kerajaan langit). Bagaimana kelanjutannya? pertemuan pertama antara Vega dan Argan, bagai sassy girl dan badboy bertemu lalu bertualang bersama... Terima kasih sudah mampir untuk membaca.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD