Vanya

1084 Words
Vanya Sibuk? Alyka Lagi mulai rebahan. Kenapa tu? Vanya Baru pulang kerja? Alyka Enggak. Jam 8 kurang tadi nyampe rumah Vanya Vanya mau budir Tapi belum kawin gimana ni? Aku membelalakkan mata saat membaca pesan dari Vanya itu. Apa maksudnya budir? Bunuh diri? Dengan cepat aku langsung membalas pesan itu. Alyka Hah? Bunuh diri? Vanya Wkwk Iya Stres Aku yang tadi rebahan langsung duduk. Mencoba berpikir harus melakukan apa. Apa aku harus menemui Vanya sekarang? Ia pasti sedang kalut sekarang. Tapi aku tidak tahu rumahnya. Dia hanya pernah mengatakan daerah tempat ia tinggal, tetapi tidak pernah mengatakan alamat detailnya. Lagipula daerah rumahnya sangat jauh dari rumahku. Mungkin membutuhkan waktu sekitar 40 menit hingga 1 jam. Dan lagipula ini sudah jam setengah sembilan malam, ditambah aku tidak bisa membawa kendaraan. Siapa yang akan mengantarkanku menemui Vanya? Akhirnya aku memutuskan untuk membalas pesan Vanya lagi. Alyka Stres kenapa? :'( Ingat dosa Vanya Kalau budir masuk neraka Kekal di dalamnya Aku merasa bodoh mengirimkan pesan seperti itu. Tapi juga bingung mau menenangkan Vanya seperti apa. Aku berharap kalau ia diingatkan dengan dosa, ia akan mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Vanya O Vanya hanya merespon pesanku dengan satu huruf, membuatku makin kalut. Aku menyalahkan diri sendiri yang malah menceramahi orang yang mau bunuh diri. Tapi aku tidak tahu harus bilang apa lagi untuk mencegahnya melakukan niatnya itu. Alyka Vanya kenapa? Vanya dimana sekarang? Vanya Pekanbaru Vanya membuatku gedeg. Dia malah menyebutkan kota tempat kami tinggal. Aku berharap ia mengatakan tempat yang lebih spesifik, misalnya di rumah. Jadi aku bisa tahu ia sedang sendirian atau tidak sekarang. Alyka Vanya boleh ditelpon? Vanya Enggak Aku meradang. Kalau aku paksakan menelponnya, pasti ia tidak akan mengangkatnya. Tapi aku harus melakukan sesuatu agar Vanya tidak benar-benar bunuh diri! Alyka Vanya di rumah sekarang? Istighfar ya Vanya... Lagi-lagi aku mencoba untuk membuatnya mengingat Tuhan. Harusnya hatinya terketuk kalau sudah diingatkan dengan Tuhan kan? Tolonglah Vanya, jangan melakukan hal yang bodoh. Jangan tinggalkan aku! Vanya Enggak enggak... Cuma bercanda Mataku melotot saat membaca pesannya itu. Bercandaannya kali ini sungguh tidak lucu. Padahal aku sudah panik setengah mati, tidak tahu mau melakukan apa, tidak tahu mau menghubungi siapa karena aku tidak punya nomor keluarganya satu pun, stres karena takut aku adalah orang yang dihubunginya saat ia sedang di titik terendahnya tapi malah tidak bisa diandalkan, dan tidak bisa mencegahnya untuk bunuh diri karena ia merasa tidak ada yang bisa menyelamatkannya dari keputusasaannya. Tapi aku tidak bisa marah kepada Vanya. Setidaknya aku tahu kalau ia tidak akan benar-benar bunuh diri. Mungkin seharusnya dari cara ia mengirimkan pesan, aku semestinya tahu kalau ia tidak bersungguh-sungguh untuk bunuh diri. Maksudnya mungkin ia hanya lelah sampai ingin bunuh diri, tapi ia tidak akan melakukannya. Hanya saja membaca berita akhir-akhir ini tentang banyaknya orang yang bunuh diri karena depresi, membuatku jadi takut untuk berpikir kalau ia hanya bercanda. Lagipula aku pernah melihat dengan mata kepalaku sendiri saat kakakku ingin melakukan percobaan bunuh diri dengan mengiris tangannya dengan pisau. Hanya aku yang memergokinya saat itu, dan aku langsung menghentikannya. Jadi aku cukup trauma dengan orang yang ingin bunuh diri. Aku juga lelah dan putus asa dan sering berpikir kalau aku meninggalkan dunia ini pasti penderitaanku akan berakhir. Makanya, aku sangat memahami perasaan Vanya sekarang. Alyka Alhamdulillah kalau cuma bercanda ಥ⁠╭⁠╮⁠ಥ Vanya (⁠•⁠‿⁠•⁠) Capek ಥ⁠‿⁠ಥ Capek bet sumpah Hatiku terenyuh. Aku membayangkan Vanya yang sedang menangis sekarang. Rasanya aku juga ingin menangis. Seandainya saja aku bisa ke rumah Vanya dan memeluknya, sehingga ia tidak sendirian di dalam kesedihannya. Alyka Iya memang capek Kalau Vanya mau sharing masalah Vanya ayo cerita Tapi kalau gamau juga gapapa Vanya adalah orang yang sering menutupi masalahnya. Ia bukan orang yang terbuka. Makanya, aku tidak ingin memaksa Vanya menceritakan permasalahannya. Hanya aku yang kalau curhat sampai menceritakan semua masalahku. Ternyata Vanya mau bercerita. Vanya yang selalu menutupi masalahnya itu dengan tertawaannya sambil bilang tidak apa-apa, sekarang akhirnya menceritakan permasalahannya. Itu berarti ia sudah tidak kuat lagi untuk menanggungnya sendirian. Ia butuh tempat untuk bercerita. Syukurlah ia tidak keras kepala untuk terus menyimpan permasalahannya sendiri. Aku harap setelah ia bercerita denganku, hatinya bisa sedikit lega. Ternyata selama ini Vanya memiliki hubungan dengan seorang lelaki. Ia merasa sudah sangat cocok dengan lelaki itu, dan berharap bisa menikah dengan lelaki itu. Vanya yang tidak bisa terbuka dengan orang itu akhirnya menemukan seseorang yang ia rasa bisa mengerti dirinya dan pantas untuk dijadikan suaminya. Hanya saja kekasihnya itu ditimpa masalah bertubi-tubi. Teman-temannya menipunya, membuatnya harus menanggung hutang yang sangat banyak. Lelaki itu juga merupakan tulang punggung keluarga, sehingga bukan hanya harus membayar hutang, ia juga harus mencari uang untuk kebutuhan keluarganya. Karena permasalahannya itu, ia jadi tidak bisa fokus terhadap hubungannya dengan Vanya. Vanya sudah berusaha untuk membantunya, tetapi tetap saja bantuannya tidak cukup. Gara-gara hal ini, lelaki itu tidak kunjung melamar Vanya. Padahal Vanya mau menerima lelaki itu dengan segala permasalahannya. Vanya ingin mereka menghadapi permasalahan itu bersama. Tetapi lelaki itu keuh-keuh ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, dan mengatakan kepada Vanya untuk meninggalkannya saja. Dan kalau memang Vanya masih ingin bersama dengan lelaki itu, lelaki itu meminta Vanya untuk menunggunya hingga ia berhasil melunasi semua hutang-hutangnya. Tapi entah sampai kapan. Padahal Vanya sangat mencintai lelaki itu. Jalannya sangat terjal berliku untuk bisa bersatu dengan orang yang ia cintai, hingga membuatnya putus asa dan ingin bunuh diri. Vanya bilang lelaki itu ingin kabur ke Bandung karena sudah banyak orang yang ia hutangi, dan ia tidak bisa membayar hutangnya itu. Vanya jadi galau karena itu berarti mereka akan berpisah. Aku hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk mereka. Mau bantu melunasi hutang lelaki itu pun aku tak akan sanggup. Walaupun tidak tahu berapa jumlah hutangnya, aku punya firasat itu sekitar puluhan atau bahkan ratusan juta. Karena Vanya mengaku sudah membantu menyicil hutang lelaki itu setiap bulan dari uang gajinya dan kalau diakumulasikan itu sudah mencapai delapan puluh juta rupiah. Rasanya sedih sekali setelah dicurhati tapi tidak bisa membantu apapun. Vanya tidak membalas pesanku lagi saat aku mengirimkan kata-kata harapan agar kekasihnya itu bisa diberikan jalan keluar sehingga tidak perlu kabur ke Bandung. Aku berharap Vanya baik-baik saja. Mungkin ia sudah tidur sekarang setelah mengirimkan pesan yang cukup panjang kepadaku, menceritakan segala keluh kesahnya. Aku memutuskan untuk meletakkan ponselku ke atas meja, lalu bergegas tidur. Walaupun hatiku cukup gusar karena Vanya, tapi aku tidak boleh terlalu over thinking. Besok aku harus bekerja, dan semoga aku tidak akan membuat masalah karena pikiran ku yang selalu kacau ini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD