opening

707 Words
》》⭐《《 "AWAS PAAAAA!!!!" Teriakan nyaring dari gadis 7 tahun itu membuat Sang Ibu ikut berteriak dan langsung mendekap anak semata wayangnya. Bersamaan dengan itu mobil yang membawa mereka bertiga menghantam beton pembatas jalan. Terguling beberapa kali dan terseret sejauh 150 meter. Suara tangisan terdengar nyaring saat mobil sudah berhenti dalam keadaan terbalik. Dari kejauhan tampak seseorang keluar dari mobil mewah yang membawanya. Ia berjalan santai menghampiri mobil naas itu. Lalu duduk jongkok di sebelah pintu penumpang. Seorang laki-laki muda. Ia sedikit membungkukkan badannya, mencoba mencari sumber suara. Dan sedetik kemudian ia menyeringai saat mendapati seorang anak kecil menangis meraung dalam pelukan Ibundanya. "Kemarilah sayang!!" suara itu begitu berat dan tegas. Ia mencoba meraih gadis kecil itu dan membawanya keluar. Gadis kecil itu hanya bisa menangis dan menatap ke arah sebuah mobil yang sudah tak berbentuk saat laki-laki asing itu membawanya ke dalam gendongannya. "MAMAAA!!! PAPAAAA!!!" teriak gadis kecil itu. "Diamlah. Kau aman sekarang!" desis laki-laki itu sambil berjalan menjauhi mobil naas yang mulai mengeluarkan asap. Membawa gadis kecil itu masuk ke dalam mobil lalu duduk di kursi penumpang, mendudukkan gadis kecil itu di sebelahnya. Setelahnya laki-laki asing itu tampak membersihkan jasnya dengan tangannya. "Kau kotor sekali!" gumamnya. "Kenapa kau bawa dia, Rey?" suara protesan itu berasal dari laki-laki yang duduk di kursi belakang kemudi. Laki-laki asing berkacamata itu hanya tersenyum tipis sambil melirik sekilas ke arah gadis kecil yang masih menangis terisak. "Dia selamat. Tuhan berkehendak lain!" sahutnya dingin. "Tapi itu sangat berbahaya, Rey--!" "Diamlah, Adam! Biar itu jadi urusanku. Lebih baik kita pergi secepatnya!" Laki-laki yang di panggil Adam tadi hanya terdiam dan menuruti perintah Tuannya, pergi secepat mungkin. Selang beberapa detik kemudian mobil itu meledak. Menimbulkan suara yang menggelegar memekakkan telinga. Refleks gadis kecil itu langsung berteriak memanggil nama kedua orang tuanya. Kedua mata mungilnya terlihat merah dan berair. Ia hanya bisa menangis tanpa tau apa yang sedang terjadi dengan kedua orangtuanya. "MAMAAAA!!!! PAPAAAAA!!!" lagi dan lagi teriakan itu terdengar. . . . Seorang gadis remaja tampak sedang bermimpi buruk. Mimpi buruk yang selalu sama. Nafasnya naik turun. Keringat bercucuran melewati pelipisnya. Ia tampak menelan salivanya, membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Pintu kamarnya terbuka perlahan. Sosok laki-laki dewasa muncul dari balik daun pintu. Virali Reynard. Tatapan matanya tajam. Ia hanya berdiri di sana. "Kau tidak apa-apa?" Pertanyaan yang sangat datar. Tidak ada nada kekhawatiran di sana. Gadis itu menggeleng pelan. "Kau mimpi buruk lagi?" Gadis itu mengangguk lemah. "Lupakan hal itu. Mereka sudah tenang di sana. Tidurlah lagi. Aku tidak mau besok terlambat ke kantor gara-gara kau bangun kesiangan! Apa kau mengerti, Lili?" Gadis yang menyandang nama Lili itu mengangguk lagi tanpa bersuara. Ali tersenyum tipis dan berniat meninggalkan Lili. Tapi panggilan Lili menghentikan pergerakannya. "Tunggu!!" suara merdu itu terdengar begitu pelan. Ali diam di tempatnya. "Boleh nggak aku tidur sama Om?" Ali hanya mengernyit. "Aku takut!" lanjut Lili. Lama terdiam dan Lili masih menunggu jawaban dari mulut Ali. "Kau sudah dewasa, Li. Berhentilah bersikap layaknya anak-anak!" Lili sedikit kecewa atas jawaban yang di dengarnya. Tapi ia tak mau menyerah. "Please. Malam ini aja. Aku kangen Papa Mama. Aku nggak bisa tidur!" Ali kembali terdiam. Manik matanya menatap sendu ke wajah mulus Lili. "Baiklah!" Satu kata yang mampu membuat senyum Lili mengembang. Ia langsung turun dari tempat tidurnya dan berjalan menghampiri Ali. "Makasih..!" serunya riang sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Ali langsung melangkah masuk ke dalam kamar miliknya dan membiarkan Lili mengekor di belakangnya. Ali membuka piyama yang membungkus tubuh atletisnya. Meninggalkan boxer yang hanya menutupi bagian bawah tubuhnya. Ia lalu naik ke tempat tidur dan menelusup di balik selimut tebal. Sementara Lili masih berdiri. Mengedarkan pandangannya. Kamar yang tidak pernah berubah. Dulu sewaktu masih kecil ia sering tidur di kamar ini. Tapi begitu ia beranjak dewasa, Ali melarangnya untuk tidur di sini. "Apa kamu akan tidur sambil berdiri?" Ucapan Ali membuat Lili tersadar. "Ah-eh...itu. Aku lagi mikir. Aku tidur di mana?" jawab Lili gugup sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. "Sofa di situ sangat nyaman. Coba saja!" Ali menunjuk sofa jumbo di sudut kamarnya dengan dagunya. Lili langsung mengikuti arah pandang Ali. Menatap sofa tak berpenghuni itu membuat Lili meringis kecil. "Aku kira bakalan tidur bareng sama Om!" gumam Lili lirih. "Kau bukan anak kecil lagi. Tidurlah!" Ali langsung merubah posisi tidurnya miring ke kiri, memunggungi Lili. Lili mendengus pelan. Ia lalu melangkah menuju sofa di sudut kamar Ali dan memutuskan untuk tidur di sana. Ini lebih baik daripada tidur di kamar sendirian. 》》⭐《《 Surabaya, 24 Agustus 2018 03.54 》AyaStoria《
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD