ONE

1521 Words
Nampak seorang gadis berambut hitam yang di kepang dua dengan kacamata tebalnya yang selalu bertengger di wajahnya, gadis itu tengah sibuk mencari sesuatu di rak buku yang lebar dan besar Alice Allecia gadis berumur 18 tahunan itu nampak sedang mencari buku buku Geografi tebal di rak buku perpustakaan. Beberapa Orang melihat Alice dan menatapnya dengan tatapan jijk, tapi ia hiraukan, baginya ia sudah terbiasa mendapat tatapan dan pandangan dari orang orang kebanyakan. Setelah barang yang ia cari didapatkannya, dengan semangatnya kaki kurus itu menyeret tubuhnya pergi ke arah meja penjaga perpustakaan yang nampaknya tengah sibuk melabel buku buku baru yang datang tempo hari. "permisi bu, saya ingin meminjam buku ini untuk di bawa pulang" ijinnya sambil menyodorkan buku yang ia pegang Penjaga perpustakaan itu nampak menengadah dan membenarkan kacamatanya yang nampak sudah turun menuju ujung hidung Penjaga itu hanya menatap tajam alice sebelumnya akhirnya mengambil buku alice dan mencatat tanggal di kembalikannya buku itu pada halaman terakhir Setelah beberapa lama berbincang dengan penjaga perpusatakaan yang selalu mengingatkan aturan meminjam buku sekolah untuk di bawa pulang, Akhirnya alice keluar dari perpustakaan, meninggalkan tempat paling nyaman di sekolah ini Di tengah perjalanan menuju kelas, banyak orang yang menatap alice dengan tatapan merendahkan dan begitu terang terangan membicarakan dirinya di hadapannya "untung saja nasibku tidak seperti dia, kemana mana selalu sendiri........" "wajahku lebih cantik dibandingkan dia" Dan masih banyak lagi yang mencibirnya, Alice menundukan wajahnya dan memeluk erat erat buku yang ada di dekapannya itu, bibirnya sudah bergetar air mata yang sudah di bendungnya sudah mulai membanjiri wajahnya.                                                                                              ••• Ting nong Ting nong Suara bel yang menandakan waktunya pulang sudah berbunyi, Semua murid segera membereskan barang barangnya dan berhamburan keluar kelas. Sekarang, di kelas itu tersisa hanya Alice dan geng Silvia. Alice sedang sibuk membaca buku tebal yang ia pinjam dari perpustakaan tadi, ia menunda pulangnya karena di luar masih hujan dan menunggu hujan reda Datanglah seorang gadis cantik menghampiri alice dan menghardiknya kasar "Eh Nerd ! kenapa kau belum pulang?"sikut Silvia membuat Alice menoleh ke arahnya Gadis yang bernama Silvia itu ia adalah seorang anak konglomerat kelas kakap, orang tuanyalah yang mempunyai gedung sekolah mewah ini, yang membuat Silvia semakin berkuasa dan membuat semua orang takut kepadanya. Senyum miring terukir di wajahnya, ia mulai membuka tutup botol air mineral "aku sed-" ucapan alice terpotong karena Silvia lebih dulu menumpahan air mineral ke atas kepala alice "OOPPPSSS........" Silvia terkekeh "apa yang kau lakukan?!" Pekik Alice sambil menahan air matanya agar tidak keluar dari pelupuk matanya "maaf, Aku tidak sengaja hahaha..." ketus silvia diiringi kekehannya yang sepertinya 'puas' ketika melihat alice menderita Silvia melirik kea rah buku yang tadi sedang di baca oleh alice "Tidak adil rasanya jika bukumu juga tidak basah kuyup kan?" Silvia menumpahkan air mineral itu ke atas buku itu " Seharusnya kau bukan sekolah di sini! Tempatmu seharusnya di kolong Jembatan ! " Hardik Silvia mendorong bahu Alice kuat Alice hanya bisa menangis dan pasrah "Guys cabut! Kita ke mall sekarang! Sekarang aku sudah puas dengan gadis culun ini !" Silvia kembali mendorong bahu Alice sebelum akhirnya meninggalkan kelasnya dan membanting botol air mineral kepada Alice Alice hanya bisa menangis terisak, melihat kondisinya saat ini, dirinya terlalu rendah dari kalangan teman temannya, yang membuat teman temannya sering menghardik dan membuly dirinya.                                                                                             ••• Nampak seorang gadis tengah berjalan dengan menangis, dengan keadaanya yang basah kuyup, tas ranselnya yang sudah robek dan kusam serta rambut yang sedikit berantakan karena basah, Sesekali terdengar isakan kecil yang keluar dari mulut kecilnya ketika ia mengingat kejadian yang tidak mengenakan di hati. Ia memilih jalan pintas untuk mempercepat waktunya pulang ke rumah, karena ia tidak di beri uang oleh orang tuanya, sehingga ia berjalan kaki setiap hari seperti ini, sehingga ia harus pandai pandai mencari jalan tikus untuk secepat mungkin sampai ke rumahnya yang berjarak 2 km dari sekolah. Kaki kiri kering itu memaksa terus agar tubuh yang sudah nampak kelelahan itu terus berjalan, alhasil jalannya gontai, bibirnya bergetar kedinginan, apalagi suhu yang sehabis hujan membuat suhu semakin dingin perlahan bibir bergetar itu berubah menjadi sedikit pucat dan pandangan matanya mulai kabur Jari jemari kecil itu memeluk badannya erat erat ‒mengharapkan kehangatan dari pelukan jemari tangannya‒ banyak orang yang menatap alice dengan tatapan iba, Namun tidak ada seorang pun yang sudi menolong Alice sama sekali, sungguh miris memang.                                                                                            ••• Akhirnya setelah berpuluh puluh menit alice berjalan, Alice sudah sampai di pekarangan rumahnya, kini sore sudah berganti malam, namun angkasa masih memperlihatkan sorot matahari yang masih terlihat walau sang langit sudah berubah gelap. Alice memasuki rumahnya dan melihat arloji di tangannya, ia menarik nafas panjang ketika melihat jarum kecil di arlojinya mengarah ke angka 6, dia bergumam ' ibu tirinya pasti akan menyiksanya' Dia melepaskan sepatunya yang sudah bolong dan berjalan masuk lebih dalam ke dalam rumah menuju kamarnya yang berada di loteng. Ketika kaki kecil itu hendak menaiki tangga, dengan kuat ia menjerit ketika merasakan sesuatu menjambak rambutnya dengan sangat kuat dari belakang "Kemana saja kau hah?!" ibu tirinya itu semakin kuat menjambak rambut alice yang nampaknya sedang menahan sakit yang luar biasa " Aku pulang berjalan kaki, bu...." Jawab alice sambil menangis dan menahan rsa perih serta menggenggam lengan ibu tirinya agar melepaskan jambakannya " BOHONG! Niki mengatakan padaku kalau kau sedang bermesraan dengan seorang pria di luar sana!" Teriak ibu tirinya, semakin dan semakin kuat menjambak rambut alice " Kakak berbohong, bu... aku tidak pernah bermesraan dengan pria, bu...." " Halah! Banyak alasan ! sebagai hukuman, kau tidak mendapat jatah makan malam ini ! dan cepat kau cuci piring ! piring pirimg itu sudah menumpuk dan bau!" ucap ibu tirinya dan melepaskan jambakannya . Di tangan ibu tirinya itu terdapat beberapa helai rambut alice yang tertinggal karena ia menjambaknya dengan kuat. Sudah hampir 3 tahun Alice di perlakukan oleh keluarga tiri ini, semenjak ayahnya meninggal dunia, pada saat itu ibunya menikah lagi dengan seorang pria bernama Rafael ‒yang saat ini menjadi ayah tirinya ‒ akan tetapi Rafael hanya memanfaatkan kekayaan ibu alice dan berselingkuh dengan seorang wanita bernama Misel yang mempunyai satu orang putri yang bernama Niki yang membuat ibunya meninggal karena terkena serangan jantung dan keluarga tirinyalah yang mengambil alih seluruh aset keluarga Allecia "Hei! Kalau cuci piring itu yang bener !" ucap kakaknya, Niki lalu menaruh beberapa piring kotor lagi Kedua orang tuanya dan kakaknya membantunya....... Membantu mengacaukan saat Alice sedang melakukan sesuatu/ bekerja Pranggg.... Satu buah piring terlepas dari tangan Alice ketika ia hendak menaruhnya di rak, karena saat itu lengan alice basah dan licin karena bekas sabun " APA INI?! AKU MENYURUHMU UNTUK MENCUCI PIRING BUKAN UNTUK MEMECAHKANNYA! KAU INI BODOH YA?!" teriak ibu tirinya, alice hanya bisa meminta maaf dan membereskan kekacauan yang ia buat "sini kau!"ucap ibunya, Alice mendongkak dan menatap ibunya Dan Plak ! Satu tamparan keras mendarat di pipinya, rasa perih dan panas seketika menjalar di pipinya "CEROBOH! BODOH PULA!!" hardik ibu tirinya dan berlalu pergi meninggalkan Alice. Perih. Itulah yang dirasakan Alice, tubuh kurus keringnya menjadi bukti bahwa dirinya menderita Karena psikis, hukuman hukuman yang tak wajar selalu ia dapatkan ketika melakukan kesalahan sepele, bekas tamparan yang membuat pipi alice membengkak. Alice seperti menjadi seorang b***k rendahan yang harus melayani tuan-nyonya rumah ini, padahal rumah besar ini adalah milik ibu dan ayah kandungnya, atau harta warisannya.                                                                                             ••• "eh katanya nanti akan ada murid baru dan katanya juga tampan" "lu tau dari mana mel?" "banyak adek kelas yang ngomongin bakal ada murid pindahan tampan " Desas desus dan gosip akan datangnya murid baru yang melegenda, membuat semua wanita yang ada di kelas Alice mengerumuni meja Melani, Anak Menteri keuangan itu nampaknya sudah menunjukan bakatnya dalam hal menyebar gosip dan fitnah Namun, Alice hanya bisa diam dan menatap ke arah luar jendela, tidak akan ada orang yang sudi untuk menjadi teman Alice, dirinya sudah di cap oleh satu sekolah sebagai GADIS NERD , gadis menjijikan dan masih banyak lagi, alice hanya bisa menitip harapan kepada angin yang menyapa dirinya di luar jendela, dengan harapan 'semoga suatu saat nanti, aku mempunyai hidup layaknya orang lain, hidup dengan sempurna' harapan itu ia tutup ketika angin yang menyapanya hilang dalam beberapa detik.                                                                                       ••• JANGAN LUPA VOTE NYA YA GAISE~~~ DAN JANGAN LUPA JUGA FOLLOW WANNYA HEHE  SEE YOU NEXT PART GAISE ILY, I PURPLE U 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD