Si Batu dan si KutuDiperbarui pada Dec 22, 2021, 23:56
Aulia zaskia putri, seorang putri keluarga biasa dengan rambut agak ikal dan selalu memakai kacamata. Wajahku tergolong biasa, sehingga tak ada pria yang tertarik mendekat selain untuk menanyakan hal di luar mata pelajaran di kampus.
Hidupku terasa sepi, karena mayoritas mahasiswa tak ada yang mau berteman atau pun dekat denganku. Kata mereka, aku terlalu pendiam dan tidak seru. Tak pernah nyambung kalau diajak bicara.
'Gimana mau nyambung kalau yang mereka bahas adalah nama tempat mewah yang bahkan tak pernah kukunjungi!?'
'Tahu nama tempatnya saja sudah untung!'
'Jelas jelas mereka menjauhiku bukan karena itu!
Aku yakin betul, mereka pasti memilih menjauh karena statusku sebagai orang biasa!
Kalau saja aku tak pintar, mungkin membalas sapaan atau mengobrol sebentar pun mustahil terjadi.
'Mereka mau ngobrol sebentar kalau ada perlunya doang! itu pun benar benar jarang terjadi!'
Suram, pendiam, dan tak punya teman, jika kau menyatukan ketiga kata itu, maka jawabannya ialah aku.
'Huh!'
'Masa bodo, ini lebih baik dari pada memiliki musuh!'
'Setidaknya semua orang masih membalas sapaanku, meskipun itu terlihat terpaksa. Kehidupan damai ini gak terlalu buruk juga kok!' pikirku sembari tersenyum saat duduk di kursi kelas yang kala itu nampak masih kosong beberapa, karena memang aku selalu datang di waktu yang paling pagi.
Aku selalu datang paling pagi, karena rumahku begitu jauh dari kampus. Lagipula lebih baik datang lebih dulu, dari pada terlambat.
Tanpa terasa, waktu perlahan berlalu. Semua kursi, kini telah terisi. Kecuali kursi di sampingku yang memang selalu kosong dan tak berpenghuni.
'Aku juga tak tahu mengapa, padahal aku tak menggigit. Kenapa tak ada satupun orang yang mau duduk disampingku sih?' Aku berpikir dengan kesal.
"Anu, nona yang berkacamata!"
"Aku boleh duduk di sampingmu kan!?" aku tersentak saat sedang melirik ke kursi di sebelahku yang kosong.
"Eh ... "
"Apa!" semua orang tersentak kaget, sama halnya denganku.
Bagaimanapun, pria yang baru saja bersuara ialah seorang anak baru berwajah idola. Berwajah tampan, bertubuh atletis, berambut hitam berkilau dengan sentuhan poni yang melengkapi ketampanannya.
'O ... orang seperti itu ingin duduk denganku!' wajahku terasa terbakar, sementara jantungku terus berdebar. 'Meski aku bisa saja berkata tidak, tapi apa ada alasan untuk mengatakan itu?'
"Du ... duduklah, kau boleh duduk disebelahku." jawabku dengan sedikit terbata bata. Aku kesulitan menata ekspresiku seperti biasa. Sementara pandangan liar orang orang terhadapku perlahan memanas tak seperti biasannya. Apalagi para gadis yang nampaknya menyukai penampilan anak baru ini.
'Se ... seram ... , entah mengapa bulu kudukku berasa berdiri, meski tak melihat ke arah mereka. Rasanya seperti aku bisa membayangkan, seberapa buruknya tatapan kebencian yang mereka arahkan padaku, saat ini!'
Entah apa yang akan terjadi pada kehidupan damaiku sekarang, semuanya sudah tak terprediksi karena kehadiran seorang anak baru.
'Kuharap semua orang tak semakin menjauhiku!' gumamku sembari menangis di dalam hati.