Jangan paksa aku menjadi sempurnaDiperbarui pada Dec 19, 2021, 19:22
"Bu ini buat pegangan ibu" Mas Firman menyodorkan uang 500ribu pada ibu, " gak usah nak, ibu masih ada pegangan ko" ibu menolak uang yang diberikan mas Firman "udah bu ambil aja, ibu jangan pakai dulu uang ibu, uang ibu simpan aja, buat nanti sekolah nya Mayang" dengan kekeh mas Firman pun memberikan uang itu pada ibu, ibu pun akhirnya menerima.
"Dan ini buat jajan kamu May" mas Firman oun menyodorkan uang 300 ribu pada Mayang , tanpa penolakan mayang menerimanya dengan girang
"diirit ya, jangan banyak banyak jajan, harus cukup buat 1 bulan" mas Firman menasehati Mayang, Mayang oun menggukan kepalanya, "Dan ini buat kamu " mas Firman pun menyodorkan 17 lembar uang berwarna merah padaku, aku pun menerima nya denga pikiran yang sudah melayang membagi bagi uang itu yang tak mungkin cukup untuk keperluan rumah selama satu bulan, sementara iya menyisakan satu juta untuk dia pegang sendiri,
Mas Firman bekerja disebuah perusahaan milik temannya, gajinya 4jta per bulannya, kini uang itu harus benar benar aku atur sedemikian mungkin, mengingat pengeluarkan kita akan semakin besar karna awalnya kita tinggal ber 4 dirumah, aku mas Firman dan ke dua anak ku Faris anak laki laki ku yang berusia 5 thun, juga Nadira anak permupanku yang baru berusia 3 thun, namun kini ada Ibu mertuaku juga adik ipar ku Mayang yang sudah 2 minggu tinggal disini juga, Semenjak 3 bulan yang lalu bapak mertuaku meninggal, mas Firman memutuskan untuk mengajak ibu dan adik nya untuk tinggal disini, aku pun tidak keberatan, mengingat mayang yang kini duduk di bangku Sekolah Menengah Atas akan sedikit membantuku dirumah untuk menjaga anak anak sesekali, juga Ibu mertuaku pasti nya akan senang menemani anak anak main dirumah setiap hari.
Pagi pagi sekali aku seperti biasa sudah bangun paling awal, kusiapkan makanan terlebih dahulu, untuk suamiku yang akan berangkan kerja pagi pagi juga Mayang
harus aku pastikan makan dulu sbelum berangkat sekolah, ibu mas Firman sudah terlihat duduk di meja makan bersiap untuk sarapan, juga ke dua ankaku yang sudah tak sabar menunggu kusuapi,
"ka Mira, kaa" terdengar suara Mayang dari dalam kamar memanggil namaku, ya namaiku Miranti, tapi aku biasa di panggil Mira, "iya ada apa May" aku tak tau kenapa sepagi ini Mayang sudah teriak teriak
"kaka lihat seragam aku gak?" terlihat dia keluar dari pintu kamarnya dengan wajah cemberut,
"Ya , ampun kaka belum sempat setrika May" aku memang 2 hari ini belum sempat setrika pakain
"Yah kak Mira, kakak setrikain dulu ya, aku mau siap siap soalnya udah siang nih" dengan wajah nya yang masih cemberut Mayang pun kembali kedalam kamar,
ibu dan mas Firman hanya terdiam menyaksikan Mayang,
"Sayang udah dulu ya makan nya, mama setrikain dulu baju nya Aunti Mayang ya" aku pun meninggalkan ke dua nak ku, dan bergegas menytrika baju Mayang, sementara terdengar suara kedua anak ku yang terus memanggil mangil ku, "Mama ceptan, aku mau makan" teriak Faris, "iya mah Dira juga mau makan" sambung adik nya,
"Udah kalian belajar makan sendiri ya, mama nya lagi setrika dulu baju Aunti" terdengar suara ibu menengkan mereka, padahal apa susahnya kalo mas Firman atau ibu yang menyuapi mereka.
Setelah Mayang dan mas Firman berangkat, au pun melanjukan pekerjaan rumah yang belum selesai, seperti biasa ibu hanya membantuku menyapu halaman rumah, meski aku kadang larang karna tukut dia kecapean, taoi dia bilang dia senang menyampu halaman, dari pada haru melakukan pekerjaan lain, setelah semua selesai, waktu pun menjunjukan pukul 9 :00 saatnya aku mengantar anak anak ku sekolah yang masih duduk di bangku PAUD.
Aku memanasi mesin sepeda motor ku, dan menaikan kedua anak ku keatas sepeda motor,
"Bu Retno rajin bener bu, tip hari bersihin halaman" tiba tiba terengr suara tetangga depan rumah ku menyapa ibu mertuaku yang bernama Retno
"Eh nak Santi, mau berngkat ke toko ya nak?" ibu tersenyum begitu ramah pada Santi , dia seusiaku, dia dan suaminya memiki sebuah toko sembako yang kumayan besar dijalan depan gang,
"iya bu, wah seneng ya punya mertua seperti ibu, udah baik rajin lagi" Puji Santi pada mertuaku itu
"Ah nak Santi bisa aja, nak Santi juga istri yang hebat, bisa cari uang sendiri, toko nya laris terus ya" puji ibu balik pada Santi
Mendengar perkataan ibu hatiku sedikit terenyuh, seolah ibu sedang menyidirku,
"Ah, sebanrnya bu kalau aku bisa milih, aku lebih senang tinggal dirumah, ngurusin anak aja, kayak Miranti, bulak balik toko tiap hari capek bu" Santi tersenyum ke arahku, aku pun melemparkan senyuman balik
"Gak papak capek juga nak Santi, tapi kan bisa bantuin suami nambah penghasilan" ibu mertuaku terus memuji Santi,
Memang kegiataku ku sehari hari hanya mengurusi rumah, sama orang irang seisi rumah, mengantar anak sekolah, pulang sekolah aku diam dikamar menjalankan hobby ku yang sudah ku geluti selama 5 thun ini, Menulis, ya aku senang menulis, apalagih setelah menulis ini memberiku penghasilan aku semakin giat menulis setiap hari, meski pendapatanku ridak terlau besar, tapi