Cerita Oleh Aji SetiawanPurbalingga
author-avatar

Aji SetiawanPurbalingga

bc
Manakib Habib Anis
Diperbarui pada May 19, 2022, 20:41
Peran Habib Anis bin Alwi al Habsyi Peneguh Thariqah Alawiyin di Surakarta Oleh: Aji Setiawan ajisetiawanst@gmail.com Cipawon 6/1, Bukateja Purbalingga-Jawa Tengah 53382 BRI 372001029009535 ABSTRAKSI Peranan Habib Anis bin Alwi al Habsyi dalam dakwah Islam di tengah gempuran pembaharuan Islam di Surakarta pada tahun 1953 hingga 2006. Permasalahan utama penelitian ini adalah ajaran Habib Anis bin Alwi al Habsyi dalam melestarikan ajaran Islam di Surakarta pada tahun 1953 hingga 2006. Pertanyaan pokok studi ini adalah bagaimana ajaran Habib Anis bin Alwi al Habsyi, serta peran dan pengaruhnya terhadap masyarakat luas, khususnya masyarakat Surakarta. Jawaban atas pertanyaan dikaji dari sumber primer dan skunder seperti sumber lisan, surat kabar, dan beberapa referensi yang relevan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kegiatan Habib Anis selain kegiatan di Masjid seperti pembacaan Maulid Simthud Durar dan haul Habib Ali Al-Habsyi setiap bulan Maulud, juga ada khataman Bukhari pada bulan Rajab, khataman Ar-Ramadhan pada bulan Ramadhan. Sedangkan sehari-hari beliau mengajar di Zawiyah pada tengah hari. Wasiat Habib Anis adalah empat hal yang penting: “Pertama, kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku. Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah. Kedua, zawiyah, di situlah aku menggembleng akhlak jama’ah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga, kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan, tempat untuk menuntut ilmu. Dan keempat, aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi Muhammad SAW. Gerakan menghidupkan tradisi salaf dengan kitab-kitab standart seperti Shahih Bukhari, Ihya Ulumiddin, Nashoih Diniýah, Kalam Salaf dll yang berpusat di masjid Riyadh bersambut luas tidak hanya jamaah masjid, namun klan (fam) serta jaringan ulama akhirnya berkembang. Lewat keistiqomahan Habib Anis, jaringan ulama lokal Solo Raya terbentuk, bahkan pada era 96 an ada forum remaja masjid militan (Forsmil) yang bergerak dari kalangan remaja masjid. Adanya kontinuitas, istoqomah gerakan yang kukuh dengan tradisi salaf serta penguatan jaringan, tidak hanya lokal (Solo Raya), namun muhibbin (pencinta) habaib yang tersebar luas ke seluruh Indonesia berdatangan menjadi koneksitas lokal dan menasional, bahkan menyebar luas tidak saja konteks lokal, nasional namun juga go internasional Kata Kunci : Habib, Islam Tradisional, Tradisi Salaf, Maulid, Muhibbin, Pasar Kliwon Solo, Solo Raya PENDAHULUAN Habib Anis lahir di Garut Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 5 Mei 1928. Ayah beliau adalah Habib Alwi. Sedangkan ibu beliau adalah Syarifah Khadijah. Ketika beliau berumur 9 tahun, keluarga beliau pindah ke Solo. Setelah berpindah-pindah rumah di kota Solo, ayah beliau menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo. Ayah Habib Anis yakni Habib Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syekh bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Ahmad Shahib Syi’ib bin Muhammad Ash-Shoghir bin Alwy bin Abu Bakar Al-Habsy bin Ali-Al-Faqih bin Ahmad bin Muhammad Assadullah bin Hasan At-Turabi bin Ali bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqadam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali Qasam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy Ba’Alawy bin Ubaidullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein As-Sibthi bin Amirul mukminin Ali Abi Thalib ibin Sayidatina Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW. Sejak kecil, Habib Anis dididik oleh ayah sendiri, juga bersekolah di madrasah Ar-Ribathah, yang juga berada di samping sekolahannya. Pada usia 22 tahun, beliau menikahi Syarifah Syifa binti Thaha Assagaf, setahun kemudian lahirlah Habib Ali. Tepat pada tahun itu juga, beliau menggantikan peran ayah beliau, Habib Alwi yang meninggal di Palembang (Bulan Rabi'ul Awal 1373 H / 27 November 1953). Habib Ali bin Alwi Al Habsyi adik beliau menyebut Habib Anis waktu itu seperti “anak muda yang berpakaian tua”. Problem masalah (problem statement) dari penelitian ini adalah karena menulis orang yang sudah wafat atau dari sumber primer yang bersangkutan. Namun lewat kesaksian kerabat, murid dan orang terdekat almarhum, sosok Habib Anis sebagai tokoh penggerak Sadah Alawiyin, khususnya Solo Raya, problem itu mudah teratasi. Maka fokus Penelitian ini adalah sebagaimana menulis manakib, mencari data dari awal lahir, masa muda, awal berkiprah sampai peran-peran strategis dan akhir hayat dari Habib Anis al Habsyi. Ada banyak pertanyaan siapa sesungguhnya Habib Anis al Habsyi, Guru Spiritualnya? Jaringan relasi keagamaan tingkat lokal, nasional dan internasional yang dibangun?
like
bc
Manakib Habib Anis
Diperbarui pada May 19, 2022, 20:19
Peran Habib Anis bin Alwi al Habsyi Peneguh Thariqah Alawiyin di Surakarta Oleh: Aji Setiawan ajisetiawanst@gmail.com Cipawon 6/1, Bukateja Purbalingga-Jawa Tengah 53382 BRI 372001029009535 ABSTRAKSI Peranan Habib Anis bin Alwi al Habsyi dalam dakwah Islam di tengah gempuran pembaharuan Islam di Surakarta pada tahun 1953 hingga 2006. Permasalahan utama penelitian ini adalah ajaran Habib Anis bin Alwi al Habsyi dalam melestarikan ajaran Islam di Surakarta pada tahun 1953 hingga 2006. Pertanyaan pokok studi ini adalah bagaimana ajaran Habib Anis bin Alwi al Habsyi, serta peran dan pengaruhnya terhadap masyarakat luas, khususnya masyarakat Surakarta. Jawaban atas pertanyaan dikaji dari sumber primer dan skunder seperti sumber lisan, surat kabar, dan beberapa referensi yang relevan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kegiatan Habib Anis selain kegiatan di Masjid seperti pembacaan Maulid Simthud Durar dan haul Habib Ali Al-Habsyi setiap bulan Maulud, juga ada khataman Bukhari pada bulan Rajab, khataman Ar-Ramadhan pada bulan Ramadhan. Sedangkan sehari-hari beliau mengajar di Zawiyah pada tengah hari. Wasiat Habib Anis adalah empat hal yang penting: “Pertama, kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku. Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah. Kedua, zawiyah, di situlah aku menggembleng akhlak jama’ah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga, kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan, tempat untuk menuntut ilmu. Dan keempat, aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi Muhammad SAW. Gerakan menghidupkan tradisi salaf dengan kitab-kitab standart seperti Shahih Bukhari, Ihya Ulumiddin, Nashoih Diniýah, Kalam Salaf dll yang berpusat di masjid Riyadh bersambut luas tidak hanya jamaah masjid, namun klan (fam) serta jaringan ulama akhirnya berkembang. Lewat keistiqomahan Habib Anis, jaringan ulama lokal Solo Raya terbentuk, bahkan pada era 96 an ada forum remaja masjid militan (Forsmil) yang bergerak dari kalangan remaja masjid. Adanya kontinuitas, istoqomah gerakan yang kukuh dengan tradisi salaf serta penguatan jaringan, tidak hanya lokal (Solo Raya), namun muhibbin (pencinta) habaib yang tersebar luas ke seluruh Indonesia berdatangan menjadi koneksitas lokal dan menasional, bahkan menyebar luas tidak saja konteks lokal, nasional namun juga go internasional Kata Kunci : Habib, Islam Tradisional, Tradisi Salaf, Maulid, Muhibbin, Pasar Kliwon Solo, Solo Raya PENDAHULUAN Habib Anis lahir di Garut Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 5 Mei 1928. Ayah beliau adalah Habib Alwi. Sedangkan ibu beliau adalah Syarifah Khadijah. Ketika beliau berumur 9 tahun, keluarga beliau pindah ke Solo. Setelah berpindah-pindah rumah di kota Solo, ayah beliau menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo. Ayah Habib Anis yakni Habib Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syekh bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Ahmad Shahib Syi’ib bin Muhammad Ash-Shoghir bin Alwy bin Abu Bakar Al-Habsy bin Ali-Al-Faqih bin Ahmad bin Muhammad Assadullah bin Hasan At-Turabi bin Ali bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqadam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali Qasam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy Ba’Alawy bin Ubaidullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein As-Sibthi bin Amirul mukminin Ali Abi Thalib ibin Sayidatina Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW. Sejak kecil, Habib Anis dididik oleh ayah sendiri, juga bersekolah di madrasah Ar-Ribathah, yang juga berada di samping sekolahannya. Pada usia 22 tahun, beliau menikahi Syarifah Syifa binti Thaha Assagaf, setahun kemudian lahirlah Habib Ali. Tepat pada tahun itu juga, beliau menggantikan peran ayah beliau, Habib Alwi yang meninggal di Palembang (Bulan Rabi'ul Awal 1373 H / 27 November 1953). Habib Ali bin Alwi Al Habsyi adik beliau menyebut Habib Anis waktu itu seperti “anak muda yang berpakaian tua”. Problem masalah (problem statement) dari penelitian ini adalah karena menulis orang yang sudah wafat atau dari sumber primer yang bersangkutan. Namun lewat kesaksian kerabat, murid dan orang terdekat almarhum, sosok Habib Anis sebagai tokoh penggerak Sadah Alawiyin, khususnya Solo Raya, problem itu mudah teratasi. Maka fokus Penelitian ini adalah sebagaimana menulis manakib, mencari data dari awal lahir, masa muda, awal berkiprah sampai peran-peran strategis dan akhir hayat dari Habib Anis al Habsyi. Ada banyak pertanyaan siapa sesungguhnya Habib Anis al Habsyi, Guru Spiritualnya? Jaringan relasi keagamaan tingkat lokal, nasional dan internasional yang dibangun?
like
bc
Kumpulan Mutiara Rasulullah SAW
Diperbarui pada May 15, 2022, 18:02
Kumpulan Hikmah & Mutiara Rasulullah SAW Disusun oleh : Aji Setiawan Kumpulan Hikmah Katalog Dalam Penerbitan : ISBN : 0507-11878 Mutiara Mutiara Rasulullah SAW Hak penerbitan ada pada penerbit : Penyusun: Aji Setiawan Penyunting: Penerbit Desain Sampul: Diterbitkan oleh penerbit: Buku ini dapat dipesan di perwakilan penerbit: Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke Hadlirat Allah SWT Jalajalluhu warahmatuhu atas terselesaikannya bunga rampai kumpulan Mutiara-mutiara Rasulullah SAW yang dimuat majalah alKisah dan sebagian kisah Hikmah Harian Umum Republika. Dan tidak lupa seiring salam dan shalawat penulis haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari dunia yang penuh kegelapan menunju kehidupan yang terang benderang.  Naskah-naskah buku ini sebelumnya tercerai berai, namun setelah mendapat respon positif dari teman-teman sesama penulis, penulis terpacu untuk mengumpulkan kembali bahan-bahan tulisan tentang kehidupan sehari-hari Rasulullah SAW. Dengan diterbitkannya buku ini, penulis mengajak pembaca agar benar-benar menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi Akhirul Jaman, Nabi terakhir yang mempunyai misi besar untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Dengan membaca buku yang berjudul Kumpulan Hikmah, harapannya semoga pembaca dapat mengambil suri tauladan (uswatun khasanah) dari kehidupan beliau di masa lampau, untuk dihidupkan kembali pada masa-masa sekarang dan mendatang. Akhirul kalam, akhirnya, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk kita semua kaum muslimin pada saat ini dan umat yang akan datang hingga datang ketetapan Allah. Dan semoga Allah SWT berkenan membuka pintu Hidayah sehingga semakin banyak orang bisa mengambil manfaat bagi umat Islam dan kaum muslimin. Amin Ya Robal Alamin. Aji Setiawan Kelahiran Sang Nabi Banyak kejadian yang luarbiasa sebagai tanda kenabian yang terjadi saat Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Malam sunyi senyap, bintang-bintang terang bertaburan di langit angkasa. Tiba-tiba empat belas tembok tinggi Istana Kisra (Maharaja Parsi) runtuh, api sesembahan orang-orang Majusi mendadak padam, dan gereja-gereja di sekitar telaga “Sawah” roboh, setelah dilanda gempa dahsyat. Saat itulah lahir bayi mungil nan tampan dari rahim Siti Aminah. Lepas dari kelahiran, Siti Aminah lalu memberi kabar gembira tetang kelahiran anaknya pada sang kakek yakni Abdul Muthalib. Bayi laki-laki itu adalah buah perkawinan antara Siti Aminah dan Abdullah bin Abdul Muthalib.  Kelahiran anak laki-laki bagi bangsa Arab merupakan kebanggaan tersendiri. Abdul Muthalib pada hari itu bergembira ria. Hari itu, Senin pagi, 9 Rabiul Awal (22 April 571 M) yang bertepatan dengan tahun pertama peristiwa pasukan gajah Raja Abrahah meyerang kota Mekkah. Lalu dengan diliputi senyum sumringah dan diliputi kegembiraan yang luarbiasa Abdul Muthalib membawa cucunya ke Ka’bah. Abdul Muthalib berdoa kepada Allah dan bersyukur kepadanya dan ia menamakannya Muhammad. Karena Nama ini tidak populer dan belum dikenal oleh bangsa Arab. Orang yang pertama kali menyusuinya adalah sang ibu, Siti Aminah dan Tsuaibah. Tsuaibah adalah budak, Abu Lahab yang saatu tengah menyusui anaknya yang bernama Masruh. Memang sudah menjadi kebiasaan orang arab yang hidup di kota adalah mencari para ibu yang menyusui agar bisa menyusui anak-anak.Tujuan mereka adalah menjauhkan anak-anak dari penyakit-penyakit peradaban dan sekaligus memperkuat fisik anak-anak serta agar mereka sejak kecil bisa mempelajari bahasa Arab. Muhammad SAW tidak hanya disusui oleh Tsuaibah, namun oleh Abul Muthalib, sang paman, ia disusui juga oleh seorang wanita dari bani Sa’d bin Bakr yaitu Halimah binti Abi Dzuaib, istri dari Al Haris bin Abdil Uzza. Banyak kejadian aneh saat menyusui putra Siti Aminah itu. Saat Halimah bersama suami dan anaknya yang masih menyusu pergi dari kampung dalam rombongan bani Sa’d mencari anak-anak susuan di musim panas dan kering kerontang. Halimah berkata,”Aku keluar dengan mengendarai keledai putihku. Kami membawa onta kami yang sudah tua. Demi Alloh, onta tersebut tidak mengalirkan air susu setetespun. Semalaman kami tidak bisa tidur karena bayi kami menangis terus menerus karena kelaparan. Air susuku tidak dapat mengenyangkannya dan onta kami pun tidak dapat memberikan air susunya. Kami hanya mengharapkan pertolongan,”pikir Halimah seorang diri. Halimah lalu keluar dengan mengendarai keledai putih hingga sang keledai kelelahan dan merasa kepayahan. Setelah sampai di Mekkah, Halimah lalu menacari anak-anak sususan. Setiap dari rombongan bani Sa’d itui lalu mencari anak-anak susuan setiap dari wanita-wanita itu tidak ada yang mau menyusui Rasulullah SAW, dikarena ia anak yatim. Sebab mereka mnyusui anak-anak atau bayi yang baru lahir karena mengharapkann kebaikan dari bapak anak-anak yang disusukannya. Sebagian dari wanita kaum Sa’d itu mengatakan,”Yatim! Apa yang akan diperbuat ibu dan kakeknya?” Sehingga semua angggota rombongan pun tidak ada
like