"Ni ... Nichi. Kau membawa pistol juga?" tanya Gwen.
Nichi tersenyum. "Bagaimana menjelaskannya, ya? Aku bingung mau memulainya darimana. Aku terpaksa mengeluarkan pistol agar bisa menembak langsung pelaku yang berusaha membunuhmu. Ya, aku bukan penjahat kok. Aku ini ... detektif polisi."
"Detektif ... polisi?"
"Ya, begitulah."
Nichi tertawa ngeles dan mulai merasakan sesuatu yang basah mengalir dari bahu kanannya. Merembes perban putih yang melilit tangan kanannya. Kemudian perlahan-lahan mengalir lagi dan menetes dari balik lengan jaketnya. Sesuatu yang basah dan berwarna merah, turun dari tangannya, dan jatuh ke lantai.
Gwen kaget, menyadari darah yang mengalir di balik lengan jaket Nichi dan menjadi syok lagi. "Ni ... Nichi, tangan kananmu berdarah."
Nichi tersenyum. "Ah ... ini ya? Ini karena bahu kananku terkena tembakan saat berusaha melindungimu. Aku tidak apa-apa. Lukanya tidak parah. Tidak usah dikhawatirkan."
Tiba-tiba, Nichi tumbang dan terkapar di lantai. Gwen menghampiri Nichi seraya berteriak sangat keras.
"Nichi!"
"Aku tahu kalian berpikiran sama dengan Sanna!" sahut Kiku tegas, "siapapun yang menyakiti partner-ku, sama artinya menyakitiku. Aku akan memberikan hukuman setimpal bagi mereka yang menyakiti partner-ku."
Semuanya terdiam. Kiku yang dikenal sebagai pilot nomor satu di Magic Pilot School ini, mampu membuat semua orang takut padanya. Di sisi wajah cantiknya yang bisa memikat hati laki-laki, ada sisi sadis yang bisa muncul ketika melindungi orang-orang terdekatnya. Juga ada sisi hangat, yang mampu membuat orang-orang terdekatnya merasa nyaman saat bersamanya.
Aku, satu-satunya orang terdekat yang dipunyai sekarang. Aku yang menjadi orang yang dilindunginya. Ia juga menganggapku sebagai saudaranya yang hilang. Karena itu, ia mati-matian membelaku di saat aku disakiti seperti ini.
Aku Alzian Ekadanta, manusia biasa dari dunia yang berbeda, apakah bisa memiliki manna yang akhirnya memiliki robot tempur sendiri? Kuakui itu sulit, tetapi bersama Kiku, aku yakin aku bisa mewujudkannya.