"Mulai sekarang lu jadi pacar gw."
Gadis bermata bulat seperti Barbie yang memakai seragam putih biru itu mengerjapkan matanya.
"Beneran Cala jadi pacarnya Nendra?"
Cowok di samping itu pun mengangguk kepalanya "Iya. tapi lu nggak boleh terlalu dekat-dekat dengan cowok."
"Kenapa?" Cemberut Cala
"Karena gw gak suka milik gw di sentuh sama cowok lain."
"Tapi, Cala punya teman cowok banyak."
"Mereka jahat jadi jangan lu temenin." Hasut Nendra
"Oh iya yah." Cala mengangguk faham
"Kalau ada yang jahatin kamu, langsung aja ke kelas aku jangan lapor sama guru oke."
"Oke.. tapi kan Cala punya Abang."
"Pasti Abang Cala sibuk ikuti kata Nendra aja."
"Cala kan udah jadi pacar Nen. Boleh kan Cala panggil Nen sayang?" tanya Cila
"Hah?"
"Iya, soalnya teman-teman Cala manggil pacarnya sayang."
"Apaan gak usah." tolak Nendra
"Kok gitu sih katanya kita kan pacaran."
Nendera mengembuskan napas nya gusar
"Karena, lu masih kecil orang kecil gak boleh ngomong sayang-sayangan,"
Nendra menjeda ucapannya
"Percuma manggil sayang kalau beneran gak sayang itu kan sama aja bohong,"
"Tapi terserah lo tapi, gw suka lu manggil gw dengan sebutan kakak,"
"Tapi, Cala lebih suka manggil nen nen," ucap Cala yang ambigu
"Apaan sih Cal lu ambigu banget."
Membuat Cala terkekeh
"Cal," panggil Nendra.
Ia mengusap-usap kepala Cala dengan sangat sayang
"Iya?" jawab Cala sambil mendongakkan kepalanya ke atas karena tinggi badan Nendra begitu tinggi
"Lo sekarang milik gw. Lo mau minta apapun itu boleh tapi, asal jangan make up karena gw gak mau milik gw banyak yang suka."
"Tapi, Cala suka skin care."
Apakah skin care adalah make up?"
"Cala nggak tahu."
"Nanti lu cari tahu sendiri. lu nanti mau sekolah dimana?"
"Cala mau sekolah bareng Nen aja sama bareng Abang-abang Cala pasti seru,"
Cala menghembuskan nafasnya
"Tapi, kata Abang-abang Cala gak boleh sekolah normal karena kan Cala SMP nya normal nanti, sma nya Cala harus home schooling," jelas Cala dengan sedikit sedih
Entahlah apa alasan di balik Cala tidak boleh sekolah normal
"Nanti gw yang bilang sama Abang-abang lu biar di bolehin,"
"Abangnya Cala galak tahu terus juga jahat, Nen harus hati-hati yah sama Abang nya Cala,"
Cala tidak tahu saja pacarnya ini di takuti oleh banyak orang
"CALA...." teriak orang itu
"Ane kenapa lari-lari?" tanya Cala
Dengan nafas yang menderu sangat begitu lelah ketika ia mencari Cala dari ujung sampai ujung sekolah.
"Gw nyariin lu dari tadi tapi lu enak-enakan bareng cowok, btw dia siapa?"
"Ini pacaran Cala namanya Nendra, Nen kenalin ini Namanya Ane,"
"Ane." sambil mengulurkan tangannya tapi hanya di balas dengan senyuman tipis dan anggukan kepala
"Ayok Cala kita masuk ke kelas nanti pak Basri lihat kita tahu."
Ane menarik tangan Cala
"CALA DULUAN YAH NEN,"
Nendra terkekeh geli melihat tingkah laku cewek itu yang sudah menyandang predikat pacarnya itu
"Udah gw bilangin panggil aja mas Nendra."
Nendra melajukan motornya dengan kecepatan tinggi mungkin, gerbang sekolah nya sudah di tutup oleh satpamnya biarkan saja ia ke warjok warung pojok yang tempatnya di sebelahan sekolah SMA Bima sakti.
Tempatnya begitu strategi yang di kelilingi oleh pohon mangga dan kelapa tempat nyaman untuk membolos sekolah.
Saat sampai di Warjok ternyata Geng Blood sudah kumpul duluan tempat yang ia sepi ternyata rame yang di penghuni oleh Blood.
Mereka berpelukan ala anak cowlk pada umumnya nya "Weh bos lu tumben kesini?" tanya Bima
"Roman-roman nya lagi ada yang bahagia nih." Sahut Nakula
"Biasa aja gw, makan semuanya nanti gw traktir,"
"GILA BOS GW KAYA BANGET." teriak Bima
"GILA BOS GW BAIK BANGET."
"terimakasih bos,"
"Kapan-kapan traktir lagi yah,"
Mereka memesan makanan begitu banyak uang Nendra tidak pernah habis jadi, untuk mentraktir orang puluhan ia tidak masalah
"Lu sekarang jualan apa?" Tanya Nendra kepada Mandra
"Biasa jualan kebab tapi, masih banyak nanti pas istirahat gw bakalan ke kelas,"
Kebab bikinan Mandra begitu enak harganya hanya 10rb begitu merakyat bukan jika, ingin foto di tambah 10 RB totalnya 20 rb di jamin kualitas tidak murahan apalagi buat sakit perut malahan ketagihan jika makan kebab dari Mandra .
"Oke... kalau gak habis lu bilang sama gw nanti gw suruh mereka beli." Nendra menepuk bahu Mandra hanya sekedar menyemangati
Jualan Kebab bagi Mandra tidak begitu repot ia hanya duduk manis dan orang-orang berdatangan ke kelas dirinya, kebetulan Mandra mempunyai beberapa cabang di sekolahan nya dari kelas yang letaknya di ujung dan yang di tengah tenang yang jualan nya itu anggota Blood semua .
Seperti nya Bel istirahat berbunyi semuanya ke sekolahan mereka menaiki motor masing-masing suara kenalpot saling beradu begitu sangat kencang membuat kuping terasa tuli .
"PAK BUKA PINTU GERBANGNYA!" teriak anggota Blood
"Cepetan pak panas ini, nanti skin care saya luntur ," keluh Bima yang di Sertakan sorakan yang lainnya
"IRI BILANG BAWAHAN!"
Pintu gerbang di buka lebar, anggota blood seperti itu sekolahan yang untuk membuat ulah dan membuat heboh
"MANDRA BELI KEBAB NYA DONG."
Belum juga sampai di kelas dia langsung di serbu oleh pembeli Kebab.
"Nanti di kelas ayok ke kelas," mereka mengikuti Mandra
"Gw duluan dong,"
"Gw duluan lah. gw kan yang yang datang duluan,"
"Pokoknya gw duluan."
"Enggak gw duluan,"
"Gw duluan"
"Gw duluan,"
Mereka saling berebut siapa yang pertama untuk bisa membeli kebab dan plus bisa berfoto langsung dengan Mandra.
Siapa sih yang tidak suka dengan Mandra yang begitu ganteng blasteran Indonesia dan Turki semuanya pasti suka, hidung yang begitu mancung yang membuat hidung pesek insecure
dan yang pasti dia sangat kaya raya tapi, dia tidak malu untuk berjualan
"DIAM SEMUANYA, DISINI BUKAN HUTAN YANG SEENAK JIDATNYA KALIAN SEMUA TERIAK," nah kan ketua kelas nya marah jika seperti ini Mandra harus menyogok Sintia dengan kebab.
"Kalian baris dengan bener dan teratur nanti semuanya bakalan kebagian ,"
Kemana Blood yang lainnya mereka semuanya ke kantin karena, tidak ingin mendengar kan celotehan para pembeli Mandra.
"Sabar yah sabar," ucap Mandra untuk menenangkan mereka
"Lo beli berapa?"
"Lima kebab tapi yang nggak pedesnya dua,"
Berbeda dengan teman-temannya yang semuanya ke kantin karena, tidak ingin mendengar kan celotehan para pembeli Mandra yang begitu berisik.
Bima yang sedari tadi memakan kebab yang dia sendiri ambil dari rumahnya Mandra memang seperti itu dimana- pun Bukan akan makan.
"Lo kok makan terus tapi perut lo gak buncit sih," tanya Nakula
"Gw kan sering rebahan,"
"Terserah lu aja deh Bim."