Cinta berjalan dengan langkah gontai menghampiri Vina yang sedang berbincang dengan seorang laki laki yang ia ketahui tengah dekat dengan sahabatnya itu, Erick namanya
" assalamualaikum" sapa Cinta dengan salam kemudian duduk di samping Vina
" waalaikumsalam" Vina manatap tampang cinta yang kusut hari ini
" kenapa lo, ta?"
" Vin" panggil Cinta lirih
" iya kenapa? muka di tekuk tekuk begitu, jelek tau!" Vina menyerongkan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Cinta,menunggu apa yang sedang mengganjal di hatinya
" aku dijodohin sama pak Kean"
Vina sontak membelalakkan matanya lebar
" se--seriusan? kok bisa? gimana ceritanya?" Vina memberondong Cinta dengan pertanyaan, dan Cinta hanya mengangguk malas menanggapi
" waw! amazing!" ucap Vina masih dengan raut wajah terkejut menatap Cinta
" WAAAHHH!" akhirnya Vina berteriak gembira membuat orang orang menatapnya heran
" eh...maaf" ucapnya ketika tersadar mendapatkan tatapan tajam dari Cinta
" bagus dongk, ta...itu berarti kalian emang jodoh, dan langsung dari Allah...sesuai sama do'a yang lo sebut di sepertiga malam, iya kan"
Cinta menghembuskan napas pelan
" aku ilfeel tau!"
Vina mengerutkan dahinya bingung
" kok ilfeel?"
" iya Vin, jadi tuh aku pernah tidur waktu jam matkul pak kean, trus ketauan...trus dipanggil...trus disuruh ikut dia ke ruangannya...malu bangeeet, besok besok nya tiap matkul dia aku disuruh duduk di bangku barisan depan" Cinta menceritakan
sambil mengingat wajah dingin dan datar Kean waktu kejadian itu
Vina tertawa terbahak bahak, hanya karena itu sahabat satu satunya ini menjadi ilfeel dengan Kean
" gara gara itu doang, ta?"
Cinta mengangguk pelan
" itu aja masih ngebekas ke inget terus, Vin...trus gimana donk?" Cinta menopang dagunya dengan tangan kemudian menegakkan kepalanya kembali
" ya, trus lo maunya gimana?"
Cinta tertunduk lesu, pertanyaan Vina membuatnya kembali memikirkan jawaban hatinya yang masih ragu untuk menerima
" gak tau, bingung"
" eemmm...mereka ada kasih CV perkenalan atau biodata gitu, gak?" tanya Vina
" ada, aku juga kasih itu" Cinta menyahut
" trus lo udah baca, kan?"
" udah"
" ya kalo udah baca kenapa masih bingung? bukannya ini yang lo mau? do'a lo di sepertiga malam di denger Allah, ta" ucap Vina
" iya sih, Alhamdulillah banget...cuma tetep aja aku ragu, gak tau kenapa" Cinta mengendikkan bahunya
Vina tersenyum kemudian menggenggam tangan Cinta
" keputusan ada di di elo sama pak Kean, pikirin baik baik, ta...lo udah lama banget kagum sama pak Kean..."
Cinta menghembuskan napas panjang, ia gelisah dan uring uringan sejak tadi malam karena memikirkan hal ini
haruskah ia menemui Kean untuk membicarakan kepastian perjodohan ini?
***
jemari Kean berhenti mengetik ketika suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya, ia menaikkan pandangannya dengan dahi berkerut kemudian beranjak dari duduknya berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan
alisnya terangkat sebelah saat menatap seseorang yang membelakanginya
Cinta, mau apa gadis ini ke sini?
" ada apa?"
Cinta langsung membalikkan tubuhnya menghadap Kean
" pak, saya to the point aja ni ya, soal perjodohan...bapak terima apa gak?" tanya Cinta ragu tapi langsung pada intinya
Kean mengerutkan dahinya, memasukkan satu tangannya ke saku celana, sengaja mengalihkan pandangan matanya agar tidak terus menatap Cinta
" kenapa kamu tiba tiba menanyakan itu?"
" ya...saya penasaran aja, kalo bapak gak mau ya udah, saya permisi assalamualaikum" kesal karena pertanyaannya tidak diberi jawaban, Cinta memutar tubuhnya melangkahkan kaki meninggalkan Kean
" saya menerimanya, karena mungkin kamu memang jodoh saya, jadi jangan berpikir kalau saya terpaksa...tidak ada salahnya kan, mencoba"
pernyataan Kean tersebut berhasil membuat langkah Cinta terhenti sejenak
Cinta tertunduk dan memejamkan matanya kemudian mengangguk samar
Cinta kembali melanjutkan langkahnya, sedangkan Kean masih menatap punggung Cinta yang semakin menjauh hingga menghilang di belokan
sekarang, ia benar benar memikirkan jawaban atas kelanjutan perjodohannya ini, apa ia juga harus menerima perjodohan ini?
umiii, Cinta bingung!!
***
Cinta tidak berhenti mengucap bismillah dalam hati, tangannya meremas lengan ferlan berulang kali karena gugup
hari ini adalah pertemuan kedua antara keluarganya dan juga keluarga Keanu untuk memastikan kelanjutan perjodohan
" cieee, yang udah jadi calon istri" goda ferlan
Cinta mendongak agar bisa menatap langsung mata ferlan yang lebih tinggi darinya
" Abang kan juga calon suami"
" tapi kan kamu duluan yang nikah, kalo Abang masih beberapa bulan lagi" ferlan menyahut tak mau kalah
Cinta mengerutkan dahinya
" emang Cinta nikahnya kapan?"
" bulan depan kan..."
" astaughfirullahalazim!" pekik Cinta terkejut
lantas ia melangkah cepat mendahului ferlan untuk bisa berdekatan dengan uminya di depan
ferlan menepuk mulutnya sendiri,
" keceplosan lagi...mulut gak bisa diajak jaga rahasia!" gumamnya
" umi, Cinta nikah bulan depan? kenapa cepet banget? trus kenapa ga bilang bilang Cinta dulu?"
azkia menatap dengan dahi berkerut bingung, darimana Cinta tau soal ini? ia lantas menoleh kebelakang menatap tajam ke arah ferlan dengan tangan terkepal di udara, sudah dipastikan ferlan pelakunya
" keceplosan, mi" gumam ferlan pelan
umi azkia berdecak, sejurus kemudian tersenyum hangat menatap Cinta
" lebih cepat...lebih baik, kan?"
" tapi kan, umi... Cinta masih--"
" udah kamu nurut aja" umi menyela ucapan Cinta
Cinta memberengutkan wajahnya, mencubit lengan ferlan berkali kali menjadikan lengan ferlan pelampiasan rasa sebalnya
" aw! kenapa jadi Abang yang dicubitin sih?! sakit tau!"
" biarin!"
mereka berhenti di sebuah meja dimana sudah ada Keanu dan kedua orang tuanya berada di sana
" assalamualaikum " salam Abi Adam
" waalaikumsalam " Indra dan Tiara tersenyum ramah menyambut sang calon menantu bersama calon besannya
" gimana kabar kamu, dam?" tanya Indra pada Abi Adam setelah mereka semua duduk
" Alhamdulillah baik"
Cinta duduk disamping umi nya, menundukkan pandangan enggan menatap Kean yang berada tepat di seberang meja
dilanjutkan dengan sedikit berbasa basi mereka mulai membicarakan tentang perjodohan Cinta dan Kean
" jadi gimana? kalian ingin melanjutkan ini?" tanya Abi Adam
Cinta mendongak menatap Kean yang ternyata juga sedang menatapnya
kemudian Kean dan Cinta mengangguk bersamaan membuat senyum para orang tua mengembang
" Alhamdulillah, mereka kompak"
" kemungkinan kalian menikah satu bulan lagi, kami yang akan mempersiapkan segala sesuatunya, kalian terima jadi" ucap Indra dengan kekehan kecil di akhir kalimat
ferlan menyenggol lengan Cinta
" cie, cie...mau nikah" goda ferlan
" umi, bang ferlan mulai lagi" rengeknya
" ferlan!" tegur umi azkia menatap ferlan tajam
" ampun umi" ferlan mengatupkan kedua tangan di d**a sambil menunduk
Indra dan Tiara terkekeh pelan dengan tingkah laku kedua Abang adik ini, sementara Kean hanya menatap dengan raut datar
" oh iya, ferlan kamu juga mau nikah kan?,"
" insyaallah, beberapa bulan setelah Cinta, om"
" tapi calonnya ada, kan?"
" ya ada dong, om...masa aku nikah gak ada mempelai wanitanya...nikah sama angin gitu?" ferlan menyahut kesal
Indra terkekeh
" om kurang percaya kamu mau nikah, fer"
" ppffftt!" Cinta menahan tawa
" Abang kan tampang ngenes, makanya kurang meyakinkan" ledek Cinta membuat semua orang tergelak tawa
ferlan mendengus kesal
" gak bakalan Abang beliin pizza lagi kamu, ta!"
" bisa beli sendiri!"
" bener ya?!...awas ngerengek sama Abang!"
" bisa sama umi, weee!" tidak bisa lagi menjawab ferlan memilih diam, dan memasang tampang dingin
Kean yang sedari tadi hanya diam memperhatikan, kini mau sedikit menyunggingkan senyumnya
bagaimana bisa seorang Cinta Afifah Maulida bisa membuat hatinya semakin yakin untuk menghalalkannya.